Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI INDUSTRI

di

PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PALNT

MEDAN

Disusun oleh:

DIAN ADRIANI BGR , S.Farm. NIM 083202111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRKATEK KERJA PROFESI DI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.

PLANT MEDAN

Laporan ini disusun untuk Melengkapai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada Fakultas Armasi Universitas Sumatera

Utara Medan.

Disusun Oleh :

DIAN ADRIANI BGR, S.Farm NIM : 083202111

PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. Plant Medan Pembimbing

Drs. ZULFADLI, Apt.

Asisten Manager Produksi PT. Kimia Farma Tbk Plant Medan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra.,Apt. NIP. 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan materi yang disampaikan oleh pihak PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dan tinjauan langsung ke lapangan.

Selama melaksanakan PKP ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si., Apt., selaku Plant Manager PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Drs. Zulfadli, Apt., selaku Asisten Manager Pemastian Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

3. Bapak, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan.

4. Bapak, Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

5. Seluruh staf dan karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan atas bantuan dan kerjasama yang diberikan selama Praktek Kerja Profesi di PT. Kimia Farma ( Persero) Tbk Plant Medan.


(4)

6. Kedua Orangtua Saya dan seluruh keluarga serta teman-teman atas semangat, bantuan moril dan materil yang tak ternilai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik Bapak dan Ibu dengan balasan yang berlipat ganda, dan penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, September 2011


(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

RINGKASAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB II. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.... 3

2.1 Sejarah Perusahaan ... 3

2.2 Visi dan Misi ... 5

BAB III. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) ... 6

3.1 Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) ... 6

3.2 Personalia ... 6

3.3 Bangunan dan Fasilitas ... 8

3.4 Peralatan ... 11

3.5 Sanitasi dan Higiene ... 12

3.5.1 Higiene Perorangan ... 12

3.5.2 Sanitasi Bangunan dan Peralatan ... 12


(7)

3.6 Produksi ... 13

3.6.1 Bahan Awal ... 14

3.6.2 Validasi Prosedur ... 15

3.6.3 Pencemaran ... 15

3.6.4 Sistem Penomoran Batch dan Lot. ... 15

3.6.5 Penimbangan dan Penyerahan ... 16

3.6.6 Pengolahan ... 16

3.6.7 Pengawasan Selama Proses ... 16

3.6.8 Pengemasan ... 17

3.6.9 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan dan Obat Jadi ... 18

3.7 Pengawasan Mutu ... 18

3.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ... 19

3.9 Penanganan keluhan terhadap Produk, penarikan kembali Produk dan Produk kembalian... 20

3.10 Dokumentasi ... 21

3.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak ... 21

3.12 Kualifikasi dan Validasi ... 21

3.12.1 Kualifikasi ... 21

3.12.2 Validasi ... 23

BAB IV TINJAUAN KIMIA FARMA (Persero Tbk ) PLANT MEDAN... 25

4.1. Bangunan dan Instalasi ... 25

4.2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan ... 26


(8)

4.3. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Inventori (PPPI) ... 26

4.4. Produksi ... 28

4.5. Pengawasan Mutu... 34

4.5.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas 35 4.5.2 Pengawasan Selama Proses (In Proses Control/IPC) .. 36

4.5.3 Pengawasan dan Proses Pengemasan ... 37

4.6. Uji Stabilitas ... 37

4.7. Pengolahan Limbah ... 38

BAB V. PEMBAHASAN... 41

5.1. Aspek Personalia ... 41

5.2. Aspek Bangunan ... 41

5.3. Aspek Produksi ... 43

5.4. Aspek Pengawasan Mutu ... 44

5.5. Aspek Pengolahan Limbah ... 44

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Denah bak pengolahan limbah cair PT. Kimia Farma


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Proses Pembuatan Krim ... 47 Lampiran 2. Alur Proses Pembuatan Tablet ... 48 Lampiran 3. Alur proses Pembuatan Kapsul ... 49


(11)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi di Industi Farmasi yang merupakan salah satu bagian Praktek Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU, yang bekerja sama dengan PT Kimia Farma ( Persero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di jalan Tanjung Morawa KM 9.

