57
masalah yang dihadapinya. Pengambilan keputusan biasanya berdasarkan berbagai pertimbangan seperti pengalaman sebelumnya, kondisi ekonomi dan keuangan, selain
itu sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang ada pada saat keputusan tersebut diambil. Dalam sebuah keluarga pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh
pihak yang dominan dalam mengatur rumah tangga, atau dapat juga berdasarkan kesepakatan antara suami dan istri. Pengambilan keputusan dalam keluarga dibagi
atas empat yaitu, pengambilan keputusan dalam bidang produksi, pengambilan keputusan dalam bidang pengeluaran kebutuhan pokok, pengambilan keputusan di
bidang pembentukan keluarga dan pengambilan keputusan di bidang kegiatan sosial.
4.3.2.1 Pengambilan Keputusan Di Bidang Produksi
Pengambilan keputusan di bidang produksi merupakan proses interaksi antara suami dan istri dalam membuat keputusan terkait keputusan untuk bekerja dan
penggunaan hasil atau penghasilan keluarga. Pengambilan keputusan di bidang produksi dapat diketahui dengan menanyakan siapa yang menjadi pengelola
keuangan keluarga, yang berarti pula memiliki wewenang untuk menentukan penngunaan penghasilan yang diperoleh keluarga. Peran sebagai bendahara atau
pengelola keuangan keluarga dianggap penting, karena pengelolaan penghasilan keluarga yang tidak cermat dapat menyebabkan berbagai kebutuhan keluarga tidak
terpenuhi. Dari hasil wawancara seluruh informan suami maupun istri, baik yang bekerja sebagai pegawai negeri, guru, staf dan pedagang dapat disimpulkan bahwa
dalam mengambil keputusan di bidang produksi dalam keluarga adalah dominasi oleh istri mengingat anggapan yang ada kalau bendahara di keluarga itu adalah
perempuan istri dan lebih cocok mengurus keuangan dengan alasan perempuan lebih irit, hemat dan lebih mampu untuk membagi-bagi penghasilan yang ada. Selain itu
58
adanya kesepakatan bahwa penghasilan suami dipegang dan dikelola oleh istri. Dalam pengelolaannya suami menyerahkan penghasilannya kepada istri, dan istri
mengelola sesuai kebutuhan keluarga mulai kebutuhan makan sehari-hari, tagihan- tagihan hingga kebutuhan yang akan datang jangka panjang tanpa ada campur tangan
dari suami. Hal ini sesuai penuturan Ibu Lastri:
“Bapak ngasih penghasilannya ke ibu, jadi ibu lah yang ngatur- ngatur kemana aja itu. bapak gak tau itu kemana aja. Palingan kalo
bapak dikasih tau bilangnya; udalah gak tau aku, itulah cukup- cukupkan. Karna bapak-bapak itu kalo dikasih tau mungkin pusing
dia.” sambil tertawa
Sumber: Hasil Wawancara, 08 Juni 2015, Pukul 16.00 Wib – Selesai Hal serupa juga juga dituturkan oleh Ibu Berniati:
“Kalo urusan penghasilan saya yang mengaturnya, biasanya itu gajinya suami dikasih ke kita, jadi yang ngatur kita, lebih kurangnya
itu kita.” Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Pernyataan Ibu Berniati di dukung oleh pernyaan ibu Yenni: “Ya, perempuanlah dominan, itu kan urusan perempuan.”
Sumber: Hasil wawancara, 17 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Dalam hal ini, mengingat istri bekerja berarti selain mengelola penghasilan suaminya istri juga mengelola penghasilannya sendiri, baik untuk kepentingan
keluarga maupun kepentingan pribadi. Seperti yang diutarakan Ibu Esra: “karna kita punya penghasilan, bisalah kita beli apa yang kita suka
namanya juga kita punya uang sendiri. Selain itu suami juga gak keberatan kalo kita beli barang-barang untuk diri sendiri karna dia
tau kan kita juga punya penghasilan”. Sumber: Hasil wawancara, 21 Mei 2015, pukul 16.00 wib – selesai
Pengambilan keputusan dalam bidang produksi tidak sebatas mengenai penggunaan penghasilan dalam keluarga tetapi juga kepada faktor yang mendorong
59
istri memutuskan untuk bekerja, bagaimana penggunaan waktu kerja serta penyeimbangannya dengan waktu untuk keluarga. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan beberapa informan, pengambilan keputusan dalam memutuskan untuk tetap bekerja tidak ada pengaruh dari suami dan menjadi keputusan istri
sepenuhnya, dan sudah menjadi kesepakatan yang dilakukan suami dan istri sebelum menikah mengingat istri sudah memiliki pekerjaan sebelum menikah, seperti
penuturan Ibu Yenni: “kalo yang memutuskan kakak untuk tetap kerja sampai saat ini itu
yaa kakak lah, karena sebelum menikah pun kakak uda kerja, jadi gak ada pengaruh suami kakak untuk menentukan kakak bekerja atau
tidak, lagian itu uda kesepakatan berdua sebelum nikah”. Sumber: Hasil wawancara, 17 Mei 2015, pukul 17.00-selesai
Selain itu adanya faktor keinginan untuk memiliki penghasilan sendiri yang menyebabkan istri tidak tergantung dengan penghasilan suami sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi yang berhubungan dengan materi serta dapat membantu keuangan keluarga, karena menurut istri kebutuhan keluarga
semakin lama semakin tinggi terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan karena terkadang tidak hanya kebutuhan yang harus dipenuhi namun juga keinginan yang
tidak terlepas dari pengaruh gaya hidup di kota. Seperti yang diutarakan Ibu Berniati:
“itu sudah menjadi sebuah kepribadian, ibaratnya ada rasa tanggung jawab, menanggungjawabin diri sendiri sebelum dan
sesudah menikah. Suatu hal kebanggaan bisa disamping memenuhi kebutuhan pribadi bisa membantu kebutuhan keluarga, semacam
ada kepuasan diri sendiri ketika saya bekerja”.
