Metode Penilaian Persediaan Untuk Mencapai Laba Optimal Bagi PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara

(1)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

METODE PENILAIAN PERSEDIAAN UNTUK MENCAPAI LABA OPTIMAL BAGI PT. PERTANI (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA BAGIAN UTARA

Oleh

NAMA : SITI JULIANDRI NASUTION

NIM : 080522191

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Metode Penilaian Persediaan Untuk Mencapai Laba Optimal Bagi PT.

Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-I Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

Siti Juliandri Nasution NIM.080522191


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan hidayah dan karunia-Nya skripsi yang berjudul “ Metode Penilaian Persediaan Untuk Mencapai Laba Optimal Bagi PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara” ini dapat selesai. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW, contoh tauladan terbaik atas segala bentuk aktivitas di muka bumi ini.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan baik dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan, maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis menerima kritikan-kritikan yang membangun dari semua pihak.

Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak hanya dicapai oleh Penulis sendiri, tetapi karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka untuk itu, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih Penulis atas segala dukungan baik berupa materi, tenaga, pemikiran, semangat serta do’a yang telah dipanjatkan, khususnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Mutia Ismail, MM, Ak, selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(4)

iv

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, petunjuk dan bimbingan pada saat penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar., MM,Ak.,selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Abdillah Arief, SE, M.Si,Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh karyawan PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut khususnya Bapak Karjono yang telah banyak membantu penulis

6. Skripsi ini juga sepenuhnya Penulis dedikasikan kepada Ibunda Hj. Nurdailam Harahap dan Ayahanda H.Drs. Muhammad. Dahler Nasution. Terima kasih atas nasihat, do’a restu dan motivasi yang terus diberikan kepada Penulis. Akhirnya, penulis berharap semoga semua ini tetap dalam lindungan dan ridho Allah SWT, kapada-Nyalah tempat kembali dan semoga ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, Amin.

Medan, Februari 2011 Penulis,

Siti Juliandri nasution NIM : 080522191


(5)

v ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mendeskripsikan bagaimana metode penilaian persediaan dan metode penilaian persediaan apakah yang tepat untuk mencapai laba optimal pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari perusahaan baik berupa hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya penulis juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian dan dalam bentuk sudah diolah antara lain: gambaran umum perusahaan dan data lainnya yang terkait dengan penelitian. Untuk membahas dan menganalisa pokok masalah, penulis menggunakan metode dekriptif, dengan memperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana penerapan metode penilaian pada perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada serta mengambil kesimpulan dan saran.

PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran (pengadaan dan penjualan) sarana pertanian dalam dan luar negeri. Persedian yang ada pada perusahaan ini adalah pupuk, pestisida, benih padi, saprotan dan lain-lain. Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa PSAK No. 14 sudah diterapkan perusahaan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan telah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi. Namun sebaiknya perusahaan lebih sering melakukan perhitungan fisik


(6)

vi

ABSTRACTION

Intention of this research is to earn the mendeskripsikan how method of assessment of supply and method of supply assessment of what correct to reach the optimal profit at PT.PERTANI ( Regional Persero) of Sumbagut.

Research which writer do to use the primary data obtained is direct the than good company in the form of result interview and observation. Hereinafter writer also use the data sekunder obtained from research object and in the form of have been processed for example: public picture of relevant other data and company with the research. To study and analyse the the root of the matter, writer use the method dekriptif, by obtaining picture which in fact how applying of assessment method of company to then compared to by a existing theory and also take the conclusion and suggestion.

PT. PERTANI ( Regional Persero) of Sumbagut represent the peripatetic company in the field of marketing ( levying and sale) agriculture medium in and abroad. Persedian of exist in this company is manure, pesticide, paddy seed, saprotan and others. From result of writer research see that PSAK No. 14 have been applied by a company better. This matter is visible from system of record-keeping and method of supply assessment have been conducted by as according to accountancy principle. But company of a more regular better do the physical calculation


(7)

vii DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACTION ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan ... 6

1. Pengertian Persediaan .... ... 6

2. Jenis-Jenis Persediaan ... 8

B. Biaya-Biaya Persediaan ... 10

C. Sistem Pencatatan Persediaan ... 14

D. Metode Penilaian Persediaan ... 17

E. Penyajian Persediaan Pada Laporan Keuangan ... 27

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Jenis Data ... 29

C. Tehnik Pengumpulan Data ... 29


(8)

viii

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 30

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 31

A. Data Penelitian ... 31

1. Gambaran Umum PT.PERTANI (Persero) ... 31

a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 31

b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 33

2. Jenis-Jenis Persediaan .... ... 39

3. Biaya-Biaya persediaan .. ... 40

4. Sistem Pencatatan Persedian ... 41

5. Metode Penilaian Persediaan ... 44

6. Penyajian Persediaan Pada Laporan Keuangan ... 46

B. Analisis Hasil Penelitian ... 46

1. Jenis-Jenis Persediaan .... ... 46

2. Biaya-Biaya Persediaan . ... 48

3. Sistem Pencatatan Persediaan ... 49

4. Metode Penilaian Persediaan ... 50

5. Penyajian Persediaan Pada Laporan Keuangan ... 51

6. Penerapan Metode Penilaian Persediaan Terhadap Laba Optimal Perusahaan ... 52

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 2.1 Kartu Persediaan – Metode FIFO - Perpetual ... 19

Tabel 2.2 Kartu Persediaan – Metode LIFO – Perpetual ... 21

Tabel 2.3 Kartu Persediaan – Metode Moving Average - Perpetual ... 23

Tabel 4.1 Kartu Mutasi Persediaan Pupuk – Metode FIFO ... 53

Tabel 4.2 Kartu Mutasi Persediaan Pupuk- Metode LIFO ... 55

Tabel 4.3 Kartu Mutasi Persediaan Pupuk- Metode Rata-Rata Tertimbang ... 57


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5 Gambar 2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. PERTANI (Persero) ... 35


(11)

v ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mendeskripsikan bagaimana metode penilaian persediaan dan metode penilaian persediaan apakah yang tepat untuk mencapai laba optimal pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari perusahaan baik berupa hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya penulis juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian dan dalam bentuk sudah diolah antara lain: gambaran umum perusahaan dan data lainnya yang terkait dengan penelitian. Untuk membahas dan menganalisa pokok masalah, penulis menggunakan metode dekriptif, dengan memperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana penerapan metode penilaian pada perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada serta mengambil kesimpulan dan saran.

PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran (pengadaan dan penjualan) sarana pertanian dalam dan luar negeri. Persedian yang ada pada perusahaan ini adalah pupuk, pestisida, benih padi, saprotan dan lain-lain. Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa PSAK No. 14 sudah diterapkan perusahaan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan telah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi. Namun sebaiknya perusahaan lebih sering melakukan perhitungan fisik


(12)

vi

ABSTRACTION

Intention of this research is to earn the mendeskripsikan how method of assessment of supply and method of supply assessment of what correct to reach the optimal profit at PT.PERTANI ( Regional Persero) of Sumbagut.

Research which writer do to use the primary data obtained is direct the than good company in the form of result interview and observation. Hereinafter writer also use the data sekunder obtained from research object and in the form of have been processed for example: public picture of relevant other data and company with the research. To study and analyse the the root of the matter, writer use the method dekriptif, by obtaining picture which in fact how applying of assessment method of company to then compared to by a existing theory and also take the conclusion and suggestion.

PT. PERTANI ( Regional Persero) of Sumbagut represent the peripatetic company in the field of marketing ( levying and sale) agriculture medium in and abroad. Persedian of exist in this company is manure, pesticide, paddy seed, saprotan and others. From result of writer research see that PSAK No. 14 have been applied by a company better. This matter is visible from system of record-keeping and method of supply assessment have been conducted by as according to accountancy principle. But company of a more regular better do the physical calculation


(13)

xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persediaan merupakan salah satu unsur aktiva yang paling aktif dan penting dalam proses operasi perusahaan, yang secara kontiniu diperoleh atau

diproduksi dan dijual, oleh karena itu uraian dan pengukuran persediaan harus dilakukan secara seksama. Persediaan khususnya penting karena pos ini secara material dapat mempengaruhi baik pada perhitungan Rugi Laba maupun Neraca. Istilah persediaan menunjukan barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan yang dipergunakan untuk kegiatan normal perusahaan. Baik yang digunakan untuk dijual kembali maupun yang digunakan kembali maupun digunakan untuk proses produksi, pada perusahaan dagang persediaan yang dimiliki digunakan untuk dijual kembali, sedangkan pada perusahaan industri persediaan digunakan untuk diproduksi atau ditempatkan dalam proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, dan bahan dalam proses.

