BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Bahan
Makanan pada bulan Mei 2010-Oktober 2010.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu mini 1240, neraca analitis AND GF-200, water bath, hot plate, statif dan klem, cawan
porselen, termometer dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer, buret, tabung reaksi, beaker glass.
3.3 Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E-merck kecuali disebutkan lain yaitu asam klorida 37 vv, gliserin
87 vv, kurkumin, etanol 96 vv, natrium karbonat anhidrat, natrium hidroksida, asam sulfat 98, metil orange, metil merah, asam oksalat,
fenolftalein, kalium bifthalat, aquadest Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU.
3.4 Sampel
Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah bakso daging sapi yang diambil dari beberapa pasar tradisional, pedagang asongan, dan warung-
warung bakso yang ada di kota Medan seperti pajak sore, pajak pringgan, pajak aksara, pajak pagi, pajak petisah, bakso Arema, bakso ADS, bakso Podomoro.
Universitas Sumatera Utara
3.4.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel secara purposif didasarkan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang akan dianalisis
dianggap sebagai sampel yang representatif. Penelitian ini lebih difokuskan pada perbandingan penetapan kadar natrium tetraboraks secara titrasi asam basa dan
spektrofotometri sinar tampak Sudjana, 1996.
3.4.2 Penyiapan sampel
Bakso yang dalam bentuk bulatan dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan menggunakan blender
3.5 Pembuatan Pereaksi 3.5.1 Larutan HCl 2N
Larutkan HCl 37 vv sebanyak 16,70 ml diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM,1979.
3.5.2 Larutan HCl 0,5 N
Diencerkan 4,1 ml HCl 37 vv dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.5.3 Pereaksi Kurkumin
Larutkan 40 mg kurkumin yang halus dan 5,0 g asam oksalat dalam etanol 95. Tambahkan 4,2 ml HCl pekat dan encerkan hingga 100 ml dengan etanol
Fishman, 1989.
3.5.4 Larutan Metil Orange 0,05 bv
Larutkan 0,05 g metil orange dalam 100 ml air suling Ditjen POM,1995.
3.5.5 Larutan Metil Merah 0,05 bv
Larutkan 0,05 g metil merah dalam 100 ml air suling Ditjen POM,1995.
Universitas Sumatera Utara
3.5.6 Larutan NaOH 0,2 N
Larutkan 8 g NaOH dengan aquadest bebas CO
2
di labu 1000 ml Ditjen POM,1995.
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60ºC
hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600
o
C selama 8 jam. Abu yang diperoleh dilarutkan dalam 20 ml air suling. Sebanyak 1 ml larutan
filtrat dari abu sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap. Ditambah 4 ml pereaksi kurkumin dalam etanol, diuapkan di atas penangas air sehingga terbentuk
residu berwarna merah kecoklatan dan pada residu tersebut diberikan beberapa tetes amonia encer. Diamati apakah warna merah kecoklatan berubah menjadi
hitam kehijauan Prosedur modifikasi Balai Besar POM, 2007.
3.6.2 Analisa Kuantitatif Secara Spektrofotometri 3.6.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I LIB I
Natrium tetraboraks ditimbang saksama 50 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga
homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan Konsentrasi 500 ppm.
3.6.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II LIB II
Larutan induk baku I dipipet 2,5 ml ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga
Universitas Sumatera Utara
homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan dihomogenkan konsentrasi 25 ppm.
3.6.2.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Natrium Tetraboraks
Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan
dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas air, atur temperatur pada 55±2
o
C biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95, aduk dengan hati-hati sampai semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml konsentrasi 0,6
ppm. Bilas cawan dengan sedikit etanol 95 dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95 hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 400-800 nm dengan menggunakan blanko yaitu 4 ml kurkumin yang diuapkan di cawan
penguap seperti halnya diatas dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan etanol 95 hingga garis tanda Fishman, 1989.
3.6.2.4 Penentuan Waktu Kerja Larutam Natrium tetraboraks
Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan
dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas air, atur temperatur pada 55±2
o
C biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95, aduk dengan hati-hati sampai
Universitas Sumatera Utara
semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml konsentrasi 0,6 ppm. Bilas cawan dengan sedikit etanol 95 dan masukkan air bilasannya ke
labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95 hingga garis tanda lalu larutan dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang
diperoleh Fishman, 1989.
