Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tinjauan Penelitian Terdahulu

digunakan adalah teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ROA, ROE, operating income dan market capitalisation berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial ROA dan operating income berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing 2008. Adapun judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah:“Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Aktiva Pajak Tangguhan pada Perusahaan Manufaktur di BEI”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut: “Apakah rasio profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara variabel-variabel yang dalam hal ini adalah ROA, ROE dan net profit margin terhadap aktiva pajak tangguhan, dan memberikan penjelasan serta memperbaiki teori yang sudah ada mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi aktiva pajak tangguhan disuatu perusahaan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor untuk menambah wawasan mengenai pasar modal terutama mengenai profitabilitas dan aktiva pajak tangguhan. Diharapkan juga dapat memberikan kontribusi untuk penelitian selajutnya dalam hal pengembangan teori dimasa mendatang. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Mardiasmo 2001;15, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut MJH. Smeets 2002 ; 3,“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”. Menurut Sukrisno Agoes 2003;10 “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunaya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

b.Konsep Penghasilan dan Beban Menurut Akuntansi Pajak

Penghasilan adalah jumlah uang yang akan diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi atau menimbun serta menambah kekayaan. Universitas Sumatera Utara Pratt dalam John Hutagaol 2000:26 menyatakan, Net income is the difference between the revenue generate by a company in a particular time period and the expenses required to generate those revenues.” Pendapatan bersih adalah perbedaan antara pendapatan menghasilkan oleh suatu perusahaan di dalam periode waktu tertentu dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan pendapatan. Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan penghasilan income adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dari definisi diatas dapat disimpulkan kerangka dasar tersebut meliputi pendapatan maupun keuntungan yang timbul didalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Pendapan maupun keuntungan biasa didapat melalui penjualan penghasilan jasa, royalti dan sewa. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Defenisi beban dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas, persediaan aktiva tetap. Menurut pasal 4 ayat 1 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima Universitas Sumatera Utara atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Ketentuan mengenai biaya dalam perpajakan diatur dalam pasal 6 dan pasal 9 UU PPh yaitu yang mengatur biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan yang tidak boleh dikurangkan. 1 Laporan Keuangan Komersial Pengertian laporan keuangan menurut Myer 2003:105 dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi- laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan- perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan laba ditahan”. Sedangkan menurut Irham Fahmi 2004 mendefinisikan laporan keuangan merupakan pertanggung jawaban manajemen sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. 2 Laporan Keuangan Fiskal Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat dalam laporan keuangan. Ukuran itu dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi. Argumentasi yang dapat dikemukakan dari penyimpangan itu, antara lain Universitas Sumatera Utara laporan keuangan perpajakan mempunyai motivasi untuk mempersempit erosi potensi pengenaan pajak dan pemberian dorongan investasi

c. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal

Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan badan. Perbedaan tersebut timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasar laba pada konsep matching cost against revenue dengan konsep dasar fiskal yang tujuan utamanya adalah penerimaan Negara. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perbedaan tetap permanent differences dan perbedaan sementara temporary differences. 1 Perbedaan Tetap Perbedaan permanen terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan menurut standar akuntansi tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan tetap merupakan “pos-pos yang termasuk dalam laba keuangan sebelum pajak atau termasuk dalam laba kena pajak tetapi tidak pernah termasuk dalam laba keuangan sebelum pajak.” Kieso dan Weygandt, 2002. Perbedaan tetap ini dapat timbul bila pengakuan biaya dan penghasilan yang secara komersial merupakan biaya dan penghasilan, tetapi untuk tujuan perpajakan secara tetap bukan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dan bukan merupakan obyek Universitas Sumatera Utara pajak penghasilan. Contoh perbedaan permanen yaitu penghasilan yang telah dikenakan PPh final, biaya sumbangan, biaya yang bersifat naturakenikmatan. Dalam kaitannya dengan akuntansi, perbedaan tetap hanya berkaitan dengan perhitungan total pajak penghasilan yang harus dibayar untuk suatu periode normal tertentu satu tahun buku, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam alokasi pajak penghasilan untuk periode berikutnya. 2 Perbedaan Sementara Defenisi perbedaan temporer adalah selisih antara dasar pajak untuk suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai yang dilaporkan dalam neraca, yang akan menghasilkan jumlah-jumlah yang dapat dikenakan pajak atau yang dapat dikurangkan di tahun mendatang. Menurut Waluyo 2008:215, “perbedaan temporer adalah perbedaan antara dasar pengenaan pajak tax base dari suatu asset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada asset dan kewajiban yang berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya perubahan tersebut dapat bertambah future tas amount atau berkurang future deductible amount pada saat asset dipulihkan atau kewajiban dilunasi atau dibayar. Jadi perbedaan temporer tersebut timbul karena periode pengakuan yang berbeda anatara akuntansi dan perpajakan yang mungkin disebabkan karena gangguan metode atau estimasi yang berbeda unutk keperluan akuntansi dan unutk keperluan perpajakan. Perbedaan temporer ini hanya bersifat sementara berarti akan terkoreksi dikemuadian hari atau disebut sebagai efek reversal di masa Universitas Sumatera Utara mendatang, dimana selisih secara total adalah nihil. Menurut Waluyo 2008:215 perbedaan temporer terjadi pada kondisi: a Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba komersil pada periode berbeda b Goodwiil positif atau goodwill negative yang terjadi pada saat konsolidasi. c Perbedaan nilai tercatat dengan tax base dari suatu asset atau kewajiban pada saat pengakuan awal. d Bagian dari biaya perolehan atau penggabungan usaha yang bermakna akuisisi dialokasikan ke asset atau kewajiban tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak.

d. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal dengan Laporan Keuangan Komersial

Laporan keuangan fiskal yang dilampirkan pada SPT dapat disusun dengan proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan komersial. Untuk mengamankan data historis, atas penyesuaian itu perlu diadakan pencatatan terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara timing difference antara ketentuan pajak dan standar akuntansi keuangan, misalnya penyusutan. Implikasi dari aktivitas itu menunjukkan adanya perangkat “pembukuan ganda” terhadap pos-pos tertentu yang memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas rekonsiliasi. Namun, karena pembukuan itu dapat direkonsiliasikan, secara yuridis fiskal “pembukuan ganda” itu dapat dipertimbangkan. Universitas Sumatera Utara

2. Pajak Tangguhan a. Pengertian Pajak Tangguhan

Menurut Waluyo 2008:216, “Pajak Tangguhan sebagi jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat di kompensasikan. Pengakuan pajak tangguhan berdampak terhadap berkurangnya laba atau rugi bersih sebagai akibat adanya kemungkinan pengakuan beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan”. Dalam situs http: hardijma. Wordpress.com dikatakan bahwa: Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan dating yang disebabkan oleh perbedaan temporer waktu antara perlakuaan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasi di masa yang akan datang tax loss carry forward yang perlu disajikan adalam laporan keuangan dalam suatu periode tertenu . Dampak PPH dimasa yang akan datang yang perlu diakui , dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan biasa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembaca.

b. Metode Penangguhan Pajak Tangguhan

Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahan untuk menghitung dan mengakui pajak tangguhan dengan menggunakan pendekatan the asset and liability method. Untuk mengakui pajak tangguhan, PSAK No. 46 menggunakan metode aset-kewajiban yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Pendekatan Aktiva Apabila pada tahun berjalan, nilai tercatat aktiva lebih besar daripada dasar pengenaan pajak aktiva maka akan timbul perbedaan temporer kena pajak. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada kewajiban pajak penghasilan yang diakui. Kewajiban pajak penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagi kewajiban pajak tangguhan Deferred Tax Liabilities pada tahun berjalan. Sebaliknya jika nilai tercatat aktiva lebih kecil daripada dasar pengenaan pajak aktiva maka akan timbul perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada manfaat ekonomi yang diperoleh dalam bentukpengurangan pajak penghasilan. Pengurangan pajak penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagai aktiva pajak tangguhan Deferred Tax Assets pada tahun berjalan. Aktiva pajak tangguhan Deferred Tax Asset, timbul apabila beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aktiva pajak tangguhan adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagi akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. 2 Pendekatan Kewajiban Apabila pada tahun berjalan, nilai tercatat kewajiban lebih besar daripada dasar pengenaan pajak kewajiban maka akan timbul perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada manfaat ekonomi yang diperoleh dalam bentuk pengurangan pajak penghasilan. Pengurangan pajak Universitas Sumatera Utara penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagi aktiva pajak tangguhan Deferred Tax Liabilities pada tahun berjalan. Sebaliknya apabila nilai tercatat kewajiban lebih kecil daripada dasar pengenaan pajak kewajiban maka akan timbul perbedaan temporer kena pajak. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada kewajiban pajak penghasilan yang diakui. Kewajiban pajak penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan Deferred Tax Liabilities pada tahun berjalan. Kewajiban pajak tangguhan deferred tax liabilities, timbul apabila beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang sebagi akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

