Tempat dan Waktu Penelitian Target dan Realisasi Pajak Air Tanah

C. Ketentuan Umum dan Dasar Hukum Pajak Air Tanah

1. Ketentuan Umum

Ada beberapa ketentuan umum mengenai Pajak Daerah khususnya Pajak Air Tanah yang disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyar Daerah Kota Medan dan Walikota Medan dengan menetapakan Peraturan Daerah Tentang Pajak Air Tanah diantaranya : 1.1. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdsarakan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. 1.2. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakn untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1.3. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. 1.4. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 1.5. Subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan pajak. 1.6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan Perpajakan Daerah. 1.7. Badan adalah sekumpulan orangatau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara BUMN, atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk Badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 1.8. Masa Pajak adalah jangka waktu satu bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dalah Peraturan Kepala Daerah paling lama tiga bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang. 1.9. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. 1.10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah. 1.11. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan Subjek Pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. 1.12. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 1.13. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang. 1.14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 1.15. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administratif berupa bunga dan atau denda. 1.16. Surat Keputusan Pembentulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, keselahan hitung, danatau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan atau Surat Keputusan Keberatan. 1.17. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan Wajib Pajak. 1.18. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk menumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada periode Tahun Pajak tersebut. 1.19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danatau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah. 1.20. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. 1.21. Putusan Banding adalah putusan Badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. 1.22. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 1.23. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Daerah.

2. Dasar Hukum

Dasar hukum atas pengenaan maupun pemungutan Pajak Air Tanah adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 ini merupakan perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000. Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini dilakukan untuk menyempurnakan sistem perpajakan Daerah secara optimal guna mendukung suksesnya sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini. Penyempurnaan dan perubahan terus-menerus dilakukan dalam sistem perpajakan Daerah mengingat adanya perkembangan ekonomi global yang berkembang demikian pesatnya yang telah menyebabkan pula timbulnya persaingan global yang mau tidak mau memaksa untuk dilakukannya perubahan. Salah satu hal yang penting dari perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini adalah penyerahan hak dan wewenang pengelolaan Pajak Air Tanah dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah KabupatenKota yang ditindaklanjuti dalam Peraturan Daerah kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah kota Medan Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.

D. Subjek dan Objek Pajak Air Tanah

1. Subjek Pajak Air Tanah

Secara umum yang disebut sebagai subjek pajak bagi pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Berkaitan dengan Pajak Air Tanah, maka yang disebu subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah. Subjek pajak akan menjadi wajib pajak apabila yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah sebagai wajib pajak daerah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Wajib Pajak Air Tanah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Pajak Air Tanah yang terutang, termasuk dalam pengertian wajib pajak ini adalah pemungut atau pemotong pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan umum peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

2. Objek Pajak Air Tanah

Objek pajak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pengenaan pajak. Dengan demikian yang dimaksud dengan objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Dikecualikan dari Objek Pajak Air Tanah adalah: a. Pengambilan, danatau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan b. Pengambilan, danatau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

E. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Air Tanah

Sebelum melakukan perhitungan atas besarnya Pajak Air tanah yang terutang maka terlebih dahulu yang harus diketahui adalah Dasar Pengenaan Pajak DPP dan Tarif Pajak yang berlaku.

1. Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah

Berdasarkan pasal 69 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan pasal 4 Peraturan Daerah Daerah Kota Medan Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah, Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Nilai Perolehan Air Tanah yang dimaksud dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut : a. Jenis sumber air b. Lokasi sumber air c. Tujuan pengambilan danatau pemanfaatan air d. Volume air yang diambil danatau dimanfaatkan e. Kualitas air f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan danatau pemanfaatan air

2. Tarif Pajak Air Tanah

Berdasarkan besarnya pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Adapun tarif Pajak Air Tanah dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 dikenakan sebesar 20 dua puluh persen.

