Tulangan pada end block Kontrol defleksi dan retak pelat pretegang Sistem Lantai Beton bertulang Satu-Arah

39 η = faktor reduksi untuk kehilangan prategang pe pi f f η   =       Nilai- nilai η pada umumnya diambil sama dengan 0,85 untuk batang pratarik dan 0,80 untuk pascatarik.

2.6 Tulangan pada end block

Pada perencanaan beton prategang zona pengangkeran adalah salah satu daerah yang rawan mengalami retak bursting yang dapat menakibatkan beton terbelah pada saat beton mengalami tegangan akibat penarikan kabel. Maka dalam perencanaan dilakukan perhitungan tulangan non prategang pada daerha angkur, sehingga masalah bursting dapat di minimalkan. 0,85 c Ab fb f A b φ = Fb = Tegangan tumpu rata-rata beton F’c = Mutu beton Ab =Luas daerah tumpu bersih Ab’ = Luas area beton pendukung Bursting Mb = � 8 �� − ℎ �� = �� �2 Universitas Sumatera Utara 40 ��� = �� ��� Mb = Momen bursting Tb = Gaya tarik keluar Asb = Luas tulangan perlu

2.7 Kontrol defleksi dan retak pelat pretegang

a Defleksi pada saat transfer Akibat adanya lengkungan-lengkungan pada kabel prategang, maka pada saat trenfer gaya prategang pelat sudah mengalami lendutan keatas yang nilai nya dapat dihitung dengan rumus : Gambar 2.13 Pengaruh e terhadap lendutan 2 2 8 8 i c i e c i c g c g Pe l P e e l E I E I δ − = + 2.39 Dimana : Pi = Gaya prategang awal e e = Eksentrisitas kabel Ec = Elastisitas Ig = Inersia Universitas Sumatera Utara 41 b Defleksi akibat beban luar : 2 0, 0069 D D C W l EI δ = 2.40 Dimana : Wd = Beban luar L= Panjang bentang pelat Ic = Inersia penampang