3. Aktiva Pajak Tangguhan a. Pengertian Aktiva Pajak Tangguhan

Menurut PSAK 46, “aktiva pajak tangguhan differed tax asset adalah jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan recovered pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang telah dikurangkan dan sisa kerugian yang dapat dikompensasikan. Menurut Mulyono 2006:217 Asset pajak yangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban menurut undang-undang pajak. Asset pajak tangguhan ini seperti telah disebabkan yaitu jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Universitas Sumatera Utara

b. Contoh Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan

Perhitungan pajak tangguhan pada pelaksanaanya mendasarkan tarif rata-rata efektif atau tarif maksimum pajak penghasilan sebagai contoh tarif maksimum pajak penghasilan sesuai pasal undang-undang pajak penghasilan sebesar 30 tiga puluh persen. Sebagai penerapannya perhatikan contoh sebagai berikut: Data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Sari tahun 2008 beserta unsur- unsur koreksinya sebagai berikut: a Laba komersial sebelum pajak Rp. 1.200.000.000 b Koreksi positif atas: − Beban pemberian natura Rp. 50.000.000 − Penyusutan bangunan kantor Rp 230.000.000 − Pendapatan sewa Rp 10.000.000 − Sanksi Bunga Pajak Rp 45.000.000 c Koreksi negatif atas: − Amortisasi Rp 60.000.000 − Pendapatan jasa giro Rp 30.000.000 − Penyusutan bangunan pabrik Rp 100.000.000 Data lainnya yang berupa kredit pajak atas: − PPh pasal 22 Rp 30.000.000 − PPh pasal 23 Rp 5.000.000 − PPh pasal 24 Rp 50.000.000 − PPh Pasal 25 Rp.100.000.000 Bersarkan data diatas hitunglah : Universitas Sumatera Utara 1 penghasilan kena pajak 2 pajak terhutang dan pajak yang kurang atau lebih dibayar 3 tetapkan aktiva pajak tangguhan 4 susunlah ayat jurnal dan penyajian dalam laporan keuangan JAWAB: Perhitungan pajak terhutang: Laba komersial sebelum pajak Rp. 1.200.000.000 Koreksi perbedaan tetap: − Beban pemberian Natura Rp 50.000.000 − Pendapatan sewa Rp 10.000.000 − Sanksi bunga pajak Rp 45.000.000 − Pendapatan jasa giro Rp30.000.000+ Rp 75.000.000 Rp 1.275.000.000 + Koreksi perbedaan waktu: − Penyusutan bangunan kantor Rp 230.000.000 − Amortiasasi Rp 60.000.000 − Penyusutan bangunan pabrik Rp 100.000.000 Rp 70.000.000 a Penghasilan kena pajak + b PPH terhutang dan PPH yang kurang lebih dibayar Rp.1.345.000.000 − 10 x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 Universitas Sumatera Utara − 15 x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 − 30 x Rp 1.245.000.000 = Rp 373.500.000 Total PPh terhutang Rp.386.000.000 + PPh terhutang Rp 386.000.000 Kredit Pajak − PPh Pasal 22 Rp 30.000.000 − PPh Pasal 23 Rp 5.000.000 − PPh Pasal 24 Rp 50.000.000 PPh terhutang yang dibayar sendiri Rp 301.000.000 Rp 85.000.000 PPh Pasal 25 PPh yang kurang dibayar Rp 201.000.000 Rp 100.000.000 a Aktiva Pajak Tangguhan = 30 x Rp 70.000.000 = Rp 21.000.000 b Ayat jurnal umum: Tgl Debit Kredit PPh Badan- Pajak Kini Aktiva Pajak Tangguhan Pendapatan Pajak Tangguhan PPh Ps. 22 Dibayar di muka PPh Ps. 23 Dibayar di muka PPh Ps. 24 Dibayar di muka PPh Ps. 25 Dibayar di muka PPh Ps. 29 terhutang 386.000.000 21.000.000 21.000.000 30.000.000 5.000.000 50.000.000 100.000.000 201.000.000 Bentuk penyajian dalam aporan keuangan: Laba komersial sebelum pajak Rp.1.200.000.000 Pajak Penghasilan: Universitas Sumatera Utara Pajak Kini Rp 386.000.000 Pajak tangguhan Rp 21.000.000 Laba komersial bersih Rp. 835.000.000 Rp 365.000.000