Persediaan merupakan salah satu kekayaan perusahaan yang cukup lancar karena diperoleh atau diproduksi dan dijual secara terus menerus sehingga memiliki tingkat perputaran yang tinggi. Sedangkan penilaian atas persediaan itu sendiri harus dilakukan sebaik mungkin sehingga dapat membantu perusahaan dalam memperkecil hal-hal yang dapat menggangu dan menghambat dari jalannya operasi perusahaan. Misalnya saja, apabila terjadi kesalahan dalam penilaian akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba yang akan dicapai


(14)

xii

perusahaan dalam suatu periode. Oleh sebab itu penilaian harga pokok persediaan harus dapat mencerminkan hasil operasi perusahaan karena kegagaalan untuk mengalokasikan harga pokok yang layak dapat mengakibatkan penyimpangan yang serius dari perkembangan dan posisis keuangan. Bagi perusahaan industri dan perusahaan dagang menetapkan sistem pencatatan dan metode penilaian atas persediaan sangat mempengaruhi penilaian persediaan sehingga menuntut perhatian yang seksama karena persediaan merupakan salah satu harta yang paling penting di dalam perusahan dan secara material dapat mempengaruhi baik perhitungan rugi laba maupun neraca. Keberhasilan perusahaan dalam mengelola persediaan yang ada akan membantu kemajuan perusahaaan itu sendiri dan juga membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan.

PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut adalah perusahaan dimana penulis mengadakan riset atau penelitian, merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkedudukan di Jl. S.Parman No. 75 Medan, yang bergerak dalam bidang Pemasaran (Pengadaan dan Penjualan) sarana pertanian dalam dan luar negeri. Persedian yang ada pada perusahaan ini adalah pupuk, pestisida, benih padi, benih palawija, benih jagung, benih kedelai, sayuran, alat dan mesin pertanian, saprotan dan lain-lain. Dari berbagai jenis persediaan PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, jenis persediaan pupuk merupakan jenis barang dagangan yang bermacam – macam jenisnya yang merupakan unsur yang sangat penting dalam membantu program operasi target optimal perusahan.


(15)

xiii

Pada penjelasan diatas dapatlah diketahui bahwa penilaian atas persediaan adalah sangat penting artinya bagi PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, sehingga memerlukan metode penilaian atas persediaan agar tujuan yang akan dicapai perusahan dapat terwujud seperti yang diinginkan dan direncanakan. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana metode penilaian persediaan yang ditarapkan pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.

Maka dari uraian diatas penulis memilih judul ”Metode Penilaian Persediaan Untuk Mencapai Laba Optimal Bagi PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara.”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan penulis maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai metode penilaian persediaan khususnya persediaan pupuk PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.


(16)

xiv

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi perumusan masalah dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Apakah metode penilaian persediaan pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut telah sesuai dengan Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.14 ?

2. Apakah Metode Penilaian Persediaan yang diterapkan Perusahaan telah mencapai laba optimal bagi PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui lebih jauh metode penilaian persediaan yang diterapkan oleh Perusahaan.

2. Untuk dapat mengetahui metode penilaian persediaan yang diterapkan apakah telah mencapai laba optimal pada Perusahan.

E. Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang telah ditetapkan, maka manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan Penulis khususnya bagaimana penerapan akuntansi persediaan pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.


(17)

xv

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan metode penilaian persediaan. 3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan dasar perbandingan dalam meneliti

masalah yang sama. F. Kerangka Konseptual

Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas maka kerangka konseptual dari penulisan skripsi ini secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber :Penulis, 2011

Pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara adalah perusahaan yang bergerak dibidang pemasaran yang memiliki berbagai jenis persediaan barang dagangan. Kerangka konseptual ini menjelaskan bagaimana

PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian

Utara

Metode Penilaian Persediaan Sesuai Dengan

PSAK No.14

Metode FIFO, Metode LIFO, Metode Rata-Rata

Tertimbang

Penerapan Metode Penilaian Persediaan Untuk Mencapai


(18)

xvi

peneliti melakukan penelitian untuk mengidentifikasikan apakah PSAK No.14 telah sesuai digunakan dalam menerapkan metode penilaian persediaan dan apakah penerapan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan telah mencapai laba optimal.


(19)

xvii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan 1. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi, persedian adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Perusahaan dagang yang aktifitasnya adalah membeli dan menjualnya kembali, maka persediannya terdiri dari barang-barang dagangan yang mau dijual. Tapi bagi perusahaan industri manufaktur persediannya meliputi persedian bahan mentah langsung (direct material), persedian barang dalam proses (working in process), dan persediaan barang jadi (finished goods). Persedian pada perusahaan manufaktur melalui beberapa fase proses produksi secara terus-menerus melalui beberapa departemen sampai produk tersebut berada pada kondisi barang jadi yang siap dipasarkan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) menjelaskan bahwa pengertian persedian yaitu : ” Persediaan adalah aktiva :

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau


(20)

xviii

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalamproses produksi atau pemberian jasa,”

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai persedian yaitu :

”Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”.

Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih dahulu.

Kieso, Weygandt, Warfield (2002 : 443) menyatakan bahwa : ”Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan/komsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.

Soemarso (2004 : 384) menyatakan bahwa:

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.


(21)

xix

Dari uraian di atas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan pabrik dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu;

1. persediaan bahan baku (raw material inventory)

2. persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. persediaan barang jadi (finished good inventory)

Untuk memahami secara lebih jelas perbedaan dan keberadaan tiap-tiap jenis persediaan tersebut, maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan seperti yang dikemukakan oleh K.Fed Skousen, Earl K.Stice dan James D.Stice (2001 : 514)

Persediaan bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk

digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produksi akhir dari pemasok tersebut. Sebagai contoh sederhana, kertas cetak

merupakan produk akhir dari pabrik kertas, tetapi merupakan bahan baku bagi percetakan. Meskipun istilah bahan baku sangat digunakan secara luas untuk mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi namun sebutan ini sering dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan kedalam produk yang dihasilkan. Barang-barang dalam proses (good in process), dapat juga disebut pekerjaan dalam proses (work in process), barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Demikian juga barang jadi (finished good) merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual.

2. Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan perusahaan lain tergantung pada bidang kegiatan bisnisnya. Persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(22)

xx

Barang yang ada digudang (goods on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual kembali. Biasanya barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda, gir, dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.

b. Persediaan manufaktur (manufacturing inventory)

Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari :

1) Persediaan bahan baku. Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya, dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang. 2) Persediaan barang dalam proses. Barang-barang yang membutuhkan

pemrosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.


(23)

xxi

3) Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manfaktur.

4) Persediaan perlengkapan manufaktur. Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan pembersih, dan barang lainnya yang merupakan bagian yang kurang penting dari produk jadi.

c. Persediaan rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum (selling or general expenses) ketika dibeli.

B. Biaya-Biaya Persediaan

Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan, laba kotor atau laba bersih, taksiran pajak. Eksistensi persediaan menjadi suatu perkiraan yang membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya. Penilaian persediaan harus memperhitungkan biaya-biaya dimana harus dibedakan biaya-biaya yang mana saja yang harus dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang harus dibebankan untuk tahun berjalan.


(24)

xxii

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) menyatakan bahwa ”biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual/dipakai”.

Biaya persediaan sering dikaitkan atau diartikan sebagai harga pokok persediaan.

1. Biaya pembelian

Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk/pajak lainnya, biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian adalah :

a) Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan.

b) Diskon dagang, yaitu suatu potongan yang merupakan suatu cara untuk menentukan berapa sebenarnya harga yang harus dibayar oleh pembeli.

c) Potongan pembelian, yaitu potongan yang diperoleh oleh pembeli apabila ia mampu membayar faktur terhutang atas pembelian tersebut sebelum masa potongan berakhir.

d) Retur pembelian, timbul karena barang yang diterima rusak atau tidak sesuai dengan perjanjian ataupun mungkin karena adanya penyesuaian harga yang diperlukan. Total retur pembelian selama satu periode akan mengurangi pembelian perusahaan pada periode tersebut dan disajikan dalam laporan laba rugi.


(25)

xxiii

e) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), ditujukan bagi orang pribadi maupun badan yang menghasilkan/memproduksi barang, menyimpan barang dan ataupun menyerahkan jasa yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan. PPN timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang ataupun pemberian pelayanan jasa kepada konsumen.

f) Biaya pengangkutan, yang terjadi dalam kaitannya dengan pembelian harus ditambahkan dalam ke dalam perhitungan biaya persediaan. Namun biaya ini sering dicatat dalam pos khusus seperti ongkos angkut yang dilaporkan sebagai sebagai tambahan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang dan biaya bahan yang digunakan oleh perusahaan manufaktur.

g) Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan sebelum diproduksi.

2. Biaya produksi

Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pabrik. Biaya produksi dibagi menjadi 3 (tiga) elemen yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. a) Biaya bahan baku

Biaya bahan baku adalah keseluruhan biaya bahan baku yang secara langsung digunakan dalam proses produksi dan merupakan


(26)

xxiv

pengeluaran yang besar dalam memproduksi satu barang. Tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan satu produk dapat disebut bahan baku, melainkan ada yang sebagai bahan penolong yang dikategorikan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dapat diperoleh melalui pembelian atau melalui pengolahan sendiri

b) Biaya tenaga kerja langsung, merupakan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung bekerja dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Sama halnya dengan biaya bahan baku, pada kenyataannya bahwa ada upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi tidak dapat digolongkan sebagai upah tenaga kerja langsung, oleh karena itu upah tenaga kerja dapat dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

c) Biaya overhead pabrik, merupakan semua biaya yang dikorbankan untuk proses produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, beberapa istilah yang dipakai untuk biaya ini adalah beban pabrik (factory expense), overhead pabrikasi dan biaya produksi tidak langsung. Biaya ini meliputi : biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya lainnya.