Di PT. Kimia Farma ( Persero) Tbk Plant Medan, kontruksi bangunan telah dibuat sesuai dengan persyaratan CPOB dimana dinding dan langit-langit memiliki permukaan licin dan tidak terdapat sambungan. Lantai dan dinding didalam ruangan produksi dilapisi dengan epoksi, ruang produksi untuk masing-masing bentuk sediaan terletak terpisah. Sistem pengaturan udara pada ruang produksi menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan Air Conditioner (AC) sentral . PT. Kimia Farma ( Persero) Tbk Plant Medan memproduksi 3 jenis sediaan yaitu tablet, krim dan kapsul.


(12)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi di Industi Farmasi yang merupakan salah satu bagian Praktek Kerja Profesi pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU, yang bekerja sama dengan PT Kimia Farma ( Persero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di jalan Tanjung Morawa KM 9.

Di PT. Kimia Farma ( Persero) Tbk Plant Medan, kontruksi bangunan telah dibuat sesuai dengan persyaratan CPOB dimana dinding dan langit-langit memiliki permukaan licin dan tidak terdapat sambungan. Lantai dan dinding didalam ruangan produksi dilapisi dengan epoksi, ruang produksi untuk masing-masing bentuk sediaan terletak terpisah. Sistem pengaturan udara pada ruang produksi menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan Air Conditioner (AC) sentral . PT. Kimia Farma ( Persero) Tbk Plant Medan memproduksi 3 jenis sediaan yaitu tablet, krim dan kapsul.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermtu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak.

Personalia, yang salah satunya adalah Apoteker dalam industri farmasi memegang peranan penting untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu. Sehingga, dibutuhkan apoteker yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya, terutama dalam menghadapi kenyataan di lapangan industri. Dengan demikian, apoteker harus mendapatkan


(14)

bekal pengetahuan dan pengalaman praktis yang cukup, yang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi di industri farmasi. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang berlokasi di Jalan Tanjung Morawa Km 9 Medan, sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.

1.2Tujuan

Melalui Praktek Kerja Profesi di Industri Farmasi ini diharapkan calon apoteker mampu mengelola industri farmasi, menyangkut produksi obat jadi yang aman dan bermutu, sesuai dengan etika dan peraturan yang berlaku.


(15)

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk

2.1 Sejarah Perusahaan

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Anonim, 2010).

Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat (Anonim, 2010)

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di Indonesia merupakan tulang punggung dari industri (Anonim, 2010).


(16)

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirup

kering, suspensi/sirup, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001 (Anonim, 2010).

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya,

obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat CPOB dan ISO-9002 (Anonim, 2010).

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati.

Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat CPOB dan US-FDA

Approval. (Anonim, 2010).

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang

mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirup, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat CPOB, ISO-9002 dan ISO-14001. (Anonim, 2010).


(17)

Plant Medan di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, dikhususkan untuk

memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera Utara. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat CPOB untuk tablet, krim dan kapsul serta sertifikat ISO 9001:2008.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan berdiri pada tahun 1967 dengan nama Radja Farma dan dulunya juga merupakan perusahaan farmasi milik Belanda yang dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1971 perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Kimia Farma dan menjadi perusahaan cabang dari PT. Kimia Farma Jakarta. Dengan adanya SK. Direksi No. Kep. 14/DIR/VI/2004 pada tanggal 14 juni 2004 maka PT. Kimia Farma (Persero) cabang Medan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. Distribusi obat-obatan dikelola oleh Unit Logistik Sentral (ULS) yang berada di Jakarta. ULS ini nantinya yang mendistribusikannya melalui PT. Kimia Farma Trading & Distribution.

2.2 Visi dan Misi

Visi PT Kimia Farma (Persero) Tbk adalah: komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan kesehatan dan lingkungan. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Kimia Farma (Persero) Tbk memiliki misi, diantaranya:

1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif

2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (Health Care Provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.


(18)

BAB III

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.

3.1Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

Menurut petunjuk operasional penerapan CPOB cetakan 2009, mutu suatu obat jadi tidak hanya mengandalkan pelulusan dari serangkaian pengujian tetapi :

- Mutu obat hendaklah dibangun sejak awal kedalam produk tersebut. Mutu obat tergantung dari bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan dan peralatan yang dipakai serta semua personil yang terlibat.

- Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat agar obat yang dihasilkan dapat selalu memenuhi persyaratan.

Manejemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan dan mengimplentasikan kebijakan mutu yang merupakan pernyataan formal dari manejemen puncak suatu industry farmasi, yang menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produknya.

3.2Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap


(19)

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)/kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat.

