Rekomendasi pengobatan dari CDC Centers for Disease Control and Prevention untuk pengobatan awal tuberkulosis dapat dilihat pada tabel 1. Untuk pasien tanpa infeksi HIV,
ada tiga pilihan yang dianjurkan oleh CDC:
12
1 Pilihan pertama adalah regimen empat obat yang terdiri atas isoniazid, rifampin,
pirazinamid, dan etambutol atau streptomisin. Terapi dapat diberikan tiap hari atau dua – tiga kali per minggu jika diawasi secara langsung.
2 Pilihan kedua adalah kombinasi isoniazid, rifampin, pirazinamid dan
streptomisin atau etambutol setiap hari selama 2 minggu, kemudian diobservasi langsung dua kali per minggu dengan pemberian obat yang sama selama 6
minggu,diikuti dengan pengawasan langsung dua kali per minggu dengan pemberian isoniazid dan rifampin selama 16 minggu bila diketahui adanya
kepekaan terhadap obat ini. 3
Pilihan ketiga adalah pengawasan langsung tiga kali per minggu dengan pemberian isoniazid, rifampin, pirazinamid dan etambutol atau streptomisin
selama 6 bulan.
c. Terapi preventif Kemoprofilaksi
Pasien yang terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis tanpa tanda penyakit aktif, mempunyai organisme dalam jumlah kecil di tubuhnya. Isoniazid profilaksi 300mghari
untuk dewasa selama 12 bulan pada pasien ini dapat menurunkan insidensi reaktivasi TB sebanyak 93. Terapi preventif isoniazid biasanya diberikan selama 12 bulan, walaupun
6 bulan kelihatannya cukup efektif. Pengobatan 12 bulan penuh diperlukan oleh pasien yang terinfeksi HIV. Orang yang menjalani terapi preventif harus ditanyai tiap bulan
mengenai gejala hepatitis dan terapi dihentikan bila ditemukan bukti klinis hepatitis.
Universitas Sumatera Utara
Kegagalan untuk menghentikan pengobatan dapat menyebabkan nekrosis hepar yang progresif.
12
d. Vaksin
Sejumlah vaksin hidup TB tersedia dan dikenal secara umum sebagai BCG Bacillus Calmette-Guerinsesuai nama strain original bakteri yang digunakan dalam
vaksin. Vaksinasi BCG diindikasikan bila kemoprofilaksi isoniazid tidak dapat digunakan.
7
Rekomendasi terkini adalah vaksinasi BCG dipertimbangkan bagi orang dengan tuberkulin negatif yang berulangkali terpapar dengan orang yang terinfeksi TB
tanpa diobati atau diobati secara tidak adekuat. Vaksinasi juga dipertimbangkan bagi komunitas atau kelompok yang memiliki angka infeksi baru yang tinggi walaupun telah
mendapatkan pengobatan yang agresif. Vaksinasi BCG tampak efektif dalam menurunkan resiko TB dalam populasi tertentu.
12
2.2 Evaluasi dan penanggulangan gigi dan mulut.
Evaluasi dental ditujukan pada pasien dengan penyakit aktif terutama yang telah melibatkan mulut. Riwayat medis harus termasuk pertanyaan mengenai anggota keluarga
yang terinfeksi TB seperti kemungkinan lain yang terpapar dengan penyakit ini. Skin tes tuberkulin sebelumnya harus dicatat. Pasien yang diketahui menderita TB harus
ditanyakan tentang tingkat keterlibatan penyakit ini, tipe dan durasi terapi yang diterima dan status terbaru keaktifan penyakit. Dokter dari pasien harus dikonsultasi untuk
memperkuat status pasien.
16
Pada penanggulangan dental harus dilakukan pencegahan unutk mengurangi infeksi. Harus menggunakan masker jika merawat pasien dengan riwayat TB karena penyebaran
Universitas Sumatera Utara
infeksi adalah melalui droplet aerosol. Harus dilakukan perhatian yang untuk teknik sterilisasi. Jika menggunakan handpiece yang tidak dapat disterilisasi dengan autoclave,
dilakukan dengan sterilisasi gas. Berdasarkan riwayat yang detail dan konsultasi, pasien dapat digolongkan pada tiga kategori resiko yaitu:
16
Pasien dengan risiko tinggi
• Pasien yang diketahui menderita TB menunjukkan simtom penyakit aktif
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari, mengeluarkan dahak dan kehilangan berat badan.
• Pasien dengan manifestasi TB di mulut.
Pasien dengan penyakit aktif, terutama pasien dengan keterlibatan oral, sangat menularkan. Prosedur dental harus ditunda dan pasien dikirim ke dokter umum untuk
evaluasi dan perawatan selanjutnya. Bila terdapat lesi oral TB yang terlihat pada waktu pemeriksaan, prosedur dental harus dihentikan dan pasien di kirim untuk evaluasi dan
perawatan selanjutnya. Bila dibutuhkan penanganan atau perawatan dental emergensi, diharuskan menggunakan gaun, masker, dan sarung tangan double dan peningkatan
teknik aseptik. Handpiece yang tidak dapat disterilisasi dengan autoclave harus dilakukan sterilisasi gas.
Pasien dengan risiko sedang
• Pasien dengan tes tuberkulin kulit positif tetapi tidak ada tanda-tanda
penyakit aktif. •
Pasien yang ada tanda pada pemeriksaan x-ray dada yang diduga telah menderita TB sebelumnya tetapi tidak ada tanda penyakit aktif.
Universitas Sumatera Utara
• Pasien yang telah dirawat TB tetapi tidak adekuat dan tidak ada tanda
penyakit aktif. Pasien ini mempunyai infeksi TB dan penyakitnya dapat aktif kembali. Tidak ada
tanda-tanda infeksi aktif, namun secara teori dikatakan tidak infeksius menularkan. Prosedur dental dapat dilakukan dengan menggunakan pencegahan yang sesuai. Harus
menggunakan masker dan sarung tangan. Handpiece yang tidak dapat disterilisasi dengan autoclave harus disterilisasi dengan gas.
Pasien dengan risiko rendah
• Pasien yang diketahui menderita TB yang telah mendapat perawatan yang
adekuat tanpa adanya tanda-tanda penyakit aktif. •
Pasien dengan riwayat keterpaparan TB tetapi tes kulit negatif dan adanya tanda menderita penyakit
Prosedur dental dapat dilakukan dengan menggunakan secara prosedur normal.
2.3 Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit TB.