3.6.2.5 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Tetraboraks
Larutan Induk Baku II LIB II dipipet ke dalam cawan penguap
berturut-turut 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0.8 ml; dan 1 ml 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1
ppm, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas
air, atur temperatur pada 55±2
o
C biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95, aduk dengan hati-hati sampai semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan
dengan sedikit etanol 95 dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95 hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang diperoleh Fishman, 1989.
3.6.3 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks dalam sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60ºC
hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600
o
C selama 8 jam. Ke dalam abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk
dengan batang pengaduk. Kemudian disaring melalui kertas saring tidak berabu ke
Universitas Sumatera Utara
dalam labu ukur 1000 ml, bilas kertas saring dengan aquadest panas, dan kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel
tersebut. Dipipet larutan sampel sebanyak 1 ml ke dalam cawan penguap lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan dengan hati-
hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas air, atur temperatur pada 55±2
o
C biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95, aduk dengan hati-hati sampai semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan
dengan sedikit etanol 95 dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95 hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang diperoleh Fishman, 1989. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai
absorbansi kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi Natrium tetraboraks dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya dan kadar
natrium tetraboraks dalam sampel dapat ditentukan dengan rumus : Kadar mcgml =
B s F p
V C
× ×
Keterangan : C = Konsentrasi mcgml V = Volume larutan sampel ml
Fp = Faktor pengenceran Bs = Berat sampel g
3.7 Analisa Data secara Statistik
Rumus yang digunakan untuk menentukan Standart Deviasi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
SD = 1
2
− −
∑
n X
Xi
Data diterima jika t
hitung
lebih kecil daripada t
tabel
pada interval kepercayaan 95 dengan nilai
α = 0,05. Rumus yang digunakan untuk menentukan t
hitung
yaitu : t
hitung
= n
SD X
Xi −
Keterangan : Xi = kadar natrium tetraboraks dalam satu perlakuan X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel
n = jumlah perlakuan SD = standard deviation
α = tingkat kepercayaan Untuk menghitung rentang kadar natrium tetraboraks secara statistik dalam
sampel digunakan rumus: Rentang Kadar Natrium Tetraboraks
μ =
X
± t
α2
,
dk
x n
SD Keterangan : SD = standard deviation
X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel μ = rentang kadar natrium tetraboraks
n = jumlah perlakuan t = harga t
tabel
sesuai dk
3.8 Uji Validasi Metode 3.8.1 Akurasi
Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku the method of standard additives, yakni ke dalam sampel bakso ditambahkan serbuk
kristal natrium tetraboraks baku sebanyak 1 g, kemudian dianalisis dengan
Universitas Sumatera Utara
prosedur yang sama seperti pada sampel. Hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery. Persen perolehan kembali dihitung dengan
menggunakan rumus sbb:
Perolehan kembali
1 0 0 ×
− =
A A
F
C C
C
Keterangan : C
F
= konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku
C
A
= konsentrasi sampel awal C
∗ A
= konsentrasi larutan baku yang ditambahkan
3.8.2 Presisi
Uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter RSD Relative Standard Deviation dengan rumus :
RSD = Keterangan : RSD = Relative Standard Deviation
SD = Standard Deviation
X = Kadar Rata-rata Natrium Tetraboraks dalam Sampel
3.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi Limit Of DetectionLOD dan batas kuantitasi Limit Of QuantitationLOQ dihitung dari persamaan regresi kurva kalibrasi baku
pembanding. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100 x
X SD
2
2
− −
=
∑
n Yi
Y SD
Slope SB
x LOD
3 =
Slope SB
x LOQ
10 =
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : SD = Standard Deviation
LOD = Limit of Detection Batas Deteksi LOQ = Limit of Quantitation Batas Kuantitasi
3.9 Analisa Kuantitatif Secara Titrasi Asam Basa 3.9.1 Pembakuan NaOH 0,2 N
Kalium bifthalat ditimbang seksama 100 mg kemudian dilarutkan dalam air bebas CO
2
sebanyak 30 ml. Ditambah 2 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda mantap Ditjen POM,
1995. Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas larutan.