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu

Setiap karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat dan yang karena tugasnya harus memasuki daerah pembuatan obat, hendaklah diberikan pelatihan yang sesuai dengan tugasnya maupun pelatihan CPOB.


(20)

Pelatihan hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dengan program tertulis yang disetujui oleh manajer produksi dan manajer pengawasan mutu. Pelatihan khusus diberikan kepada karyawan yang bekerja didaerah steril, didaerah bersih, atau bagi mereka yang bekerja menggunakan bahan yang beresiko tinggi, toksis atau yang menimbulkan alergi. Pelatihan hendaknya diberikan oleh orang yang cakap. Dokumen pelatihan harus disimpan dengan baik dan efektifitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala.

3.3Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari; pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran, rancangan kontruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam melaksanakan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai, sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat, dapat dihindarkan.

Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air maupun dari kegiatan di dekatnya. Apabila bangunan itu terletak pada


(21)

tempat yang tidak sesuai, tindakan yang efektif hendaklah diambil untuk mencegah pencemarannya.

Dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah dipertimbangkan hal-hal berikut :

1. Kesesuaian dengan kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang berdampingan.

2. Luasnya ruang kerja, yang memungkinkan penempatan peralatan dan bahan-bahan secara teratur dan logis serta memungkinkan terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif maupun untuk mencegah kesesakan dan ketidakteraturan.

3. Pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan atau bahan-bahan ataupun sebagai tempat penyimpanan kecuali untuk bahan-bahan yang sedang dalam proses.

Rancang bangun dan penataan gedung hendaklah memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

1. Mencegah resiko tercampur baurnya obat atau komponen obat yang berbeda, kemungkinan terjadinya pencemaran silang oleh obat atau bahan-bahan lain serta resiko terlewatnya salah satu langkah dalam proses produksi.

2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang produksi obat.

3. Disedikan ruang terpisah untuk membersihkan alat yang dapat dipindah-pindahkan dan ruangan untuk menyimpan alat pembersih.


(22)

4. Kamar ganti-simpan pakaian berhubungan langsung dengan daerah pengolahan tetapi letaknya terpisah.

5. Toilet tidak terbuka langsung kedaerah produksi dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik.

Untuk kegiatan-kegiatan berikut diperlukan daerah tertentu yaitu: 1. Penerimaan bahan

2. Karantina barang masuk 3. Ruang sampling

4. Penyimpanan bahan awal 5. Penimbangan dan penyerahan 6. Pengolahan

7. Penyimpanan produk ruahan 8. Pengemasan

9. Karantina obat jadi selama menunggu pelulusan akhir 10.Penyimpanan obat jadi

11.Pengiriman barang 12.Laboratorium 13.Pencucian peralatan

Bangunan hendaklah mendapatkan penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembaban dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupun dengan lingkungan sekitarnya.


(23)

3.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan atau produk tidak boleh bereaksi karena dapat merubah identitas, mutu dan kemurnian produk yang dihasilkan, tidak boleh mencemari produk, harus mudah dibersihkan baik bagian dalam maupun bagian luar mesin/alat tersebut. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji harus diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi menurut program dan prosedur yang tepat.

Pemasangan dan penempatan alat harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang dan cukup renggang untuk memberikan keleluasaan kerja. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara harus dipasang dengan baik sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.

Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah pencemaran terhadap produk. Catatan mengenai pelaksanaan, pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicakup dalam buku catatan harian yang menunjukkan tanggal, waktu, kekuatan dan nomor batch atau lot produk yang diolah dengan peralatan tersebut serta pelaksana pembersihan.


(24)

3.5.1 Sanitasi dan Higiene

Sanitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap mesin/peralatan dan lingkungan guna mendapatkan derajat kebersihan yang diinginkan, sedangkan higieni adalah upaya yang dilakukan terhadap mesin (karyawan) guna mendapatkan derajat kebersihan yang baik bagi kesehatan hidup karyawan.

Baik sanitasi dan higieni merupakan syarat utama dalam menghindari pencemaran antara produk maupun pada kesehatan pekerjaan yang sangat merugikan. Sumber penemaran antara lain : partikel, mikroba, insekta, binatang pengerat, rambut, dan air ludah.

3.5.2 Higiene Perorangan

Higiene perorangan hendaklah dilaksanakan setiap orang yang memasuki daerah produksi termasuk tamu, teknisi untuk perbaikan dan perawatan, staf manajemen, pemerintah dan inspector pengawasan mutu,tenaga lepas, dll. Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan obat hendaklah memenuhin syarat mimimal dibidang kesehatan, melaksanakan higieni perorangan dan memakai pakaian untuk melindungi diri dan produk.

