Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit TB.

• Pasien yang telah dirawat TB tetapi tidak adekuat dan tidak ada tanda penyakit aktif. Pasien ini mempunyai infeksi TB dan penyakitnya dapat aktif kembali. Tidak ada tanda-tanda infeksi aktif, namun secara teori dikatakan tidak infeksius menularkan. Prosedur dental dapat dilakukan dengan menggunakan pencegahan yang sesuai. Harus menggunakan masker dan sarung tangan. Handpiece yang tidak dapat disterilisasi dengan autoclave harus disterilisasi dengan gas. Pasien dengan risiko rendah • Pasien yang diketahui menderita TB yang telah mendapat perawatan yang adekuat tanpa adanya tanda-tanda penyakit aktif. • Pasien dengan riwayat keterpaparan TB tetapi tes kulit negatif dan adanya tanda menderita penyakit Prosedur dental dapat dilakukan dengan menggunakan secara prosedur normal.

2.3 Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit TB.

Penyebaran organisme ke mulut melalui saliva yang terinfeksi, dapat mengakibatkan infeksi mulut. 18 Pembentukan infeksi TB oral disebabkan oleh beberapa faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor-faktor sistemik yang mendukung kemungkinan terjadinya infeksi TB meliputi resistensi host yang menurun dan meningkatnya virulensi organism. 15 Faktor predisposisi lokal, oral hygiene yang jelek, trauma lokal, adanya lesi seperti leukoplakia, granuloma periapikal, kista gigi,abses gigi dan periodontitis. 15,21,31 Terdapat 2 jenis infeksi TB oral pada jaringan mukosa yaitu yang dikenal sebagai infeksi primer dan infeksi sekunder. Lesi primer terbentuk bila basil langsung masuk ke Universitas Sumatera Utara jaringan mukosa seseorang yang belum pernah terinfeksi penyakit TB dan juga pada seseorang yang belum pernah mendapat imunisasi TB. Meskipun infeksi primer jarang terjadi tetapi sering mempengaruhi gingiva, soket bekas pencabutan dan lipatan bukal buccal folds. 15,31 Kenyataannya, area yang bisa terus terinokulasi langsung oleh basil ini mempunyai potensi terjadinya infeksi tuberkulosis primer. 15 Organisme dibawa oleh sputum dan memasuki jaringan mukosa melalui permukaan yang luka. 17 Menurut laporan kasus oleh Heilmann, terdapat seorang dokter gigi yang terinfeksi TB di nasolabial setelah melakukan perawatan mouth to mouth resuscitation pada seorang pasien penderita TB. Manakala laporan kasus Smith, melaporkan bahwa satu kasus keterlibatan TB pada soket gigi setelah pencabutan gigi dari seorang anak oleh dokter gigi yang menderita TB. Ini mengindikasikan lesi primer oral pada pasien dapat terjadi karena inokulasi basil yang langsung pada jaringan mukosa. 15 Infeksi sekunder pada jaringan mukosa terjadi karena hematogenous, penyebaran limfatik atau autoinokulasi oleh infeksi sputum. Hematogenous atau penyebaran limfatik yang infeksi ke jaringan mukosa sering terjadi pada kasus ekstrapulmonari tuberkulosis. Penyebaran lesi TB yang terjadi langsung pada rongga mulut oleh lesi TB lain yang berdekatan seperti faring kemungkinan dapat menjadi sumber tuberkulosis oral sekunder. 15 Penyebab hematogenous, basil TB menumpuk di submukosa dan selanjutnya berpoliferasi dan menyebabkan ulser pada mukosa diatasnya. 17 Walaupun efek dapat terjadi dimana saja, tetapi yang sering terlibat misalnya lidah, palatum, bibir, mukosa alveolar, dan rahang. 15 Universitas Sumatera Utara

2.4 Gambaran Klinis penyakit TB di rongga mulut.