4. Profitabilitas a. Pengertian Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjual, total aktiva maupun modal sendiri Agus Sartono:122. Brigham dan Houston 2006:19 dalam fundamentals of financial management mendefinsikan profitabilitas sebagai berikut: Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Van Horn dan Wachowicz 1997:133, “profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba profit selama periode tertentu dibandingkan dengan aktiva atau modal yang akan dihasilkan dari keuntungan tersebut”. Menurut Kasmir 2008:196: Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Menurut PSAK, kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraph 17 menyatakan bahwa: “Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Universitas Sumatera Utara Disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.”

b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

Kasmir 2008: 197 tujuan dan manfaat profitabilitas adalah sebagai berikut: Tujuan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu: 1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan atau dalam periode tertentu, 2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, 3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, 4. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, 5. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, 6. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Manfaat yang diperoleh adalah untuk: 1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode, 2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, 3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, 4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, 5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

c. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Agnes Sawir 2005:18 jenis rasio profitabilitas terdiri dari Marjin Laba Kotor Gross Profit Margin, Margin Laba Bersih Net Profit Margin, Daya Laba Besar Basic Earning Power atau Rentabilitas Ekonomi, Operating Profit Universitas Sumatera Utara Magin , Perputaran aktiva Assets Turnover, ROA Return on Asset dan ROE Return on Equity. Dalam Penelitian ini Rasio Yang diguanakan oleh penulis adalah Net Profit Margin, ROA dan ROE. 1 Net Profit Margin Marjin Laba Bersih Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjulan. Menurut Agnes Sawir, 2005:18 Rumus Net Profit Margin adalah sebagai berikut: Net Profit Margin = 2 Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva atau ROA Return on Assets Menurut Darsono 2005: 54, “Return on Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih rata-rata dengan total aktiva suatu perusahaan”. Rata-rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Return on Asset bisa diperoleh dari net profit margin dikalikan asset turn over. Asset turn over penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. Return on asset disebut juga earning power menurut sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena Universitas Sumatera Utara menunjukan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Return on Asset Ratio ROA adalah sebagai berikut: 3 Hasil Pengembalian Atas Ekuitas atau ROE Return on Equity Menurut Darsono 2005,57, “ROE menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalkan suku bunga Bank Indonesia”. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penulis memiliki keterbatasan dalam memberikan contoh penelitian terdahulu dalam penelitian ini. Tinjauan penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing 2008 yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Aktiva Pajak Tangguhan differed tax asset Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI”. Dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, operating income dan market capitalisation. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun Universitas Sumatera Utara Profitabilitas 2007.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ROA, ROE, operating income dan market capitalisation berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial ROA dan operating income berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Stuktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 43 94

Pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan akrul terhadap earning management'studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Insdonesia

0 35 117

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

3 25 90

BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK DAN PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 20 66

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 2 28

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 26

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 6

Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

0 1 25

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 14

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 2