Metode Pencatatan Persediaan PEMBAHASAN

b. Pada perusahaan dagang, penjualan barang dagangan dicatat dalam jurnal: Tabel 3.2 Sistem Periodik Penjualan Jenis transaksi Akun Debet Kredit Penjualan KasPiutang usaha xxx Penjualan Xxx Biaya pengiriman Biaya angkut freight out xxx Biaya angkut KasUtang dagang Xxx Retur penjualan Retur penjualan pengurangan harga xxx KasPiutang usaha Xxx Sumber: Akuntansi Keuangan Dasar, 2012 Metode pencatatan ini biasanya digunakan oleh perusahaan pengecer dealer, penyalur yang menjual macam-macam barang dagangan yang harga pokok persatuannya rendah, misalnya perusahaan barang- barang besi, kaca, dan perusahaan farmasi. Keuntungan dari penggunaan metode pencatatan fisik ini adalah metode yang lebih sederhana dalam pencatatan transaksi pembelian maupun penjualan dalam kartu persediaan. Sedangkan kerugian metode ini adalah: 1. Tidak terdapatnya identifikasi terhadap barang-barang yang terjual dalam periode akuntansi yang bersangkutan sehingga harga pokok penjualan tidak dapat diselenggarakan secara kontiniu. 2. Tidak dapat disusun laporan keuangan jangka pendek karena keharusan mengadakan perhitungan atas persediaan barang yang membutuhkan waktu yang cukup lama. 3. Tidak ada alat control atas persediaan sehingga jumlah persediaan mudah diselewengkan.

2. Metode Pencatatan Persediaan Perpetual Perpetual Inventory

Method Menurut Firdaus, 2005:160 pencatatan perpetual yaitu penncatatan atas transaksi persediaan yang dilakukan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun terhadap pengeluaran persediaan. Keuntungan penggunaan metode ini adalah memudahkan penyusunan laporan labarugi dalam rencana jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir dengan memeriksa perkiraan control persediaan. Walaupun neraca dan laporan laba rugi dapat disusun tanpa mengadakan perhitungan fisik ataupun persediaan fisik, setidaknya selalu perlu diadakan pengecekan apakah barang dalam gudang sesuai dengan jumlah rekening saldo dalam buku. a. Pada perusahaan dagang, pada saat terjadi pembelian dibuat jurnal: Tabel 3.3 Sistem Perpetual Pembelian Sumber: Akuntansi Keuangan Dasar, 2012 Jenis transaksi Akun Debet Keredit Pembelian Persediaan xxx KasUtang usaha Xxx Biaya pengiriman Persediaan xxx Biaya angkkut KasUtang usaha Xxx Retur pembelian KasUtang usaha xxx Persediaan Xxx Potongan pembelian Utang usaha xxx Persediaan Xxx b. Pada perusahaan dagang, pada saat terjadi penjualan dibuat jurnal : Tabel 3.4 Sistem Perpetual Penjualan Jenis transaksi Akun Debet Keredit Penjualan KasPiutang usaha xxx Penjualan Xxx Harga pokok penjualan xxx Persediaan Xxx Biaya pengiriman Biaya angkut freight out xxx Biaya angkut KasUtang dagang Xxx Retur Penjualan Retur penjualan pengurangan harga xxx KasPiutang usaha Xxx Persediaan xxx Harga Pokok Penjualan Xxx Sumber: Akuntansi Keuangan Dasar, 2012 Bila terdapat perbedaan atau selisih jumlah dapat diadakan penelitian terhadap sebab-sebab terjadinya selisih itu. Apakah selisih itu normal dalam arti sesuai, rusak atau diselewengkan. Selisih persediaan yang terjadi dalam pemeriksaan haruslah benar-benar diperhatikan karena diantara selisih-selisih tersebut ada yang menambah harga pokok dan ada yang menambah biaya perusahaan. Dalam metode ini bagian pembukuan mencatat setiap ada transaksi persediaan pada perkiraan yang bersangkutan, sehingga setiap saat dapat diketahui jumlah dana nilai persediaan yang ada. Karena persediaan terus-menerus dicatat, maka saldo perkiraan yang ada pada rekening persediaan adalah saldo perkiraan akhir sehingga penyajian pada neraca saldo tidak lagi memerlukan penyesuaian. Dalam pencatatan persediaan, metode perpetual dapat memudahkan penyusunan neraca dan laporan labarugi juga dapat dipergunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. Pada PT. Pertani cabang Medan sistem pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual Metode Buku Perpetual Inventory System yaitu setiap ada penerimaan maupun pengiriman penjualan persediaan dicatat dalam buku persediaan.

H. Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan adalah menentukan persediaan yang dicantumkan dalam daftar keuangan. Penentuan harga pokok dari persediaan akhir dan harga pokok penjualan merupakan bagian yang penting dalam laporan keuangan, baik bagi perusahaan yang menggunakan pencatatan periodik maupun perpetual. Akuntansi untuk persediaan semakin kompleks, bila harga pembelian untuk jenis persediaan yang sama berubah-ubah selama periode pembukuan. Dalam keadaan demikian, perusahaan dapat memilih berbagai metode penilaian untuk menentukan harga pokok penjualan. 1. Metode FIFO First In First Out Cara ini didasarkan atas anggapan bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang akhir masuk. Kelebihan menggunakan metode FIFO ini adalah, perusahaan tidak memerlukan identifikasi khusus atau waktu khusus karena asumsi yang diberikan berdasarkan nilai yang berlaku pada tanggal neraca saat itu juga. Hal ini juga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya manipulasi nilai persediaan transaksi ditulis sesuai dengan urutan. Sedangkan kelemahannya adalah, metode ini kurang tanggap terhadap naik turunnya nilai persediaan perusahaan, sehingga kemungkinan terjadinya kerugian akibat naiknya harga barang persediaan akan besar. Untuk mengetahui persediaan setiap saaat dapat dilakukan pencatatan perpetual inventory system. Namun penilaian persediaan dengan system periodical inventory juga sama baiknya. Penilaian persediaan akhir dan asumsi yang masuk sesuai dengan urutan penerimaan dan pengeluarannya. Pada dasarnya PT. Pertani menggunakan metode FIFO First In First Out dalam mendistribusikan persediaannya, yaitu barang yang pertama masuk maka itu jugalah yang lebih dulu didistribusikan. Namun kadang kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda, artinya barang yang pertama masuk belum tentu didistribusikan paling awal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya saat permintaan oleh konsumen pada periode tertentu tidak sebanding dengan persediaan yang ada. Keadaan ini akan menyebabkan persediaan yang tersisa tumpang tindih dengan persediaan baru. Maka saat permintaan selanjutnya datang, barang yang didistribusikan adalah barang dari persediaan yang baru, sehingga metode yang digunakan bukanlah metode FIFO First In First Out.