Setiap orang hendaklah tidak diperkenankan bekerja atau berada di daerah produksi bila:

- Mempunyain luka terbuka, bisol, dan penyakit kulit - Mengindap ISPA, pilek, batuk, dan alergi

3.5.2 Sanitasi Bangunan dan Fasilitas dilakukan

Tingkat kebersihan ruangan sesuai dengan pembagian kelas system tata


(25)

terprogram dan jenis bahan/alat pembersih yang tertentu serta desinfektan yang sesuai.

- Ruangan kelas 1 dan 2 ( ruang steril ) yaitu ruang pengolahan,pengisian ampul, vial, tetes mata dan salep mata. Meliputi lantai, jendela kaca, LAF,meja, dinding dibersihkan setiap hari setelah dipakai dengan alat vakum dan dengan kain basah dan desinfektan,desinfektan diganti tiap bulan.

- Rungan kelas 3 yaitu ruang timbang, ruang sampling, ruang proses pengolahan, ruang kemas primer, IPC, koridor dan cuci alat. Dibersihkan setiap hari setelah jam kerja selesai dengan kainbasah dan desinfektan dan bila perlu pada jam kerja, setelah itu dengan kain pel yang sedang dibasahi desinfektan.

- Ruang kelas 4 yaitu ruang ganti, gudang, kemasan sekunder, dibersihkan setiap hari dan diberi desinfektan.

3.5.3 Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

Tata cara pembersihan peralatan:

- Peralatan harus dibersihkan segera setelah selesai dibersihkan

- Untuk peralatan yang biasa dipindahkan sebaiknya dicuci dirung cuci alat

- Peralatan yang sudah dicuci harus segera dikeringkan dengan lab yang bersih dan kering

- Peralatan yang sudah dinyatakan bersih oleh QC harus disimpan diruang peralatan bersih dan diberi penandaan “BERSIH”.

3.6 Produksi

Produksi merupakan seluruh kegiatan dalam pembutan obat, mulai dari


(26)

pengemasan ulang, penandaan dan penandaan ulang sampai menghasilkan produk jadi.

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Prosedur produksi hendaklah dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama-sama penanggung jawab pengawasan mutu. Setiap penyimpangan prosedur yang telah ditetapkan hendaknya di catat pada catatan bets dan bila perlu proses produksi setiap bets sebelumnya di evaluasi kembali.

3.6.1 Bahan Awal

Bahan awal merupakan semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan.

Setiap pemasukan, pengeluran dan sisa bahan harus dilakukan pencatatan, serta diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan hendaklah memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label dengan nama yang dinyatakan spesifikasi.

Setiap penyimpanan harus memperhatikan sifat fisika kimia, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang dapat mempengaruhi mutu produk.


(27)

3.6.2 Validasi Prosedur

Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya harus disimpan. Program dan dokumentasi validasi hendaklah membuktikan kecocokan bahan yang dipakai, keandalan peralatan dan sistem serta kemampuan petugas pelaksana.

Perubahan penting dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

3.6.3 Pencemaran

Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan kesehatan atau mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini menunjukkan pelaksanaan pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya hendaklah diperiksa secara berkala misalnya dengan pemeriksaan rutin pada saringan udara, pemeriksaan lingkungan, dan pemeriksaan perbedaan tekanan antar ruang terutama ruang penyangga.

3.6.4 Sistem Penomoran Batch Dan Lot.

Penomoran batch dan lot diperlukan secara rinci untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan, dan produk jadi dapat dikenali dengan nomor batch atau lot tertentu. Sistem penomoran ini hendaknya menjamin bahwa nomor batch dan lot yang sama tidak digunakan secara berulang. Tidak diperkenankan


(28)

memakai nomor bets atau nomor lot yang sama selama periode tertentu yaitu paling sedikit 10 tahun. Untuk bets yang diolah ulang hendaklah diberikan kode tambahan terhadap nomor bets tersebut.

3.6.5 Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan dan penyerahan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi harus dilakukan dan didokumentasikan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sebelum dilakukan penimbangan harus dilakukan pemeriksaan kebenaraan penandaan termasuk hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang, dan hilangnya identitas maka bahan awal, produk antara, dan produk ruahan yang ada didaerah penyerahan hanya boleh untuk satu batch saja.