F. Tata Cara Pemungutan dan Perhitungan Pajak Air Tanah

1. Tata Cara Pemungutan Pajak Air Tanah

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Pemerintahan daerah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dan peraturan peraturan perundang- undangan perpajakan. Tata Cara Pemungutan Pajak Air Tanah sesuai Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 sebagai berikut : 1. Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan 2. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan 3. Dokumen lain yang dipersamakan merupakan karcis dan nota perhitungan Pajak Air Tanah 4. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah Proses pemungutan Pajak dimulai dari Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan SPTPD Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Pajak Air Tanah yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang. Selanjutnya petugas Dinas Pendapatan melakukan pengawasan atas kebenaran isi dari SPTPD yang diisi oleh Wajib Pajak. Berdasarkan SPTPD tersebut Dinas Pendapatan menetapkan pajak terutang dan menerbitkan SKPD, Pajak yang telah ditetapkan Dinas Pendapatan dibayar oleh Wajib pajak ke Bank Persepsi tempat penyetoran Pajak Air Tanah Terutang yang telah ditunjuk oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang berwenang. Untuk meningkatkan dan mencegah terjadinya penyimpangan maka perlu dilakukannya pengawasan. Analisa Proses Pemungutan Pajak Air Tanah Sejak berlakunya Otonomi Daerah sebagai salah satu komponen Pemerintah Pusat secara otomatis pemerintah daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengisi kas pemerintahannya, melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemerintah daerah memiliki keleluasaan yang utuh dalam penyelenggaraan pemanfaatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Salah satu pemanfaatan sumber daya tersebut adalah Air Tanah yang dimiliki. Maka ditetapkannya Pajak Air Tanah oleh pemerintah Daerah untuk menghimpun dana bagi pembangunan daerah. Pajak Air Tanah menjadi salah satu unsur didalam Pendapatan Asli Daerah PAD. Untuk meningkatkan PAD tersebut dilakukannya proses pemungutan Pajak Air Tanah yang berlangsung terus-meneus setiap tahunnya. Dinas pendapatan Kota Medan yang menjadi tempat proses pemungutan Pajak Air Tanah tersebut dilakukan, telah melaksanakan Peraturan Daerah kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah. Namun penerimaan Pajak Air Tanah masih belum terealisasi dengan baik. Maka hal ini perlu mendapatkan perhatian dari banyak pihak, bukan saja oleh Dinas Pendapatan tetapi juga dari Wajib Pajak itu sendiri. Yang dimana memiliki kewajiban untuk membayar pajak terutang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dinas Pendapatan Kota Medan dapat melakukan penyuluhan atau pendekatan kepada Wajib Pajak yang belum memahami atau mengetahui bagaimana proses pemungutan Pajak Air Tanah tersebut mulai dari pendaftaran, penetapan pajak dan proses pembayaran pajak tersebut. Apabila Dinas Pendapatan Kota Medan dan Wajib Pajak dapat bekerjasama dalam proses pemungutan Pajak Air Tanah dengan ketentuan yang berlaku maka penerimaan Pajak Air Tanah pasti terlaksana dengan baik dan target penerimaan Pajak Air Tanah yang ditetapkan pasti dapat terpenuhi.

2. Tata Cara Perhitungan Pajak Air Tanah

Dalam perhitungan Pajak Air Tanah yang mana perhitungannya berdasarkan pengenaan Pajak Air Tanah dikalikan dengan tarif sebagai berikut : Gambar 3.1 Rumus Perhitungan Pajak Air Tanah Sumber: Dinas Pendapatan Kota Medan 2015 Contoh Perhitungan : PT. Andika Jaya Corporation, perusahaan industri sirup di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara memanfaatkan air tanah untuk bahan baku produknya. Meteran air menunjukkan angka awal 15.500 m3 dan angka akhir 20.200 m3. Bila Pemerintah Kota Medan menetapkan Harga Dasar Air HDA Rp. 805,- m3 dan tarif 20, berapakah besarnya Pajak Air Tanah yang terhutang? Jawab: Pajak Air Tanah Terutang = Tarif × Nilai Perolehan Air Tanah volume air × Harga Dasar Air 20 × 4700 m3 × Rp. 805,- = Rp. 756.700,-

G. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Air Tanah

1. Pendaftaran Atas PengambilanPemanfaatan Air Tanah

Berdasarkan ketentuan yang tertuang di dalam Peraturan Daerah kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah bahwasanya setiap orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah harus mengurus izin retribusi pengeboran kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu khususnya wilayah kota Medan untuk kemudian Dasar Pengenaan = Nilai Perolehan Air Tanah Pajak Air Tanah terutang = Dasar Pengenaan × tarif diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWPD oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dan ditetapkan sebagai Wajib Pajak Daerah khusunya Pajak Air Tanah. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar sebagai Wajib Pajak Daerah adalah sebagai berikut : a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk KTP pemilik atau penanggung jawab perusahaan b. Fotocopy izin pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah c. Fotocopy pembayaran Pajak Air Tanah Terakhir