3. Biaya lain-lain, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan barang jadi berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai misalnya dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk


(27)

xxv

membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelangan khusus sebagai biaya persediaan.

C. Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatan sehingga data tentang persediaan dapat tersedia dengan benar. Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan dengan dua cara, yaitu :

1. Sistem periodik

Sistem periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualannya ditentukan pada akhir periode akuntansi dengan melakukan koreksi atas catatan persediaan akhir, setelah dilakukan penghitungan fisik persediaan akhir.Dalam sistem periodik, perhitungan fisik aktual atas barang-barang yang ada ditangan diadakan pada akhir setiap periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Agar sistem periodik ini mudah dipahami, maka dapat dilihat berdasarkan ayat jurnal berikut ini :

Rekening persediaan awal barang dagang adalah Rp 12.000.000,- Dilakukan pembelian 360 unit dengan harga Rp 100.000,-

Dilakukan penjualan 350 unit dengan harga Rp 100.000,-

Sedangkan rekening persediaan akhir persediaan adalah Rp 21.000.000,-

− Persediaan awal

Rekening persediaan menunjukkan barang yang ada dalam persediaan Rp. 12.000.000,-


(28)

xxvi

− Ayat jurnal untuk mencatat pembelian

Pembelian 36.000.000,-

Hutang dagang 36.000.000,-

− Ayat jurnal mencatat penjualan

Piutang dagang 35.000.000,-

Penjualan 35.000.000,-

− Jurnal penyesuaian pada akhir periode

Harga pokok penjualan 12.000.000,-

Persediaan 12.000.000,-

Harga pokok penjualan 36.000.000,-

Pembelian 36.000.000,-

Persediaan 27.000.000,-

Harga pokok penjualan 27.000.000,-

2. Sistem Perpetual

Sistem perpetual adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang mencatat seluruh perubahan persediaan, baik penambahan maupun pengurangan persediaan dan biaya dari setiap transaksi pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi. Bila dihubungkan dengan pengawasan persediaan maka sistem pencatatan perpetual ini akan lebih baik dari sistem periodikal, karena


(29)

xxvii

dengan sistem ini setiap transaksi persediaan akan langsung berpengaruh pada perkiraan persediaan, sehingga jumlah persediaan dapat diketahui setiap saat baik jumlah kuantitas unit maupun total nilai dari setiap jenis persediaan ataupun setiap tingkat harga perolehan yang berbeda. Agar lebih mudah memahami sistem perpetual ini maka dapat dilihat melalui ayat jurnal sebagai berikut :

− Persediaan awal

Rekening persediaan menunjukkan barang yang ada dalam persediaan Rp. 12.000.000,-

− Ayat jurnal untuk mencatat pembelian

Persediaan 36.000.000,-

Utang dagang 36.000.000,-

− Ayat jurnal untuk mencatat penjualan Piutang dagang 35.000.000,-

Penjualan 35.000.000,-

Harga pokok penjualan 21.000.000,-


(30)

xxviii

− Jurnal penyesuaian pada akhir periode

Tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Rekening persediaan menunjukkan saldo yang ada pada akhir periode yaitu Rp. 27.000.000,- (Rp. 12.000.000 + Rp. 36.000.000 – Rp. 21.000.000 )

D. Metode Penilaian Persediaan

Penetapan metode atau prinsip-prinsip untuk menilai persediaan

mempunyai pengaruh yang penting terhadap penjualan yang dilaporkan serta pengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang penting dan selalu berputar sehingga metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil dari kegiatan operasi dan kondisi keuangan perusahaan. Penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang untuk tujuan pencatuman dalam neraca pada akhir tahun dan nilai yang akan dibebankan sebagai harga pokok yang dijual pada periode tahun buku berikutnya.

Pengertian diatas mengandung arti bahwa nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keuangan baik dalam neraca mau pun dalam laporan laba rugi. Ada tiga metode penilaian persediaan yakni Metode harga pokok, metode taksiran, metode harga terendah antara harga pokok atau Harga Pasar (Lower of Cost or Market)


(31)

xxix 1. Metode Berdasarkan Harga Pokok

Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode weighted average.

a. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification)

Dyckman, Dukes, Davis (2000 : 392) mengatakan bahwa, “Metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu”.

Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus biaya secara fisik.

Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani, dan memakan


(32)

xxx

biaya. Oleh karena itu, metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.

b. Metode penilaian FIFO

Metode FIFO adalah penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk atau barang yang paling dahulu dibeli adalah yang paling pertama dikeluarkan. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa yang dianggap masuk adalah harga perolehannya.

1). Dengan menggunakan metode pencatatan perpetual Tabel 2.1

Contoh Sistem Pencatatan Perpetual – Metode Penilaian FIFO

Tgl Pembelian Penjualan Sisa

Kwan Cost/

unit Total Kwan Cost/

unit Total Kwan

Cost/u

nit Total 1-jan 500 62 31.000

14 1.000 50 50.000 500 62 31.000

1.000 50 50.000

15 500 62 31.000

700 50 35.000 300 50 15.000 21 500 42 21.000 300 50 15.000

500 42 21.000

25 300 50 15.000

200 42 8.400 300 42 12.600 28 600 39 23.400 300 42 12.600

600 39 23.400

29 300 42 12.600 600 39 23.400


(33)

xxxi

Metode ini dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus biaya paralel dengan arus biaya fisik barangyang dijual. Persediaan akhir dilaporkan dengannilai menurut harga pokok yang paling baru dimana harga pokok tersebut amat dekat dengan nilai berjalan persediaan pada tanggal neraca.

1) Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical

Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data-data sebagai berikut:

1 jan Persediaan awal 500 unit @Rp.62 Rp.31.000 14 jan Pembelian 1.000 unit @Rp.50 Rp.50.000 21 jan Pembelian 500 unit @Rp.42 Rp.21.000 28 jan Pembelian 600 unit @Rp.39 Rp.23.400

Jumlah 2.600 unit Rp.125.400

Asumsikan perhitungan persediaan fisik persediaan pada tanggal 30 januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang.

Maka harga pokok pesediaan akhir (menggunakan metode periodik) adalah: Pembelian Tgl 28 jan 600 unit @Rp.39 Rp.23.400

Pembelian Tgl 21 jan 400 unit @Rp.42 Rp.16.800


(34)

xxxii

Maka harga pokok penjualan Rp.125.400 – Rp.40.200 = Rp.85.200

c. Metode penilaian LIFO

Metode LIFO merupakan metode pencatatan persediaan yang berdasarkan pada anggapan bahwa barang-barang yang dibeli (masuk) akan lebih akhir dikeluarkan. Dengan demikian, persediaan yang ada pada suatu saat tertentu adalah terdiri atas barang-barang yang dibeli lebih awal karena barang-barang yang dibeli kemudian dinggap telah terjual.

1). Dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual. Tabel 2.2

Contoh Sistem Pencatatan Perpetual – Metode Penilaian LIFO

TGL Pembelian Penjualan Sisa

Kwan Cost/unit Total Kwan Cost/unit Total Kwan Cost/unit Total

1 jan 500 62 31.000

14 1000 50 50.000 500 62 31.000

1000 50 50.000

15 1000 50 50.000

200 62 12.400 300 62 18.600 21 500 42 21.000 300 62 18.600

500 42 21.000

25 500 42 21.000 300 62 18.6000 28 600 39 23.400 300 62 18.600

600 39 23.400

29 300 39 11.700 300 62 18.600

300 39 11.700


(35)

xxxiii

Sebagai catatan bahwa nilai-nilai yang dihasilkan dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual, dari contoh diatas, diperoleh bahwa nilai

persediaan akhir mrenurut sistem periodik adalah sebesar Rp.36.000 sedangkan menurut sistem perpetual hanya sebesar Rp. 30.300.

2). Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical

Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data-data sebagai berikut:

1 jan Persediaan awal 500 unit @Rp.62 Rp.31.000 14 jan Pembelian 1000 unit @Rp.50 Rp.50.000

21 jan Pembelian 500 unit @Rp.42 Rp.21.000 28 jan Pembelian 600 unit @Rp.39 Rp.23.400

Jumlah 2.600 unit Rp.125.400

Asumsikan perhitungan persediaan fisik persediaan pada tanggal 30 januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang.

Maka harga pokok pesediaan akhir adalah:

Pembelian Tgl 28 jan 600 unit @Rp.39 Rp.23.400 Pembelian Tgl 21 jan 300 unit @Rp.42 Rp.12.600

Jumlah Rp.36.000


(36)

xxxiv

d. Metode penialian Rata-Rata Tertimbang

Pada metode Rata-rata tertimbang ini, penilaian persediaan didasarkan atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan, kemudian dikalikan dengan jumlah unit persediaan.

1). Dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual

Tabel 2.3

Contoh Pencatatan Perpetual – Metode Rata-Rata Tertimbang

TGL Pembelian Penjualan Sisa

Kwan Cost/unit Total Kwan Cost/unit Total Kwan Cost/unit Total

1 jan 500 62 31.000

14 1000 50 50.000 1.500 54 81.000 15 1.200 54 64.800 300 54 16.200 21 500 42 21.000 800 46,50 37.200 25 500 46,50 23.250 300 46,50 13.950 28 600 39 23.400 900 41,50 37.350 29 300 41,50 12.450 600 41,50 24.900 Sumber: Soemarso, (2004:414)

Pengaruh metode ini didukung sebagai suatu pendekatan yang realistis dan paralel dan arus fisik barang. Khususnya apabila barang-barang yang sama telah bercampur baur. Pengguna metode ini juga memberikan harga pokok yang sama untuk barang sama


(37)

xxxv

yang memiliki kegunaan yang sama. Namun, keterbatasan metode rata-rata tertimbang ini adalah jika terjadi fluktuasi harga yang cukup tinggi sehingga harga pokok persediaan akhir tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya.

2). Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical

Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data sebagai berikut:

1 jan Persediaan awal 500 unit @Rp.62 Rp.31.000 14 jan Pembelian 1000 unit @Rp.50 Rp.50.000 21 jan Pembelian 500 unit @Rp.42 Rp.21.000 28 jan Pembelian 600 unit @Rp.12 Rp.23.400

Jumlah 2.600 unit Rp.125.400

Harga pokok rata-rata tertimbang Rp125.400 : Rp 2.600 unit = Rp 48,23 per unit perhitungan fisik persediaan pada tanggal 30 Januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang maka harga pokok persediaan akhir (menggunakan sistem periodik) adalah = 600 unit x Rp 48,23 per unit = Rp.28.939


(38)

xxxvi 2. Metode Taksiran

Selain metode harga pokok untuk menilai persediaan yang akhir, kita juga dapat menggunakan metode taksiran dalam menilai persediaan akhir yang ada pada perusahaan. Metode taksiran ini terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)

Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada suatu hubungan yang diasumsikan antara laba kotor dan penjualan. Untuk menetapkan harga pokok penjualan disini digunakan suatu persentase laba kotor, kemudian harga pokok penjualan dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia dijual untuk mendapatkan suatu saldo persediaan.

b. Metode Eceran (Retail Method)

Metode eceran (retail method) biasanya digunakan oleh toko serba ada. Metode ini memungkinkan dilakukannya kalkulasi jumlah persediaan tanpa memerlukan waktu dan biaya inventarisasi fisik atau menyelenggarakan catatan persediaan perpetual yang terperinci.

1) Hitung persentase harga pokok yaitu perbandingan barang-barang yang tersedia untuk dijual dari harga pokok(biaya) dibandingkan dengan harga jual (eceran)


(39)

xxxvii

2) Kemudian barang yang tersedia untuk dijual dengan harga jual(eceran) dikurangi dengan jumlah penjualan akan menujukkan persediaan akhir menurut harga jual (eceran)

3) Persediaan akhir dengan harga pokok dihitung dengan mengalikan persentase harga pokok dengan persediaan akhir menurut harga jual (eceran)

Untuk memudahkan pengertian yang dikemukakan diatas, berikut diberikan contoh perhitungan dari penggunaan metode eceran ini :

Biaya Eceran 1 Juni Persediaan Rp 428.300 Rp 670.500 1-30 Juni Pembelian (bersih) Rp 608.500 Rp 949.500 1-30 Juni Penjualan (bersih) Rp1.140.000

Dari data diatas untuk menghitung estimasi biaya persediaan barang dagangan per 30 juni dengan metode eceran :

Harga Pokok Eceran Persediaan barang dagang, 1 Juni Rp 428.300 Rp 670.500 Pembelian (bersih) 608.500+ 949.500+ Barang yang tersedia untuk dijual Rp 1.036.800

Rasio biaya terhadap harga eceran :

Rp1.620.000 Rp 1.036.800 = 64%


(40)

xxxviii Rp 1.620.000

Penjualan (bersih)

pada eceran

Rp1.140.000 Persediaan barang dagangan, 30 Juni ,

Rp 480.000 Persediaan barang dagangan, 30 Juni,

pada estimasi biaya (480.000x64%)

3. Metode Harga Terendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar (Lower of Cost or Market)

Rp 307.200

Dalam metode ini kita akan memilih mana yang lebih rendah diantara harga pokok dan harga pasar. Penggunaan metode ini didasarkan atas pertimbangan prinsip hati-hati (konservatif), yang artinya segera mengakui kerugian bila kerugian tersebut diketahui akan terjadi.

Aturan dari yang terendah antara harga pokok atau harga pasar (Kieso dan Weygandt, 2002 : 573) adalah : “Persediaan dinilai pada yang terendah antara harga pokok atau harga pasar, dengan harga pasar dibatasi tidak lebih dari nilai bersih yang dapat direalisasikan atau tidak kurang dari nilai bersih yang dapat direalisasikan dikurangi margin laba normal”.

E Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan

Persediaan biasanya disajikan dalam Laporan Harga Pokok Penjualan perusahaan yang merupakan bahagian dari Laporan Laba Rugi periode


(41)

xxxix

diletakkan setelah atau di bawah piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan baik metode harga pokok (FIFO, LIFO, Rata-rata tertimbang), metode taksiran maupun LCM harus

dicantumkan. Rincian dari keterangan penggunaan metode ini dapat ungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam catatan kaki atas laporan keuangan perusahaan.

Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan untuk alasan yang masuk akal harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut :

Aktiva Aktiva lancar:

Kas Rp 750.000

Piutang usaha Rp 250.000 Dikurangi: Penyisihan piutang ragu-ragu Rp (50.000)

Piutang bersih Rp 200.000

Persediaan barang dagang Rp 1.050.000

Perlengkapan Rp 500.000+


(42)

xl F. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Gambar:2.4

Tinjauan Peneliti Terdahulu No Nama

Peneliti Judul Penelitian

Teknik

Analisis Data Hasil Penelitian 1. Windu

AT (2006) Analisa Metode Penilaian Persediaan Material pada PT.PLN (Persero) Will SU . Metode deskriptif

Penyajian laporan keuangan laba-rugi perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum.

2. Rumia Rugun Octavia (2005) Akuntansi Persediaan Pada PT.Daya Agung Cabang Medan Metode deskriptif dan komperatif

Telah sesuai dengan PSAK no.14, dalam hal pencatatan, penilaian persediaan, penyajian persediaan dalam laporan keuangan perusahaan.

Penilaian persediaan dengan harga pokok terhadap persediaan dilakukan dengan metode FIFO yaitu persediaan yang masuk pertama maka persediaan tersebut yang akan keluar pertama juga ddengan pengukuran yang dipakai adalah harga beli dalam menentukan persediaan

3. Ibin H,Askan (2007) Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan pada PT.Cakra Compact Aluminiun Industries Medan Metode deskriptif

Persediaan yang digunakan perusahaan metode FIFO yang telah sesuai dengan standar akuntansi dimana barang yang pertama dibeli akan dijual terlebih dahulu sehingga yang tertinggal adalah persediaan akhir yang dibeli kemudian.


(43)

xli BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah studi deskriftif yang menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut, yang diperoleh melalui teknik wawancara atau pun observasi.

2. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari perusahaan yang diteliti, Misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan data yang berhubungan dengan akuntansi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk kepentingan ini, penulis menggunakan beberapa cara yaitu :

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke Perusahaan PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara. 2. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan

pihak-pihak yang berkompeten di Perusahaan PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara, seperti Bagian Akuntansi.


(44)

xlii

3. Studi kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan secara teoritis dengan cara memanfaatkan buku-buku literature, serta catatan selama perkuliahan yang berhubungan dengan pokok bahasan skripsi

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana penerapan metode penilaian pada perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada serta mengambil kesimpulan dan saran.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai oleh penulis pada Bulan Januari 2011 s/d selesai, bertempat di PT. PERTANI (Persero) Kantor Wilayah Sumbagut yang beralamat di Jln. Letjend S. Parman No. 75 Medan


(45)

xliii BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1.Gambaran Umum PT. PERTANI (Persero) a. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada mulanya PT PERTANI (Persero) merupakan kelanjutan dari badan perusahaan produksi bahan makanan dan pembukaan tanah (BMPT) yang didirikan sejak tahun 1959 berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1959. Sebagai perusahaan negara dengan status badan hukum berkedudukan di Jakarta maka penyelenggaraan tugas BMPT dilakukan oleh :

1) Bagian perusahaan padi sentra, bergerak dalam sektor produksi padi untuk mensukseskan swa-sembada beras.

2) Perusahaan tanah kering dan pembukaan tanah, bertugas melaksanakan pembukaan tanah di lahan kering dengan menggunakan peralatan pertaniaan modern (traktor).