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00-selesai Berkaitan dengan penentuan waktu kerja masih menjadi keputusan istri,
karena secara tidak langsung suami juga menerima pembagian waktu yang harus dilakukan istri antara pekerjaan dengan keluarga ketika istri memutuskan untuk tetap
bekerja. Dengan kondisi yang sama-sama sibuk mereka saling mendiskusikan jam kerja dan mencari jalan tengah untuk menangani urusan di rumah dan anak-anak
60
ketika mereka bekerja dengan melibatkan orang lain seperti jasa antar jemput anak sekolah, babysitersaudara, dan jasa pembantu rumah tangga.
4.3.2.2Pengambilan Keputusan Di Bidang Pengeluaran Kebutuhan Pokok
Pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok yaitu proses interaksi antara suami dan istri dalam membuat keputusan terkait hal-hal yang
sifatnya pengeluaran masing-masing anggota keluarga, meliputi belanja ke pasar, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, memelihara dan mengasuh anak-
anak. Di dalam keluarga, perempuan belum sepenuhnya terlepas dari pengambilan keputusan terkait peran-peran tradisionalnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Ibu
Yenni: “kalo masalah anak-anak, dapur, rumah ya perempuan lah yang
lebih dominan, ya karna itu pekerjaan perempuan, suami sekedar tau dan sekedar bantu aja.”
Sumber: Hasil wawancara, 17 Mei 2015, pukul 17.00 wib – selesai
Hal ini juga dipertegas oleh Ibu Helmi: “ya, secara umum pekerjaan dapur, rumah itu tanggung jawab istri
lah, tapi ada kalanya kita butuh tenaga ya dibantu.” Sumber: Hasil wawancara, 20 Mei 2015, pukul 10.00 wib – selesai
Walaupun tidak menutup kemungkinan bagi para suami untuk menjalankan peran yang dilakukan oleh istri sehari-hari. Bagi sebagian keluarga, dimana para
suami terlibat dalam menjalankan peran tradisional istri mereka. Para suami ikut membantu mengurus anak, membersihkan rumah. Alasan mereka bahwa apa yang
mereka lakukan bukan bagi kepentingan orang lain tetapi bagi kepentingan keluarga mereka sendiri. Hal tersebut dituturkan oleh Bapak Ramli:
“ kalau dirumah kami gak ada pembagian tugas kalau urusan rumah Itu dikerjakan sama-sama, siapa yang punya waktu untuk
mengerjakannya dikerjakan gak mesti harus memasak istri, memcuci istri, suami juga bisa melakukan itu. sama juga dengan memelihara
dan mengurus anak, itu kami lakukan secara bersama-sama, dirumah
61
kalau yang mengajari si ribka anaknya itu tulang, kalo keperluan lainnya nantulang yang ngurus.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 20.00 wib – selesai
Hal ini juga di pertegas oleh peryataan Ibu Berniati: “dalam mengerjakan pekerjaan rumah, kami lakukan bersama-
sama, yang mana pekerjaan yang bisa dikerjai ya dikerjai, biasanya itu si iges anaknya cuci piring, ngepel, kalo bapaknya
nyiram bunga, kalo nantulang masak lah.”
Sumber: Hasil wawancara, 05 Mei 2015, pukul 19.00 wib – selesai
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan terlihat bahwa pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok di
keluarga dilakukan oleh suami dan istri, dimana istri yang lebih dominan.
4.3.2.3 Pengambilan Keputusan Di Bidang Pembentukan Keluarga