Kerangka Konseptual TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian saat ini berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Hatchery Skala Rumah Tangga HSRT Kerapu di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Hal yang membedakan dari penelitian-penelitian terdahulu adalah penelitian ini tidak fokus mengkaji sisi pendapatan pembudidaya ikan kerapu, melainkan strategi pengembangan usaha budidaya ikan kerapu. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk menggali informasi langsung kepada pelaku HSRT kerapu didukung data-data dari pemerintah daerah setempat. Alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor, SWOT dan QSPM.

2.3 Kerangka Konseptual

Implikasi langsung terhadap peningkatan pertumbuhan penduduk adalah makin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, sementara potensi sumber daya alam di darat yang kita miliki sangatlah terbatas. Hal tersebut mendorong kita untuk mengalihkan alternatif potensi sumber daya alam lain yang kita miliki yaitu potensi kelautan. Ada lima potensi kelautan yang dapat kita andalkan, yaitu potensi perikanan, potensi wilayah pesisir, potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi bawah laut, potensi pariwisata, dan potensi transportasi laut. Arah modernisasi di sektor perikanan yang dilakukan selama ini, hanya memberi keuntungan kepada sekelompok kecil yang punya kemampuan ekonomi dan politis, sehingga diperlukan alternatif paradigma dan strategis pembangunan yang holistik dan terintegrasi serta dapat menjaga keseimbangan antara kegiatan produksi, pengelolahan dan distribusi. Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu produsen dan pemerintah daerah memahami dan menafsirkan proses-proses yang saling terkait dalam budidaya, hingga pengaruhnya terhadap pembangunan daerah. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 7 terkait aturan pengelolaan sumber daya ikan dan didukung pasal 18 dimana pemerintah mengatur pengendalian mutu induk dan benih ikan budidaya. Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2014. Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya HSRT kerapu di Hatchery Skala Rumah Tangga di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan memberi deskripsi proses-proses terkait HSRT kerapu sehingga dapat digunakan sebagai acuan dan masukan penerapan strategi yang tepat dalam pengembangan usaha budidaya HSRT kerapu dan potensi daerah di bidang Undang-Undang Perikanan Pengembangan Kawasan Pesisir Kabupaten Situbondo HRST Kerapu Biaya Produksi DKP Faktor Sumber Daya Analisis Faktor Pemilihan Strategi Pengembangan HRST Kerapu Analisis QSPM Analisis SWOT kelautan dan perikanan Kabupaten Situbondo. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha budidaya HSRT kerapu diantaranya faktor sumber daya, biaya produksi dan DKP. Faktor-faktor ini kemudian dianalisa menggunakan analisis faktor untuk menggambarkan hubungan-hubungan kovarian antara variabel yang mendasari. Setelah itu dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui secara jelas faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi budidaya HSRT kerapu. Kemudian dilakukan pemilihan strategi pengembangan HSRT kerapu dengan menggunakan analisis QSPM.

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan gambaran umum mengenai pelaksanaan pembudidayaan ikan kerapu di Hatchery Skala Rumah Tangga di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan membantu produsen memahami dan menafsirkan proses-proses yang saling terkait dalam budidaya ikan kerapu, sehingga dapat menentukan strategi pengembangan usaha hatchery kerapu yang tepat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo, karena khusus untuk pelaku budidaya kerapu hatchery di Kecamatan Bungatan terdapat 44 HSRT dan 8 hatchery skala perusahaan, yang tersebar di Desa Bletok, Desa Bungatan dan Desa Pasir Putih. Nilai produksi benih kerapu dapat mencapai kisaran 10.000 – 1.500.000 ekor. Selain itu di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo, DPK Propinsi Jawa Timur mendirikan UPT Unit Pelaksana Teknis yaitu Unit Pengelola Budidaya Laut UPBL yang memiliki kegiatan diantaranya adalah administrasi, pelaksanaan kaji terap, desiminasi teknologi, produksi dan penyedia benih, pelayanan jasa dan usaha perikanan. Diharapkan dengan adanya salah satu instansi pemerintah di daerah tersebut dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan budidaya perikanan, khususnya untuk pengembangan Hatchery Skala Rumah Tangga HSRT Kerapu. Secara umum dapat dilihat dalam Laporan Penyusunan Data Kelautan dan Perikanan Tahun 2013 bahwa jumlah produksi untuk usaha pembenihan air lautpayau HSRT pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari 145.760.000 ekor pada tahun 2012 menjadi 270.742.500 ekor pada tahun 2013 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 85,75 seperti pada tabel berikut ini: 25