3) Bagian perusahaan ini pembukaan tanah pasang surut, yang melaksanakan pembukaan tanah pertanian di daerah pasang surut diluar Jawa.

Dalam rangka pelaksanaan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang No. 19/1960, BMPT berubah menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Pertanian Negara disingkat menjadi BPU Pertani. Selanjutnya BPU Pertani berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12/1963 tanggal 1 Januari 1963 berubah menjadi Perusahaan Pertanian Negara disingkat menjadi PERTANI.


(46)

xliv

Dalam perkembangannya Perusahaan Pertanian Negara berubah menjadi Perusahaan Perseroan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21 dengan Akte Notaris Kartini Mulyadi, SH No. 46 Tanggal 11 Januari 1974 Jo. Akte Perubahan No. 136 Tanggal 24 April 1974 dan Akte Perubahan yang dibuat notaris Imas Fatimah, SH No. 45 Tanggal 6 Februari 1984 Jo. Akte Perubahan No. 26 Tanggal 3 Oktober 1984 menjadi PT. PERTANI (PERSERO).

PT. PERTANI (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah yang bertujuan turut aktif melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan sektor pertanian pada khususnya. Perseroan dapat pula mendirikan atau menjalankan perusahaan dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut diatas, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan-badan lain sepanjang yang demikian itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Untuk menyesuaikan dengan UU PT No. 1 Tahun 1965 dan PP No. 12 Tahun 1988. Anggaran dasar PT.PERTANI (Persero) disesuaikan dengan Akte perubahan No. 81 Tanggal 27 Maret 1998 yang dibuat oleh notaris Imah Fatimah, SH dan terakhir dengan perubahan No. 1 Tanggal 2 Mei 2002 yang dibuat oleh notaris Mintarsih Natamiharja, SH.

Dalam melakoni perannya itu, dijalankan bisnis inti yang meliputi distribusi pupuk, produksi dan distribusi beras, benih padi serta palawija. Selain itu PT. PERTANI (Persero) yang berperan dalam perdagangan hasil bumi,


(47)

xlv

penyedian jasa gudang angkutan dan pengolahan lahan, sebagai distributor pestisida, dan bahan kimia pertanian lainnya, benih/bibit dan hasil hortikultura, alat dan mesin pertanian. Organisasi PT.PERTANI (Persero) meliputi seluruh Wilayah Indonesia yang terdiri dari 1 kantor pusat, 6 kanwil dengan 32 cabang dan unit pemasaran serta 28 UPB (Unit Produksi Benih), Strategic Business Unit (SBU) perberasan dengan 4 cabang pemasaran dan 19 UPP (Unit Penggilingan Padi), 1 SBU Hortikultura dengan 3 unit pemasaran, dan dan 1 UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan).

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang bersifat formal, yang menunjukkan kedudukan dan jabatan secara hirarki. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggung jawab setiap fungsi dalam suatu organisasi, yang sifatnya relatife permanen tanpa menutup kemungkinan adanya reorganisasi, baik yang bersifat pemekaran maupun penyederhanaan organisasi sesuai dengan tuntutan dari perkembangan organisasi tersebut. Struktur organisasi yang baik dalam perusahaan belum dapat memberikan jaminan tentang loyalitas setiap individu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang telah digariskan. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dengan baik banyak dipengaruhi oleh mengerti tidaknya seseorang atau individu yang tergabung dalam organisasi untuk memahami fungsi dan tugasnya didalam organisasi tersebut. Dengan demikian,


(48)

xlvi

struktur organisasi yang baik bukanlah menjadi tujuan utama perusahaan, namun lebih sebagai alat yang dipergunakan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Struktur PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal. Adapun struktur organisasi pada perusahaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Adapun fungsi dan tanggung jawab masing-masing organisasi pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara adalah sebagai berikut:

Kepala Wilayah

1) Menyusun rencana kerja dan program kerja perusahaan

2) Menjabarkan RKAP (Rencana Kerja Angaran Perusahaan) kepada masing-masing satuan organisasi dan unit kerja.

3) Mengoperasionalkan RKAP dengan memanfaatkan sumber dayamanusia secara optimal.

4) Membina dan mengembangkan, usaha dan kualitas sumber daya manusia. 5) Mewakili perusahaan untuk melakukan perikatan dan tindakan hukum

sesuai dengan tanggung jawabnya.

6) Melakukan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan dan kewajiban memelihara serta menjaga keamanan harta kekayaan perusahaan.

7) Menhurus dan mencatat hak dan kewajiban yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan.


(49)

xlvii

8) Membuat laporan manajemen atau keuangan sebagai pertanggung jawabaan kepada direksi.

Kepala Bagian Pemasaran Saprotan

1) Menyususn rencana kerja dan program kerja kegiatan usaha pemasaran sarana pertanian dan hasil pertanian.

2) Mengkoordinasikan kegiatan usaha pemasaran secara produksi pertanian.

3) Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan. 4) Membina peluasan pasar dan pengembangan pasar.

5) Menjalin hubungan dengan instansi pemerintah dan badan usaha terkait.

6) Mengurus dan mencataat hak dan kewajiban yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan.

7) Mangajukan saran dan pendapat kepada kepala kantor wilayah.

Kepala Bagian Bina Usaha

1) Menyusun rencana dan program kerja bidang usaha pembenihan, perberasan, usaha jasa, dan hasil pertanian.

2) Mengkoordinir kegiatan usaha produksi benih, penggilingan padai, usaha jasa dan hasil pertanian.


(50)

xlviii

3) Melakukan monitoring dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan diseluruh daerah kerja wilayah.

4) Melakukan pembinaan teknis yang terkait dengn kegiaatan usaha pengolahan dan jasa

5) Menjalin hubungan dan instansi pemerintahan dan badan usaha yang terkait.

6) Mengurus dan mencatat hak dan kewajiban yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan

7) Mengajukan saran dan pendapat kepada kepala wilayah.

Kepala Bagian Keuanagan Umum.

Kepala bagian keuanagn umum selaku pembantu kepala wilayah bertanggung jawab menyususn rencana dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuanagn, fungsi kebendahaaraan, penyusun cash flow, rencana kerja dan anggran perusahaan, sumber daya manausia, secara usaha dan sarana kerja, tata usaha,dan surat menyurat, kearsipan, pelayanan hukum, mengurus hak dan kewajiban yang timbul dari kegiatan tersebut.

Kepala Bagian Akuntansi

1) Melaksanakan verifikasi atas kelengkapan dan kewajiban dokumen dasar.


(51)

xlix

2) Melaksanakan kegiatan penyusunan laporan keuangan dan laporanevaluasi wilayah beserta kelengkapannya.

3) Melaksanakan konfirmasi hak dan kewajiban prusahaan serta rekonsiliasi antara wilayah dengn kantor pusat.

4) Melaksanakan penelitian atas hasil audit menyangkut pelaksanaan administrasi pembukuan serta penyampaian atau saran san pertimbangan kepada kantor pusat.

5) Melaksanakan input transsaksi kantor wilayah dan satuan organisasi di bawah wilayah.

6) Melaksanakan penyimpnana dokumen dasar wilayah.

7) Melaksanakan bimbingan teknis pelaksanaan administrasi pembukuan dan kebijaksanaan akuntsni ke satuan organisasi dibawah wilayah.

2. Jenis-Jenis Persediaan.

PT. PERTANI (Persero) memiliki beraneka ragam jenis persediaan. Jenis-jenis persediaan yang dimiliki oleh PT. PERTANI (Persero) adalah dikelompokan menurut jenis usaha yaitu :

a. Persediaan barang dagangan saprotan yang terdiri dari :

1) Persediaan pupuk, yaitu : Pupuk Urea, TSP, ZA, KCL, Kieserite, Dolomite, SP-36, Phonska, Amophos, D.A.P

2) Persediaan pestisida, yaitu : Insektisida cair, Insektisida granular, Insektisida powder, Rodentisida, Herbisida


(52)

l

3) Persediaan benih/bibit beli jual (BJ), yaitu : benih padi, palawija, sayuran

4) Persediaan aneka saprotan, yaitu : Atonik, Hidrasit, Vaksin, VD, ZPT, PPC, bibit ternak ikan, pangan ternak ikan

b. Persediaan barang dagangan aneka usaha, yaitu : jagung, kedelai, jasa angkutan, jasa pergudangan.

Disamping itu PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut mengelompokkan persediaan menurut kondisinya yaitu :

a. Persediaan sehat (current inventory)

Persediaan yang dapat terjual dengan harga layak diatas harga pokok dalam periode normal yang ditetapkan.

b. Persediaan lambat baku (slow moving inventory)

Persediaan yang dapat terjual dengan harga layak diatas harga pokok dalam periode lebih dari periode normal yang ditetapkan.

c. Persediaan rusak (obsalete/defective inventory)

Persediaan yang mutunya tidak seperti semula dan dapat dijual dengan harga normal atau dibawah harga pokok dan atau tidak dapat terjual.