2. Penilaian Atas PemanfaatanPengambilan Air Tanah

Untuk memperoleh Nilai Perolehan Air Tanah sebagai Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah ditentukan dengan beberapa faktor antara lain sebagai berikut : a. Komponen Nilai Perolehan Air b. Komponen Kompensasi Peruntukkan dan Pengelolaan Air Tanah c. Kriteria Golongan d. Perhitungan Faktor Nilai Perolehan Air Tanah e. Perhitungan Harga Air Baku untuk Air Tanah

H. Hak-hak Wajib Pajak Air Tanah

1. Keberatan

1.1.Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu : a. Surat ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil 1.2.Tata Cara Pengajuan Keberatan Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak yang diajukan oleh Wajib Pajak harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Mengemukakan dengan data atau bukti bahwa jumlah pajak yang terutang yang ditatapkan tidak benar. b. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. c. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. d. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud diatas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. e. Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui surat pos tercacat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan. f. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. g. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. 1.3.Hasil Keputusan Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50 lima puluh persen dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

2. Banding

2.1.Tata Cara Banding Apabila Wajib Pajak yang bersangkutan tidak sependapat dengan Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Daerah, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding. Tata cara permohonan banding sebagai berikut : a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. b. Permohonan banding sebagaimana dimaksud diatas 2.1 diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak keputusan diterima, dengan melampirkan salinan surat keputusan keberatan tersebut. c. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding. d. Pada surat banding dilampirkan salinan keputusan yang dibanding. e. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. 2.2.Putusan Banding oleh Peradilan Pajak Putusan peradilan pajak merupakan utusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, putusan dapat berupa : a. Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan untuk paling lama 24 dua puluh empat dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkan SKPDLB. b. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100 seratus persen dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Permohonan pengembalian pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama satu bulan.

I. Potensi Pajak Air Tanah

1. Potensi Objek Pajak Air Tanah

Potensi objek Pajak Air Tanah yang dimiliki oleh Kota Medan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah PAD sangat potensial, ini bisa dilihat dari pencapaian terget ditahun pertama pengelolaan Pajak Air Tanah oleh Dinas Pendapatan Kota Medan, yang nantinya bisa diketahui seberapa besar kontribusi Pajak Air Tanah terhadap PAD Kota Medan. Hal ini disebabkan karena wilayah kota Medan yang banyak terdapat perusahaan yang bergerak di bidang industri yang menggunakan bahan baku air tanah.

2. Potensi Subjek Pajak Air Tanah

Jumlah Wajib Pajak Air Tanah di Kota Medan cukup potensial untuk menunjang PAD yang berasal dari Pajak Air Tanah. Berikut data jumlah Wajib Pajak Air Tanah Kota Medan Tahun Pajak 2015. Tabel 3.1 Data Jumlah Wajib Pajak Air Tanah No Wilayah Jumlah WP 1 UPT I Medan Kota 44 Medan Amplas 24 Medan Denai 10 Medan Area 4 2 UPT II Medan Tembung 1 Medan Perjuangan 7 3 UPT III Medan Petisah 41 Medan Sunggal 18 Medan Helvetia 10 4 UPT IV Medan Barat 72 Medan Timur 25 5 UPT V Medan Polonia 22 Medan Maimun 13 Medan Baru 13 6 UPT VI Medan Tuntungan 14 Medan Selayang 1 Medan Johor 30 No Wilayah Jumlah WP 7 UPT VII Medan Belawan 50 Medan Marelan 10 Medan Deli 23 Medan Labuhan 50 Total Wajib Pajak 482 Sumber : Dinas Pendapatn Kota Medan 2015 Keterangan : Dari Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah Wajib Pajak Air Tanah yang ada di wilayah Kota Medan ada 482 Wajib Pajak. Jumlah ini tentu saja cukup potensial dan tentunya Pemerintah Kota Medan yang dalam hal ini merupakan kewenangan dari Dinas Pendapatan Kota Medan harus lebih menggali lagi potensi yang ada untuk meningkatkan jumlah Pajak Air Tanah agar Penerimaan Asli Daerah PAD Kota Medan dapat lebih ditingkatkan dari sektor Pajak Air Tanah.