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 204,2 mg kalium biftalat.
3.9.2 Pembakuan HCl 0,5 N
Natrium karbonat anhidrat ditimbang seksama 150 mg, kemudian dilarutkan dalam 15 ml air. Ditambah 2 tetes indikator metil merah, ditambahkan
asam klorida perlahan dari buret sambil diaduk hingga larutan berwarna merah muda pucat. Dipanaskan larutan hingga mendidih, dinginkan, dititrasi kembali
bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih lanjut Ditjen POM, 1995 . Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung
normalitas larutan. 1 ml asam klorida 1 N setara dengan 52,99 mg natrium karbonat anhidrat
3.9.3 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks Baku Pembanding
Natrium tetraboraks p.a ditimbang saksama 50 mg, larutkan dalam 10 ml air, Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah, Dititrasi dengan HCl 0,5 N Ditjen
Universitas Sumatera Utara
POM, 1979. Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas larutan.
1 ml asam klorida 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O
3.9.4 Analisa Natrium Tetraboraks dalam Sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60ºC hingga
benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600
o
C selama 8 jam. Ke dalam abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk dengan
batang pengaduk. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 2 N sampai larutan bersifat asam diamati dengan kertas lakmus. Kemudian disaring melalui
kertas saring tidak berabu ke dalam labu ukur 50 ml, bilas kertas saring dengan aquadest panas, dan kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok
larutan sampel tersebut. Pindahkan filtrat ke erlenmeyer 150 ml, tambahkan beberapa tetes metil jingga sehingga larutan menjadi berwarna merah muda.
Titrasi hati-hati dengan larutan NaOH 0,2 N sampai warna merah muda berubah jadi kuning. Ke dalam larutan di atas ditambahkan beberapa tetes gliserin dan 3
tetes fenolftalein. Dilanjutkan titrasi dengan NaOH 0,2 N sampai larutan berwarna merah muda. Ke dalam larutan di atas ditambahkan lagi gliserin dan jika warna
merah muda hilang diteruskan titrasi sampai warna larutan menjadi merah muda yang tetap, apabila ditambahkan gliserin Prosedur modifikasi Herlich, 1990.
Dihitung volume NaOH 0,2 N yang terpakai. 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 61,83 mg H
3
BO
3
3.10 Analisa Data secara Statistik
Universitas Sumatera Utara
Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium
tetraboraks secara metode spektrofotometer sinar tampak. 3.11 Uji Validasi Analisis
Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium tetraboraks secara metode Spektrofotometer sinar tampak untuk persen perolehan
kembali saja.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Kualitatif dengan Menggunakan Pereaksi kurkumin-asam oksalat 4.1.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada Sampel
Sebelum dilakukan analisa kuantitatif natrium tetraboraks pada sampel, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya natrium tetraboraks
dengan menggunakan pereaksi kurkumin-asam oksalat. Metode yang dilakukan ini merupakan metode modifikasi dari identifikasi natrium tetraboraks yang
terdapat di dalam Farmakope Indonesia dan prosedur modifikasi dari Balai POM dimana kertas kurkuma diubah dalam bentuk larutan kurkuma. Sampel dinyatakan
positif mengandung natrium tetraboraks apabila dengan penambahan pereaksi kurkumin yang telah diasamkan dengan asam klorida encer akan terbentuk warna
merah kecoklatan dan bila dikeringkan warna menjadi intensif dan bila diteteskan amonia encer berubah menjadi hitam kehijauan Ditjen POM, 1979.
Hasil pemeriksaan kualitatif natrium tetraboraks pada sampel diperoleh data, seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium tetraboraks pada sampel
No. Sampel
Kurkumin 1
2 3
4 5
6 7
8 Bakso Pajak sore
Bakso Arema Bakso Podomoro
Bakso Pajak Pringgan Bakso Pajak Aksara
Bakso Pajak Petisah Bakso ADS
Bakso Pajak Pagi Negatif
Negatif Positif Hitam kehijauan
Negatif Negatif
Negatif Negatif
Negatif
Universitas Sumatera Utara