3. Biaya-Biaya Persediaan

Biaya-biaya persediaan PT. PERTANI (Persero) meliputi :

a. Persediaan barang dagangan lokal sebesar yang tercantum didalam faktur ditambah ongkos angkut dan ongkos bongkar muat dan


(53)

biaya-li

biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan sampai barang tersebut siap untuk dijual kembali.

b. Persediaan barang dagangan import bersubsidi sebesar Nilai L/C (harga penyerahan) yang ditambah ongkos angkut dan ongkos bongkar muat dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan sampai barang tersebut siap untuk dijual kembali.

Biaya pemesanan yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang misalnya biaya telephone, biaya faxmile dimasukkan ke biaya kantor. Sedangkan biaya penyimpanan persediaan tidak dikalkulasikan sebagai penambahan harga pokok persediaan namun dalam prakteknya biaya penyimpanan ini dimasukkan ke dalam biaya langsung. Sebagai distributor maka PT. PERTANI (Persero) bekerja sama dengan produsen-produsen pupuk seperti Petrokimia, PT.PIM (Pupuk Iskandar Muda), dan Pupuk Kaltim. Untuk jenis pupuk seperti SP 36, ZA, NPK (Phonska), KCL Amophos, DAP dan G-TSP diproduksi oleh Petrokimia, pupuk urea diproduksi oleh PT. PIM dan Pupuk Kaltim. Sedangkan pupuk TSP, Rock Phospate, Kieserete dan Borate merupakan pupuk impor. Dimana negara yang menjadi pengimpor pupuk tersebut adalah Negara Kanada, Cina, Jerman, dan Timur Tengah.

4. Sistem Pencatatan Persediaan

PT. PERTANI ( Persero ) menggunakan sistem pencatatan perpetual, dimana pembelian dan penjualan langsung dicatat pada perkiraan persediaan pada


(54)

lii

saat itu juga. Buku harian yang ada di PT. PERTANI (Persero) khususnya yang menyangkut prosedur akuntansi yaitu :

a. Buku harian penjualan kredit

Berupa jurnal penjualan persediaan secara kredit kepada KUD-KUD, toko-toko, proyek maupun perusahaan perkebunan Seperti PTPN III b. Buku harian penjualan tunai

Jurnal penjualan persediaan secara tunai kepada KUD-KUD dan toko-toko c. Buku harian pembelian kredit

Jurnal pembelian pupuk yang dilakukan secara kredit seperti pembelian pupuk kepada PT. PUSRI secara kredit

d. Buku harian pembelian tunai

Jurnal pembelian persediaan yang dilakukan secara tunai

e. Buku harian mutasi dari kantor wilayah ke unit pembantu dan kantor cabang

Mutasi dilakukan karena kantor cabang, dan unit-unit pembantu kekurangan persediaan ataupun karena terjadi penjualan pada unit pembantu dan kantor cabang.

Keseluruhan buku harian ini berasal dari bagian pemasaran dan saprotan untuk dibukukan kebagian akuntansi. Setelah diterima terlebih dahulu diperiksa apakah jurnal yang dibuat telah sesuai dengan copy faktur yang dilapirkan pada buku harian tersebut, baik dari segi kuantum (jumlah), jumlah


(55)

liii

rupiah dan kode perkiraan. Setelah pemeriksaan selesai dan cocok, maka jurnal yang ada dibuku harian tersebut dimasukkan ke sistem akuntansi terkomputerisasi, maka setelah dimasukkan ke sistem akuntansi terkomputerisasi tersebut, maka selanjutnya adalah memasukkan jumlah kuantum pupuk dan pestisida yang ada di buku harian ke kartu persediaan kantor (KPK). Setelah cocok, maka kartu persediaan bisa dibuat saldo akhirnya. Tidak jarang kartu persediaan bersaldo minus, ini disebabkan karena jurnal transaksi pembelian yang dilakukan pada minggu terakhir belum diberikan ke bagian akuntansi.

Buku atau kartu yang digunakan untuk menyelenggarakan pencatatan persediaan adalah sebagai berikut :

a. Kartu persediaan kantor

b. Kartu gudang ( buku pembantu )

Fungsi buku atau kartu persediaan tersebut adalah :

a. Kartu persediaan kantor adalah kartu persediaan yang dimiliki bagian akuntansi yang memuat saldo awal persediaan dan perubahan – perubahan yang diakibatkan karena pembelian, penjualan, dan mutasi, yang pada setiap akhir bulan seluruh pencatatan pemindahan yang dilakukan dicocokkan pada pencatatan persediaan persediaan yang ada di sistem akuntansi terkomputerisasi

b. Kartu persediaan gudang adalah kartu persediaan yang dimiliki bagian gudang untuk mencatat atau mengawasi semua jenis persediaan yang adad di dalam kartu gudang. Dalam kartu ini yang dicatata hanya jumlahanya (kuantum)bsaja tanpa harga barang yang bersangkutan.


(56)

liv 5. Metode Penilaian Persediaan

Dalam akuntansi tidak ada ketentuan bahwa aliran harga perolehan harus sama dengan aliran fisik yang sesungguhnya. Pemilihan metode yang dipandang paling tepat diserahkan kepada manajemen perusahaan masing-masing. Akan tetapi sekali metode tertentu dipilih maka metode tersebut harus ditetapkan secara konsisten sehingga laporan yang dihasilkan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diperbandingkan. PT. PERTANI (Persero) menggunakan metode penilaian persediaan secara FIFO (First In First Out). Jadi menurut metode ini barang yang masuk lebih awal akan dikeluarkan lebih awal juga. Dalam hal ini harga pokok persediaan yang pertama dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang pertama dibeli dan nilai harga pokok persediaan yang kedua dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang kedua dibeli dengan jenis persediaan yang sama. Setiap persediaan yang dimiliki akan dibuatkan kartu persediaan masing-masing yang kolom penerimaan, pengeluaran beserta saldo perkiraan persediaan tersebut.

Penggunaan metode FIFO akan menyebabkan pajak penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain, hal ini disebabkan karena penggunaan metode ini akan menghasilkan laba yang tinggi dibanding metode lain. Namun penggunaan metode ini dipandang lebih sesuai untuk diterapkan oleh perusahaan, karena barang dagangan yang dijual misalnya pupuk tidak tahan lama. Jika pupuk tersebut disimpan terlalu lama maka pupuk tersebut akan membatu, yang mengakibatkan kualitasnya jelek sehingga akan mengurangi nilai jual pupuk tersebut atau bahkan pupuk tersebut tidak dapat dijual karena kualitasnya yang sudah buruk. Dengan metode FIFO berarti PT. PERTANI


(57)

lv

(Persero) akan menghitung harga pokok penjualan barang yang dijual berdasarkan pada nilai barang yang lebih awal masuk ke gudang, sedangkan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan nilai barang yang terakhir masuk gudang. Metode penilaian FIFO yang digunakan perusahaan akan menghasilkan akuntansi perusahaan yang terbaru karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan yang harga pokok perunitnya yang terakhir dibeli atau yang terbaru.

Barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali, biasanya tidak segera terjual. Antara saat pembelian dan saat penjualan terdapat saat menunggu yang lamanya tergantung pada kecepatan perputaran atau laku tidaknya barang yang bersangkutan. Pada masa menunggu tersebut, harga barang mungkin menurun. Penurunan harga tersebut bisa disebabkan berbagai faktor. Tingkat penurunan harga bisa bermacam-macam, mulai dari penurunan harga yang tidak begitu berarti sampai penurunan harga yang melewati (di bawah) harga perolehannya. Apabila penurunan harga sampai di bawah harga perolehannya, maka cukup beralasan bagi perusahaan untuk tidak lagi menggunakan harga perolehan sebagai dasar, karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah tidak sebesar harga perolehannya lagi. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembali seluruh harga perolehan barang merupakan suatu kerugian yang harus diakui dan dilaporkan pada periode penurunan harga terjadi, bukan pada periode penjualan barang tersebut.


(58)

lvi

6. Penyajian Persediaan pada Laporan Keuangan

Penyusunan Laporan Keuangan pada PT.PERTANI (Persero) dilakukan pada setiap akhir periode tanggal 31 Desember setiap tahunnya. Perhitungan neraca dan laporan laba rugi merupaka laporan keuangan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Dalam penyajian persediaan pada laporan keuangan khususnya neraca, laporan laba rugi, metode yang digunakan perusahaan akan memiliki pengaruh penilaian tersebut terhadap laporan keuangan. Pada laporan laba rugi persediaan tidak disajikan dalam laporan laba rugi tapi nilainya digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Nilai persediaan awal tahun ditambah dengan pembelian dalam periode tersebut, dikurangi dengan nilai persediaan akhir tahun adalah nilai harga pokok persediaan yang bersangkutan, sedangkan persediaan barang dagangan rusak diakui sebagai biaya kerugian dan dicantumkan pada biaya di luar usaha pada bagian biaya lain-lain.