J. Target dan Realisasi Pajak Air Tanah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan, target dan realisasi penerimaan Pajak Air Tanah yang diperoleh Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Target dan Realisasi Pajak Air Tanah Kota Medan Tahun Target Rp Realisasi Rp Persentase 2011 2.830.000.000,00 3.067.489.752,28 108,39 2012 7.500.000.000,00 7.838.435.113,20 104,51 2013 7.500.000.000,00 8.133.193.442,39 108,44 2014 7.500.000.000,00 8.903.934.344,91 118,72 Sumber : Dinas Pendapatan kota Medan 2015 Keterangan: Berdasarkan Tabel 3.2 dari tahun 2011 hingga tahun 2014 penerimaan dari Pajak Air Tanah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, apalagi jika dilihat pada tahun 2014, hal ini tentunya dapat membangun pemikiran yang positif dari masyarakat bahwa pihak-pihak yang terkait dalam pemungutan Pajak Air Tanah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing, namun perlu diperhatikan secara keseluruhan dari tahun 2011 ke 2012 presentase keefektifan Penerimaan Pajaknya menurun dari 108,39 menjadi 104,51 sehingga dapat dilihat bahwa Penerimaan Pajak Air Tanah pernah mengalami penurunan.

K. Kendala dan Upaya Peningkatan Pajak Air Tanah

1. Kendala Yang Dihadapi

Dalam penerimaan Pajak Air Tanah terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan diantaranya adalah : a. Subjek Pajak yang sesuai ketentuan peraturan perpajakan Daerah telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak tetapi tidak mendaftarkan diri dan tidak bersedia di daftarkan oleh petugas pajak Daerah. b. Wajib Pajak tidak menyetorkan pajak yang terutang sesuai waktu jatuh tempo pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan Daerah yang berlaku di wilayah Kota Medan. c. Wajib Pajak yang sudah terdaftar tidak melunasi utang pajak selama beberapa masa pajak.

2. Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Air Tanah

Dalam usaha untuk meningkatkan Penerimaan Asli Daerah PAD Kota Medan, Dinas Pendapatan melakukan berbagai upaya untuk mencapai target yang lebih baik, berikut upaya yang dapat dilakukan : a. Melakukan sosialisasi atas Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah serta Peraturan Walikota wilayah kota Medan mengenai Pajak Air Tanah kepada masyarakat melalui himbauan-himbauan baik secara langsung yaitu dengan mendatangi Wajib Pajak yang belum melunasi utang pajaknya dan secara tidak langsung yaitu dengan memasang spanduk- spanduk, memberikan selebaran-selebaran atau memasang billboard yang isinya menghimbau masyarakat untuk membayar pajak daerah, dalam hal ini Pajak Air Tanah. b. Memberikan Surat Teguran dan denda kepada wajib pajak yang terlambat membayar pajak atau melewati waktu jatuh tempo pembayaran sesuai dengan ketentuan perpajakan daerah yang berlaku diwilayah kota Medan. c. Melakukan observasi kelapangan tiap masa pajak untuk mengidentifikasi data wajib pajak guna mengupdate database Wajib Pajak Air Tanah. d. Memberikan kemudahan dalam pengurusan izin pengambilan danatau pemanfaatan air tanah, dengan kemudahan tersebut diharapkan Wajib Pajak, terutama yang belum terdaftar dapat segera mengurus perizinannya. e. Mengirimkan Surat Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang izin pengambilan danatau pemanfaatan air tanahnya telah berakhir. Dengan adanya Surat Pemberitahuan tersebut, diharapkan Wajib Pajak mengurus izin yang baru apabila ingin memperpanjang izin pengambilan danatau pemanfaatan air tanah.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan dari Proses Pemungutan pajak Air Tanah yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan : 1. Pajak Air Tanah adalah Pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Di Kota Medan Pajak Air Tanah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan. 2. Potensi Pajak Air Tanah yang dimiliki oleh Kota Medan cukup potensial, hal ini disebabkan letak wilayah Kota Medan yang sangat stategis untuk dijadikan wilayah industri, sehingga kemungkinan untuk menjadi salah satu sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD yang potensial sangatlah besar. 3. Dalam hal peningkatan penerimaan dari sektor Pajak Air Tanah di Kota Medan untuk Tahun Pajak berikutnya sangatlah potensial karena kesadaran Wajib Pajak atas Pajak Air Tanah di Kota Medan cukup baik.