BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri manufaktur selalu berada dalam persaingan yang ketat. Menghadapi
kondisi ini,
perusahaan memerlukan
strategi untuk
meningkatkan efisiensi dalam menggunakan fasilitas. Suatu sistem manufaktur harus dapat menghasilkan produk-produk dengan ongkos yang
rendah dan kualitas tinggi, serta dapat mengirimkannya tepat waktu kepada pelanggan. Suatu sistem juga harus dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, baik dari perancangan proses maupun permintaan produk.
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan merancang tata letak atau melakukan konfigurasi
ulang tata letak. Perancangan tata letak tidak hanya diperlukan saat membangun perusahaan baru, tetapi juga saat mengembangkan perusahaan.
Menurut Haizer Render 2001:272 tata letak merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi dalam jangka panjang. Tata
letak memiliki berbagai implikasi strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya, serta
mutu kehidupan kerja. Tata letak yang efektif dapat membantu perusahaan mencapai hal-hal yaitu meliputi pemanfaatan yang lebih besar atas ruangan,
peralatan dan manusia, arus informasi, bahan baku, dan manusia yang lebih
1
baik, lebih memudahkan konsumen dan peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang lebih aman. Tujuan dari strategi tata letak adalah untuk
mengembangkan tata letak yang ekonomis yang dapat membantu pencapaian keempat hal diatas sementara tetap memenuhi kebutuhan perusahaan untuk
bersaing. Dalam sistem manufaktur, tata letak berhubungan erat dengan
penanganan aliran material. Hubungan ini menyangkut rancangan tiap aktivitas, pengaruh ruangan dan pola aliran. Oleh karenanya dalam
perancangan sistem penanganan material, harus diketahui panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan.
Dengan menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, maka jarak perpindahan material akan menjadi lebih pendek.
Tata letak fasilitas yang dirancang dengan baik pada umumnya akan memberi kontribusi yang positif dalam optimalisasi proses operasi perusahaan yang
pada akhirnyakan menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta keberhasilan perusahaan
Pabrik Roti UD. SALWA BAKERY Trenggalek memiliki beberapa tahap proses produksi roti. Dalam proses produksi roti di Pabrik Roti UD.
SALWA BAKERY Trenggalek menggunakan bahan baku yang cukup banyak. Bahan baku tersebut adalah tepung, gula, susu, margarin, telur dan
bahan pelengkap. Adapun secara lengkap kebutuhan bahan baku pada pabrik roti UD. SALWA BAKERY Trenggalek dapat disajikan pada tabel 1.1 dan
tabel 1.2.
Tabel 1.1 Kebutuhan Bahan Baku Roti Tawar dalam 1 hari
No Jenis bahan baku Jumlah kg
1 Terigu
150 2
Gula 45
3 Susu
60 4
Telur 50
5 Margarin
40 6
Ragi 1,2
7 Garam
15 Sumber: UD. SALWA BAKERY
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa dalam 1 hari total bahan baku untuk roti tawar yaitu sebesar 361,2 Kg, dengan total produksi sebanyak
4.475 bungkus. Adapun untuk mengetahui tingkat kebutuhan bahan baku roti bluder dalam 1 hari dengan total produksi sebanyak 5.250 bungkus dengan
jumlah bahan baku sebesar 331,2 Kg. secara lengkap disajikan pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Kebutuhan Bahan Baku
Roti bluder dalam 1 hari
No Jenis bahan baku Jumlah kg
1 Terigu
125 2
Gula 37,5
3 Susu
62,5 4
Telur 50
5 Margarin
40 6
Ragi 1,2
7 Garam
15 Sumber: UD. SALWA BAKERY
Aktivitas penanganan bahan baku ini terganggu karena pengaturan tata letak bahan baku dan peralatan pada area gudang bahan baku kurang
baik. Pengaturan tata letak bahan baku dan peralatan yang kurang baik ini menyebabkan total jarak tempuh aktivitas pemindahan bahan menjadi
panjang. Penempatan posisi peralatan antara area gudang dan mixer masih
berjauhan dan bahan baku yang memiliki jumlah yang besar dalam pengangkutannya pada area gudang bahan baku masih berjauhan
selengkapnya denah peralatan dan bahan baku UD. SALWA BAKERY dapat dilihat pada lampiran 1
Kondisi pengaturan tata letak bahan baku dan peralatan yang terdapat di perusahaan menyebabkan kegiatan pemindahan bahan pada proses
produksi semakin panjang. Kondisi tersebut menjadikan aktivitas operasional atau produksi perusahaan menjadi terganggu. Apabila kondisi tersebut tidak
mendapat perhatian dari pihak manajemen maka akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan.
B. Perumusan Masalah