B. Analis Hasil Penelitian. 1. Jenis-Jenis Persediaan

PT. PERTANI (Persero) melakukan pengelompokan/pengklasifikasian persediaanya untuk memudahkan dalam pengelolaan dan pengawasannya. Persedian pada PT.PERTANI (Persero) dibagi atas :

a. Persediaan barang dagangan saprotan yang terdiri dari :

1) Persediaan pupuk, yaitu : Pupuk Urea, TSP, ZA, KCL, Kieserite, Dolomite, SP-36, Phonska, Amophos, D.A.P


(59)

lvii

2) Persediaan pestisida, yaitu : Insektisida cair, Insektisida granular, Insektisida powder, Rodentisida, Herbisida

3) Persediaan benih/bibit beli jual (BJ), yaitu : benih padi, palawija, sayuran.

4) Persediaan aneka saprotan, yaitu : Atonik, Hidrasit, Vaksin, VD, ZPT, PPC, bibit ternak ikan, pangan ternak ikan

b. Persediaan barang dagangan aneka usaha, yaitu : jagung, kedelai, jasa angkutan, jasa pergudangan.

Disamping itu PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut mengelompokkan persediaan menurut kondisinya yaitu :

a. Persediaan sehat (current inventory)

Persediaan yang dapat terjual dengan harga layak diatas harga pokok dalam periode normal yang ditetapkan.

b. Persediaan lambat baku (slow moving inventory)

Persediaan yang dapat terjual dengan harga layak diatas harga pokok dalam periode lebih dari periode normal yang ditetapkan.

c. Persediaan rusak (obsalete/defective inventory)

Persediaan yang mutunya tidak seperti semula dan dapat dijual dengan harga normal atau dibawah harga pokok dan atau tidak dapat terjual.


(60)

lviii 2. Biaya-Biaya Persediaan

Seperti yang telah dijelaskan dalam PSAK No. 14 bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.

Biaya-biaya persediaan PT.PERTANI (Persero) meliputi :

a. Persediaan barang dagangan lokal sebesar yang tercantum didalam faktur ditambah ongkos angkut dan ongkos bongkar muat dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan sampai barang tersebut siap untuk dijual kembali.

b. Persediaan barang dagangan import bersubsidi sebesar Nilai L/C (harga penyerahan) yang ditambah ongkos angkut dan ongkos bongkar muat dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan sampai barang tersebut siap untuk dijual kembali.

Biaya pemesanan yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang misalnya biaya telephone, biaya faxmile dimasukkan ke biaya kantor. Sedangkan biaya penyimpanan persediaan tidak dikalkulasikan sebagai penambahan harga pokok persediaan namun dimasukkan dalam biaya langsung. Komponen biaya dalam persediaan yang dibebankan sebagai harga perolehan pada PT. PERTANI (Persero) telah sesuai dengan definisi dari PSAK dimana selain harga perolehan atas persediaan juga dibebankan biaya ongkos angkut dan biaya bongkar muat dalam menghitung harga pokok perolehan persediaan tersebut.


(61)

lix 3. Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT. PERTANI (Persero) adalah sistem pencatatan perpetual. Dalam penggunaan sistem perpetual tersebut, perusahaan telah mencatat setiap transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan secara terus menerus baik transaksi yang menambah maupun yang mengurangi saldo yang ada sehingga setiap saat dapat diketahui berapa kuantitas fisik dan nilai persediaan yang ada di perusahaan tanpa harus melakukan inventarisasi fisik sehingga perusahaan dapat mengawasi proses keluar dan masuknya barang dagangan dengan baik. Penggunaan sistem pencatatan perpetual pada PT. PERTANI (Persero) telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dimana pada saat transaksi pembelian persediaan dicatat dengan mendebit perkiraan persediaan bersangkutan dan mengkredit kas atau hutang dan pada saat transaksi penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan tersebut.

Perhitungan fisik atas persediaan dapat saja dilakukan perusahaan sewaktu-waktu namun wajib dilakukan setahun sekali pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya. Hal ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana inventarisasi fisik perlu dilakukan untuk mengetahui kebenaran saldo perkiraan persediaan yang ada pada kartu persediaan yang telah dicatat dengan kondisi fisik persediaan yang ada di gudang untuk mengetahui apakah telah sesuai atau tidak sesuai. Pada saat dilakukan inventarisasi fisik tersebut maka akan dibentuk tim inventarisasi yang terdiri dari bagian akuntansi dan bagian gudang.


(62)

lx 4. Metode Penilaian Persediaan

PT. PERTANI (Persero) menggunakan penilaian persediaan dengan metode FIFO dimana metode ini sesuai diterapkan untuk perusahaan yang memiliki persediaan yang tidak tahan lama atau cenderung mudah rusak. Metode ini juga akan menghasilkan akuntansi persediaan yang terbaru karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan terakhir atau terbaru dibeli sehingga perusahaan akan terhindar dari kerusakan fisik persediaan. Metode FIFO yang digunakan oleh PT. PERTANI (Persero) dalam melakukan penilaian persediaan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, dimana barang yang pertama dibeli akan dijual terlebih dahulu sehingga persediaan yang tertinggal di gudang sebagai persediaan akhir adalah persediaan yang dibeli kemudian.

Penggunaan metode FIFO akan menyebabkan pajak penghasilan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain, hal ini disebabkan laba bersih yang lebih tinggi, namun pemilihan metode FIFO dianggap tepat karena sejalan dengan aliran barang dagangan, karena dalam manajemen yang baik biasanya barang yang lebih lama dijual lebih dahulu. Perusahaan tidak lagi menggunakan harga perolehan sebagai dasar apabila penurunan harga sampai dibawah harga perolehannya, karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah tidak sebesar harga perolehannya lagi.


(63)

lxi

5. Penyajian Persediaan Pada Laporan Keuangan

Pada PSAK No. 14 diuraikan bahwa laporan keuangan mengungkapkan informasi berikut ini :

a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama perode tertentu, atau,

b. Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan.

Penyajian persediaan dalam laporan keuangan PT.PERTANI (Persero) telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dimana persediaan disajikan dalam neraca yakni persediaan akhir yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan dan kelompokkan dalam aktiva lancar dimana persediaan tersebut merupakan gabungan dari jumlah persediaan yang ada dan telah ditotalkan jumlahnya pada akhir periode sedangkan persediaan barang dagang rusak dicantumkan pada bagian aktiva lain-lain. Persediaan pada laporan laba rugi PT. PERTANI (Persero) disajikan pada bagian harga pokok penjualan dan persediaan barang dagangan rusak diakui sebagai biaya kerugian dan dicantumkan pada biaya diluar usaha pada bagian biaya lain-lain. Perusahaan juga telah mengungkapkan kebijakan akuntansi terhadap persediaan secara konsisten, yakni kebijakan didalam menentukan harga pokok perolehan persediaan, sistem pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan dan penyajian persediaan pada laporan keuangan.


(64)

lxii

6. Penerapan Metode Penilaian Persediaan Terhadap Laba Optimal Perusahaan.

Seperti yang telah diuraikan bahwa tiap metode penilaian persediaan akan menghasilkan harga pokok barang yang akan dijual atau dikeluarkan dan nilai persediaan akhir yang berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk mendukung pernyataan diatas, penulis mengambil data laporan kartu persediaan sebagai bahan pembahasan yang apabila mengunakan metode – metode rata rata, Lifo, Fifo.

Tabel 4.1

PT. PERTANI (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT Kartu Mutasi Persediaan Pupuk

Metode FIFO Periode 31 desember 2009

TGL Pembelian Penjualan Saldo

Kwan

Harga

Satuan Rp Kwan

Harga

Satuan Rp Kwan

Harga

Satuan Rp

Des

Saldo awal 188.550 781,82 148.434.547,36

1 3.500 781,82 2.736.363,70 185.050 781,82 144.675.791

1 100.000 781,82 78.181.819 185.050 781,82 144.675.791

100.000 781,82 78.181.819

3 45.000 781,82 35.181.818,75 140.050 781,82 109.493.891

100.000 781,82 78.181.819

9 100.000 781,82 78.181.819 140.050 781,82 109.493.891

100.000 781,82 78.181.819 100.000 781,82 78.181.819

10 100.000 781,82 78.181.819 40.050 781,82 31.311.891

100.000 781,82 78.181.819 100.000 781,82 78.181.819


(65)

lxiii

5.000 781,82 3.909.091 100.000 781,82 78.181.819 2.000 781,82 1.643.409,11 100.000 781,82 78.181.819 3.000 781,82 2.345.454,57

3.000 781,82 2.345.454,57

22 5.000 781,82 3.909.091 12.050 781,82 9.420.931

100.000 781,82 78.181.819 100.000 781,82 78.181.819

22 75.000 781,82 58.636.364 12.050 781,82 9.420.931

25.000 781,82 19.545.455 100.000 781,82 78.181.819

100.000 781,82 78.181.819 75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455

23 100.000 781,82 78.181.819 12.050 781,82 9.420.931

25.000 822,73 20.568.182 100.000 781,82 78.181.819

100.000 781,82 78.181.819 75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455 100.000 781,82 78.181.819 25.000 822,73 20.568.182

23 75.000 781,82 58.636.500 37.050 781,82 28.966.431

100.000 781,82 78.181.819 75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455 100.000 781,82 78.181.819 25.000 822,73 20.568.182