3.6.6 Pengolahan

Semua bahan yang digunakan dalam pengolahan harus diperiksa lebih dahulu. Hendaklah tidak memasukkan bahan lain selain bahan untuk bets yang sedang diolah tersebut. Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah yang harus dilakukan sebelum memulai proses pengolahan sebaiknya menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup antara lain kondisi daerah pengolahan harus dipantau dan dikendalikan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan, peralatan harus dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Kegiatan pengolahan harus mengikuti prosedur tetap, dan tiap penyimpangan harus segera dilaporkan kepada supervisor dan di dokumentasikan di dalam catatan pengolahan batch.

3.6.7 Pengawasan Selama Proses

Prosedur pengawasan selama proses harus dipatuhi seperti pengambilan contoh, frekuensi pengambilan contoh, dan jumlah yang diambil untuk


(29)

pemeriksaan. Hasil pengujian pengawasan selama proses harus dicatat dan di dokumentasikan.

Pengawasan mutu selama proses produksi (IPC) dilakukan untuk :

1. Sediaan padat meliputi: pemeriksaan kadar zat aktif, pemeriksaan

keseragaman bobot untuk tablet dan kapsul, dilakukan beberapa kali selama proses produksi, pemeriksaan waktu hancur, kekerasan tablet (kadar air), sample diambil pada waktu permulaan, pertengahan, dan akhir pencetakan tablet.

2. Sediaan setengah padat meliputi: keseragaman dan homogenitas obat, pemeriksaan ukuran partikel, pemeriksaan tampilan, viskositas, berat jenis, pemeriksaan berat, pemeriksaan kebocoran tube (wadah).

3.6.8 Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Proses pengemasan hendaklah dilaksanakan dibawah pengawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah dikemas. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan sisa produk lain atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.

Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan hendaklah diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan.

Pada penyelesaian proses pengemasan produk yang sudah dikemas hendaklah diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat tersebut


(30)

sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi yang berasal dari satu batch pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu plat. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya hendaklah dituliskan pada karton tersebut.

Produk dalam status karantina hendaklah diberi label “karantina” dan disimpan dalam rak khusus untuk karantina atau ditempat yang diberi tanda khusus sehingga mudah dibedakan dengan produk yang telah diluluskan.

3.6.9 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan, dan

Obat Jadi

Semua bahan hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah resiko tercampur-baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. Semua bahan ini disimpan dengan jarak yang cukup terhadap bahan lainnya maupun terhadap dinding, tidak diletakkan dilantai, dan dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan diluar gudang diperbolehkan bagi bahan yang dikemas dalam wadah kedap yang mutunya tidak terpengaruh oleh suhu, kelembaban dan faktor lainnya. Bahan yang mudah terbakar hendaklah disimpan di gudang khusus yang letaknya terpisah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang disimpan hendaklah mempunyai kartu persediaan yang senantiasa direkonsiliasi dan jika terdapat penyimpangan hendaklah dicatat disertai penjelasan.

3.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada setiap tahap merupakan keharusan untuk


(31)

mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembutan sampai distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produk dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan yang memuaskan.

Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium (pengambilan sampel), uji stabilitas, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaiki spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiaannya.

3.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendaliaan mutu senantiasa memenuhi persyaratan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi diri ini hendaklah dilaksanakan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB. Prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri hendaklah dibuat.

Untuk mendapatkan standar inspeksi diri yang minimal dan seragam maka disusun daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan hendaklah meliputi pertanyaan mengenai hal-hal berikut :

1. Karyawan

2. Bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan 3. Penyimpanan bahan awal dan bahan jadi


(32)

4. Peralatan 5. Produksi

6. Pengawasan mutu 7. Dokumentasi

8. Pemeliharaan gedung dan peralatan

Tim inspeksi diri ditunjuk oleh pimpinan perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang yang ahli dibidang yang berlainan dan paham mengenai CPOB. Anggota tim dapat berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Tiap anggota tim hendaklah bebas dalam memberikan penilaian atas hasil inspeksi.

3.9 Penanganan Keluhan Terhadap produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian

Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek samping yang merugikan atau masalah medis lainnya. Semua keluhan dan laporan hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.

Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan.


(33)

3.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah seluruh spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap batch atau lot produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi diperlukan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.