2.8 Sistem Lantai Beton bertulang Satu-Arah

2.8.1 Tinjauan Metode Pada konstruksi beton bertulang, pelat digunakan sebagai lantai, atap dari gedung, lantai jembatan, lapis perkerasan pada jalan raya dan landasan bagi pesawat terbang di bandara. Hal ini terjadi karena pelat merupakan elemen struktur penahan beban vertikal yang rata dan dapat dibuat dengan luasan yang cukup besar. Distribusi gaya dalam pada pelat satu arah di atas dua atau lebih tumpuan dapat dianggap sebagai balok di atas dua atau lebih tumpuan. Untuk struktur statis tertentu, besar reaksi perletakannya dapat ditentukan dengan persamaan keseimbangan statika: Dan di dalam SNI juga diatur koefisien momen untuk balok menerus. Untuk bebrbagai jenis perletakan yang akan memudahkan untuk melakukan analisa atau perhitungan dengan kondisi pelat atau balok menerus. Universitas Sumatera Utara 42 Gambar 2.14 Distribusi momen pada perletakan menerus Bentang Teoritis Pelat Dalam perhitungan perencanaan pelat beton bertulang, digunakan istilah bentang teoritis yang dinyatakan dengan . di mana : ln l a = + l = bentang bersih a = panjang perletakan pada kedua tumpuan Universitas Sumatera Utara 43 Untuk perletakan yang monolit dengan pelat Gambar 2.15. Perletakan yang monolit dengan pelat • Bila 2 b h ≤ maka 1 2 ln 2 2 b b l = + + • Bila 2 b h maka ln 100 l = + Gambar 2.16. Perletakan yang tidak monolit dengan pelat • Bila b h ≤ maka 1 2 ln 2 2 b b l = + + • Bila b h maka ln l h = + Menentukan ratio pelat : 1, 4 min fy ρ = 2.41 1 600 max 0, 75 0, 750,85 600 b y f c x x x f Fy ρ ρ β = = + 2.42 Universitas Sumatera Utara 44 2 Mu Rn bd θ = 2.43.a 1 0, 59 fy Rn fyx f c ρ ρ = − 2.43.b Hitung nilai ρ dengan menggunakan rumus ABC 2 2 12 2 4 0,59 2 0,59 Rn fy fy x xfy x f c fy x f c ρ ± − = Diambil nilai terkecil Syarat ρ min ρ ρ max Jika ρ ρ min Gunakan ρ min Jika ρ ρ max Gunakan ρ max s A bd ρ = -----  As perlu = bd ρ 2 1 . 4 n d Asperlu π ≥ n = Jumlah tulangan yang diperlukan 2.44 Analisa desain : 1. Cek nilai ρ ρ = As bd = ρ max…………………….OK 2. Cari nilai a Penyesuaian lengan momen 0,85 . . . f c b a As fy = Universitas Sumatera Utara 45 0,85 Asfy a f cb = 2.45 3. Momen nominal Mn Mn = Cc x Z 2.46 = 1 0,85 . . 2 f c xb xax d a − 4. Momen rencana MR MR = Ø Mn Mu…………………..………..OK α = 2 MR ØMn Mu Mu = ………………………..OK 2.8.2. Kontrol terhadap lendutan Dalam menghitung lendutan pelat satu arah dalam kondisi menerus yang mengalami momen negatif dan positif diperlukan momen inersia efektif Ie, yang nilai nya sangat bervariasi sepanjang bentang menerus. Dan perhitungan dengan cara demikian akan memakan waktu yang cukup lama, dan hasilnya juga diragukan akan mencapai nilai 20 dari nilai aktual nya. Maka dari itu peraturan Anonim 2 9.5.2.4 mengijinkan penggunaan momen inersia yang konstan pada sepanjang bentang sebesar nilai rata-rata Ie yang dihitung pada penampang menerima momen kritis positif dan penampang momen kritis negatif. 1 2 1 2 2 e e e I tumpuan I tumpuan x I lapangan +   +     2.47 Dan untuk kontrol terhadap analisa Ie digunakan standard SNI yang tertulis dalam peraturan sebagai berikut : Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5 ayat 1-2 Universitas Sumatera Utara 46 1 Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi lendutandeformasi apapun yang dapatn memperlemah kekuatan ataupun mengurangi kemampuan layan struktur pada beban kerja. 2 Konstruksi satu arah non-prategang: 1 Tebal minimum yang ditentukan dalam Tabel 8 berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi ata u konstruksi lain yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar kecuali bila perhitungan lendutan menunjukkan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan. 2 Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi seketika sesudah bekerjanya beban harus dihitung dengan metode atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan komponen struktur. 3 Bila nilai kekakuan tidak dihitung dengan cara analisis yang lebih mendetail dan teliti, maka besarnya lendutan seketika akibat pembebanan harus dihitung dengan menggunakan nilai modulus elastisitas beton Ec sesuai dengan ketentuan pada 10.51 untuk beton normal ataupun beton ringan dan dengan momen inersia efektif berikut, tapi tidak lebih besar dari Ig . 3 3 1 e g Mcr Mcr I I Icr Ma Ma       = + −               2.48 FrxIg Mcr y = 0, 7 Fr F c = Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 2.9 Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung Istimawan, 1994 Komponen Dua Tumpuan Satu Ujung menerus Dua Ujung menerus Kantilever Fy Mpa Fy Mpa Fy Mpa Fy Mpa 400 240 400 240 400 240 400 240 Pelat Solid satu arah 20 l 27 l 24 l 32 l 28 l 37 l 10 l 13 l Tabel 2.10 Lendutan izin maksimum Istimawan, 1994 Jenis komponen struktur Lendutan yang diperhitungkan Batas lendutan Atap datar yang tidak menahan atau tidak Disatukan dengan komponen nonstruktural yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar Lendutan seketikaakibat beban hidup L �� 180 Lantai yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan komponen nonstruktural yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar Lendutan seketika akibat beban hidup L � 360 Konstruksi atap atau lantai yang menahan tau disatukan dengan komponen nonstruktural yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar Bagian dari lendutan total yang terjadi setelah pemasangan komponen nonstruktural jumlah dan lendutan jangka panjang,akibat semua beban tetap yang �� 480 Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau Disatukan dengan komponen nonstruktural yang mungkin tidak akan rusak oleh lendutan yang besar. �� 240 Universitas Sumatera Utara 48 bekerja, dan lendutan seketika, akibat penambahan beban hidup c a.Batasan ini tidak dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan penggenangan air. Kemungkinan penggenangan air harus diperiksa dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk lendutan tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan mempertimbangkan pengaruh jangka panjang dari beban yang selalu bekerja, lawan lendut, toleransi konstruksi dan keandalan sistem drainase. b.Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah dilakukan. c.Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan 11.525 atau 11.542, tetapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan berdasarkan data teknis yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik hubungan waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang ditinjau. d.Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk komponen non- struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan lendut yang disediakan sedemikian hingga lendutan total dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan yang ada 2.8.3. Detail Penulangan a Spasi Tulangan Gambar 2.17 Jarak bersih antar tulangan • Jarak bersih antar tulangan sejajar selapis ≥ dtul atau 25 mm Universitas Sumatera Utara 49 • Jarak bersih antar tulangan sejajar untuk pelat dan dinding ≤ 3 x tebal pelatdinding atau 500 mm b Selimut Beton Tebal minimum penutup beton yang disyaratkan dalam SK SNI-T-15-1991-03 ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2.11 Tebal minimum penutup beton pada tulangan terluar Komponen Struktur Didalam ruangan Diluar ruangan LantaiDinding Dtul ≤ D36 = 20 mm Dtul D36 = 40 mm D19-D56 = 50 mm Dtul ≤D16 = 40 mm Balok Semua Dtul = 40 mm Dtul D16 = 50 mm Dtul ≤D16 = 40 mm Kolom Semua Dtul = 40 mm Dtul D16 = 50 mm Dtul ≤D16 = 40 mm c Tulangan Susut Tulangan Pembagi Rasio tulangan susut dan suhu terhadap luas bruto penampang beton diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel 2.12 Rasio tulangan susut dan suhu terhadap luas bruto penampang beton Fy Mpa ρ 300 300 0, 0020 x Fy Universitas Sumatera Utara 50 = 300 0,0020 = 400 0,0018 400 400 0, 0018 x Fy • Jarak antara tulangan sejajar selapis untuk tulangan susut ≤ 5 x tebal pelat atau 500 mm • Tulangan susut dipasang tegak lurus terhadap tulangan pokok pada pelat satu arah. Tulangan susut disebut juga tulangan pembagi.

2.9 Perencanaan balok pemikul pelat