28 125.000 781,82 97.727.273,75 12.050 781,82 9.420.931

75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455 100.000 781,82 78.181.819 25.000 822,73 20.568.182

29 100.000 781,82 78.181.819 12.050 781,82 9.420.931

100.000 781,82 78.181.819 25.000 822,73 20.568.182

31 2.000 781,82 1.563.636,38 86.050 781,82 67.275.611


(66)

lxiv

2.000 781,82 1.563.636,38 3.000 781,82 2.345.454,57 5.000 781,82 3.909.090,94 4.000 781,82 3.127.280 3.000 781,82 2.345.454,57 5.000 781,82 3.909.090,94

Jlh 425.000 - 255.191.820 502.500 - 392.943.556,4 111.050 - 87.843.793

Sumber : PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut (2009)

Tabel 4.2

PT. PERTANI (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT

Kartu Mutasi Persediaan Pupuk Metode LIFO

Periode 31 desember 2009

TGL Pembelian Penjualan Saldo

Kwan

Harga

Satuan Rp Kwan

Harga

Satuan Rp Kwan

Harga

Satuan Rp

Saldo awal 188.550 781,82 148.434.547,36

1 3.500 781,82 2.736.363,70 185.050 781,82 144.675.791

1 100.000 781,82 78.181.819 185.050 781,82 144.675.791

100.000 781,82 78.181.819

3 45.000 781,82 35.181.818,75 185.050 781,82 144.675.791

55.000 781,82 43.000.000

9 100.000 781,82 78.181.819 185.050 781,82 144.675.791

55.000 781,82 43.000.000 100.000 781,82 78.181.819

10 100.000 781,82 78.181.819 185.050 781,82 144.675.791

55.000 781,82 43.000.000

21 10.000 781,82 7.818.182 185.050 781,82 144.675.791

5.000 781,82 3.909.091 32.000 781,82 25.018.240 2.000 781,82 1.643.409,11


(67)

lxv

3.000 781,82 2.345.454,57 3.000 781,82 2.345.454,57

22 5.000 781,82 3.909.091 185.050 781,82 144.675.791

27.000 781,82 21.109.140

22 75.000 781,82 58.636.364 185.050 781,82 144.675.791

25.000 781,82 19.545.455 27.000 781,82 21.109.140

75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455

23 100.000 781,82 78.181.819 185.050 781,82 144.675.791

25.000 822,73 20.568.182 27.000 781,82 21.109.140

75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455 100.000 781,82 78.181.819 25.000 822,73 20.568.182

23 75.000 794,39 58.636.500 185.050 781,82 144.675.791

27.000 781,82 21.109.140 75.000 781,82 58.636.364 25.000 781,82 19.545.455 50.000 781,82 39.091.000

28 125.000 781,82 97.727.273,75 185.050 781,82 144.675.791

27.000 781,82 21.109.140 25.000 781,82 19.545.455

29 100.000 781,82 78.181.819 137.050 781,82 107.148.431

31 2.000 781,82 1.563.636,38 111.050 781,82 86.821.111

2.000 781,82 1.563.636,38 2.000 781,82 1.563.636,38 3.000 781,82 2.345.454,57 5.000 781,82 3.909.090,94 4.000 781,82 3.127.280 3.000 781,82 2.345.454,57 5.000 781,82 3.909.090,94

Jlh 425.000 - 255.191.820,9 502.500 - 392.943.556,4 111.050 - 86.821.111


(1)

Out) dalam melakukan penilaian terhadap persediaan, hal ini berarti, perusahaan mengasumsikan barang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya, barang yang pertama masuk (dibeli) akan pertama keluar (dijual). Data Laporan Laba Rugi diatas diiktisarkan bahwa nilai persediaan akhir berbeda untuk setiap metode dan perbedaan yang digunakan tersebut mempengaruhi harga pokok pennjualan. Setiap perbedaaan akibat dari perbedaan ini nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah berbedanya laba usaha. Pada Laporan Laba Rugi diatas persediaan akhir terendah dihasilkan oleh metode LIFO, sedangkan persediaan Akhir tertinggi dihasilkan metode FIFO dan metode rata-rata tertimbangdiantara kedua metode tersebut.

Pengaruh dari persediaan akhir dari persediaan terendah menghasilkan harga pokok penjualan tertinggi sedangkan persediaaan akhir tertinggi menghasilkan harga pokok penjualannya terendah sedangkan rata-rata tertimbang menghasilkan harga pokok penjualan diantara kedua metode tersebut. Pada laporan laba rugi metode Rata-Rata Tertimbang menghasilkan laba usaha yang lebih tertinggi dari kedua metode tersebut, ini diakibatkan karena tingkat penjualan metode Rata-Rata tertimbang tinggi dari pada kedua metode tersebut, sedangkan tingkat penjualan metode LIFO dan FIFO nilainya sama besar. Dari data tersebut dapat disimpulkan metode FIFO menghasilkan persediaan akhir tertinggi dengan laba usaha diantara kedua metode yaitu metode LIFO dan


(2)

Rata-Rata-Rata Tertimbang menghasilkan persediaan akhir diantara kedua metode dengan tingkat laba usaha tertinggi.

Menurut evaluasi penulis, penggunaan penilaian metode persediaan yang cocok diterapkan untuk menghasilkan laba optimal adalah metode FIFO dan Rata-Rata Tertimbang karena dalam metode ini pencapaian terhadap laba usaha sudah cukup optimal.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian dan analisa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan saran bagi perusahaan sehubungan dengan akuntansi persediaan pada PT. PERTANI (Persero).

A. Kesimpulan

1. PT. PERTANI (Persero) Wilayah Sumbagut merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang Pemasaran (Pengadaan dan Penjualan) sarana pertanian dalam dan luar negeri. Persedian yang ada pada perusahaan ini adalah pupuk, pestisida, benih padi, alat dan mesin pertanian, saprotan dan lain-lain.

2. Komponen biaya dalam persediaan yang dibebankan sebagai harga perolehan pada PT. PERTANI (Persero) telah sesuai dengan defenisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 dimana selain harga perolehan atas persediaan juga dibebankan biaya ongkos angkut dan biaya bongkar muat dalam menghitung harga pokok perolehan persediaan tersebut.

3. Sistem pencatatan dan penjurnalan yang dilakukan mengunakan sistem pencatatan perpetual. Sistem pencatatan ini telah dilakukan dengan baik


(4)

Penggunaan metode penilaian FIFO sangat cocok digunakan karena sejalan dengan aliran fisik barang dagangan karena dalam manajemen yang baik biasanya barang yang paling lama dijual terlebih dahulu.

5. Persediaan disajikan pada laporan keuangan di dalam laporan laba rugi dicantumkan dalam perhitungan harga pokok penjualan sedangkan persediaan barang dagangan rusak diakui sebagai biaya kerugian dicantumkan pada biaya di luar usaha yakni biaya lain-lain.

6. Penerapan atas metode penilaian persediaan jelas akan mempengaruhi harga pokok barang dan nilai persediaan akhir sehingga berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan dengan perusahaan menerapkan metode FIFO (First in first Out) dapat menunjukan bahwa persediaan akhir tertinggi dan laba usaha diantara kedua metode yaitu metode LIFO dan Rata-Rata Tertimbang.


(5)

B. Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan penulis maka penulis dalam hal ini mencoba memberikan saran sebagai bahan masukan bagi perusahaan.

1. Metode dapat digunakan Perusahaan selain FIFO yaitu LIFO dan Rata-Rata Tertimbang karena dalam akuntansi tidak ada ketentuan bahwa aliran harga perolehan harus sama dengan aliran fisik yang sesungguhnya.

2. Dengan pemakaian metode perpetual dalam melakukan pencatatan persediannya, perusahaan disarankan untuk melakukan perhitungan fisik tidak hanya sekali dalam setahun saja namun disarankan untuk lebih sering melakukan perhitungan fisik tersebut. Cara ini dilakukan untuk menghindari penyelewengan ataupun kecurangan atas persediaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Askan, H,Ibin., 2007. Analisa Penerapan Akuntansi Persediaan Pada PT.Cakra Compact Aluminium Industries. Skripsi. Medan , FE-USU.

AT,Windu., 2006.Analisa Metode Penilaian Persediaan Material Pada PT.PLN.(Persero) Will SU. Skripsi. Medan,FE-USU.

Dyckman,Thomas R.,Roland E.Dukes, dan Charles J.Davis, 2000. Akuntansi Intermediate, Terjemahan Munir Ali, Edisi Ketiga,Jilid Satu. Erlangga, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi, Medan.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Edisi Kesepuluh, terjemahan oleh Alfonsus Sirait, Jakarta, Bina Rupa Aksara.

Octavia R, 2005, Akuntansi Persediaan pada PT. Daya Muda Agung Cabang Medan. Skripsi. Medan, FE-USU.

Skousen,K.Fred, Stice,K.Earl dan Stice,D.James, 2001, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Ketigabelas, Buku Satu, Dian Mas Cemerlang, Jakarta. S Soemarso, S.R, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1, Edisi 5, Revisi,

Jakarta, Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.