3.11 Pembutan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembutan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawap penuh kepala bagian manajemen mutu ( pemastian mutu). Pada bab ini meliputi tanggung jawab industi farmasi terhadap Otoritas Pengawasan Obat ( OPO)dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat.

3.12 Kualifikasi dan Validasi 3.12.1 Kualifikasi

Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi


(34)

mesin, peralatan produksi maupun sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi maupun sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanakan validasi di industri farmasi.

Kualifikasi adalah “kegiatan pembuktian” bahwa perlengkapan fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses/ sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Kualifikasi peralatan merupakan identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan fungsinya serta pemberian batasan nilai tertentu terhadap sifat tersebut.

Validasi/ kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:

1. Kualifikasi Desain

Tujuan dari kualifikasi desain adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangunan) sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. Jadi kualifikasi desain dilaksanakan sebelum mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang (termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli/ dipasang/ dibangun. 2. Kualifikasi Instalasi

Tujuan kualifikasi instalasi adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Jadi kualifikasi instalasi dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi peralatan produksi atau sarana penunjang.


(35)

3. Kualifikasi Operasional

Tujuan dari kualifikasi operasional adalah untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Jadi kualifikasi operasional dilaksanakan setelah pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan sebagai tes mesin/ peralatan. 4. Kualifikasi Kinerja

Tujuan dari kualifikasi kinerja adalah untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan

Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan. Artinya, dalam pelaksanaan kualifikasi dimulai dari Kualifikasi Desain, kemudian Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional dan yang terakhir Kualifikasi Kinerja, tidak bisa dibolak-balik.

3.12.2 Validasi

Validasi adalah tindakan pembuktian yang didokumentasi dengan cara-cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan perlengkapan yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.


(36)

Cara-cara pelaksanaan validasi terbagi empat yaitu : 1. Validasi Prospektive

Adalah validasi berdasarkan pada perolehan data pertama sesuai protokol validasi yang direncanakan. Validasi ini berlaku untuk produk yang belum beredar.

2. Validasi Concurrent

Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan. Validasi ini berlaku pada produk yang sedang beredar.

3. Validasi Retrospektive

Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah beredar.

4. Validasi Ulang

Adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan baku, proses pembuatan, dan mesin.


(37)

BAB IV

TINJAUAN PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.

PLANT MEDAN

4.1 Bangunan dan Instalasi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan berada pada jalan Tanjung

Morawa Km 9 dengan luas 20.269 m2 Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Perusahaan ini berdiri di atas lahan dengan luas 20.269 m2 yang terdiri dari: a. Ruang perkantoran

b. Ruang laboratorium pemastian mutu (Ruang Asisten Manager Pemastian mutu, Ruang Mikrobiologi, Ruang Pengawasan mutu, Ruang Instrumen, Ruang Contoh Pertinggal) dan IPC

c. Ruang produksi tablet/kapsul d. Ruang produksi krim/salep e. Ruang penimbangan sentral f. Gudang bahan baku

g. Gudang bahan kemas h. Gudang etiket

i. Gudang obat jadi

j. Bangunan penunjang seperti tempat pencucian, dapur, mushola, dan tempat olahraga.

Konstruksi bangunan PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah dibuat sesuai dengan persyaratan CPOB dimana dinding dan langit-langit memilki permukaaan licin dan tidak terdapat sambungan. Lantai dan dinding di


(38)

dalam ruangan produksi dilapisi dengan epoksi, ruang produksi untuk masing -masing bentuk sediaan terletak terpisah. Sistem pengaturan udara pada ruang produksi menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan Air Conditioner (AC) sentral.

4.2 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

Dalam melaksanakan kegiatanya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan, menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Struktur organisasinya dapat dilihat pada lampiran 1, dimana didalamnya mencakup level manager sampai pada level asisten manager dan supervisor, sedangkan untuk level karyawan tidak digambarkan.

4.3 Perencanaan Produksi dan Pengendalian Inventaris (PPPI)

Tugas dan fungsi dari PPPI yaitu:

1. Merencanakan kebutuhan bahan produksi 2. Mengontrol jalannya pembuatan obat 3. Merencanakan pengiriman obat jadi

4. Melakukan stok opname ke gudang pada tiap akhir triwulan

Dasar perencanaan adalah pemesanan pemasaran yang berasal dari direktorat pemasaran di Jakarta per triwulan. Dari jumlah pesanan tersebut di konversikan per batch karena tiap produk memiliki ukuran batch yang berbeda.

Untuk pemesanan bahan, PPPI memperhatikan stok bahan baku yang ada di gudang, stok produk ruahan atau setengah jadi dari stok produk jadi di gudang, sehingga dapat diketahui beberapa bahan yang akan dipesan.


(39)

Setelah semua jumlah bahan yang diperlukan untuk produksi dihitung, maka PPPI mengeluarkan Surat Permintaan Pembelian Bahan (SPPB) ditujukan kepada bagian pembelian. Pembelian ada dua cara yaitu: secara terpusat di Jakarta dan secara lokal di Medan. Bagian pembelian ini akan memilih pemasok yang paling murah tetapi memenuhi spesifikasi bahan yang diminta, kemudian bagian pembelian menerbitkan surat pemesanan (Purchase Order/PO) dan ditandatangani pimpinan. Dibuat tembusan satu lembar arsip pesanan kebagian gudang agar disiapkan tempatnya.

Bahan pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang dimana bagian gudang akan memeriksa kecocokan nomor pesanan, jumlah, spesifikasi bahan yang diminta pada arsip pesanan dengan bahan yang akan diantarkan. Bahan tersebut akan dikarantina dan diberi label kuning sementara bagian gudang membuat surat permohonan periksa ke bagian pengawasan mutu untuk melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Bila bahan memenuhi syarat akan diberi label hijau disertai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL). Jika tidak memenuhi syarat yang akan diberi label merah dan HPL serta dikembalikan ke pihak pemasok.

Setelah semua bahan yang dipesan lengkap, maka PPPI membuat Surat Perintah Kerja (SPK) ke bagian produksi yang ditandatangani pimpinan. Pada SPK tersebut ditulis No.SPK, nama sediaan, No Batch, dan kapan obat tersebut diharapkan siap diproduksi. SPK dari PPPI yang dikirim ke bagian produksi dilampiri catatan pengolahan batch, catatan pengemasan batch, Surat Perintah Pengeluran Bahan Baku (SPPBB) dan bahan pengemasan (SPPBK). SPK dibuat rangkap 4 dengan distribusi ke produksi, gudang laboratorium dan arsip.


(40)

Obat jadi yang telah siap diproduksi dan dikemas kemudian dikirim ke gudang penyimpanan obat jadi. Setelah dilakukan finished pack analysis oleh petugas pengawasan mutu. Obat jadi tersebut akan dikirimkan oleh PPPI ke Unit Logistik Sentral (ULS) Jakarta, maka PPPI membuat surat ke bagian gudang untuk menyiapkan obat jadi tersebut untuk dikirimkan ke Jakarta akan dilakukan

stock opname. Pada bahan yang telah di stock opname akan diberi label stock opname yang dituliskan tanggal dilakukan stock opname, nama bahan dan

jumlahnya.

4.4 Produksi

Produksi adalah semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan awal, pengolahan sampai dengan menghasilkan obat jadi. Kegiatan produksi ini dilakukan di area tertutup dan tidak berhubungan langsung dengan bagian gudang ataupun perkantoran.

Tugas dari bagian produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan:

1. Melaksanakan pembuatan obat sesuai dengan surat perintah kerja (SPK) dari bagian PPPI, mulai dari permintaan bahan baku ke gudang, penimbangan, pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat jadi ke gudang obat jadi sesuai dengan prosedur tertulis yang telah ditetapkan (Protap).

2. Melaksanakan dokumentasi atas semua tindakan yang dilakukan selama proses pengolahan dan pengemasan dengan berpedoman pada protap. Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian bersih, masker, penutup kepala, dan mendesinfeksi tangan dengan desinfektan yang tersedia sebelum memakai sarung tangan.


(41)

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi:

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatan

pembersihan dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan produksi.

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikan rupa menggunakan Air Handling Unit (AHU) yaitu AC sentral.

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.

4. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar kegiatan produksi berjalan lancar.

Produksi dilaksanakan setelah adanya SPK dari bagian PPPI ke bagian produksi dan dilakukan produksi sesuai dengan protap yang telah ditetapkan serta mendokumentasi setiap tindakan yang dilakukan selama produksi. Laporan proses produksi membuat sediaan, No batch, besar batch, tahapan proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu batch sediaan. Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi dan diketahui oleh supervisor produksi.

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses

(In Process Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam , yaitu:

1. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot.

2. Dilakukan oleh pihak pengawasan mutu, antara lain: uji kekerasan, waktu hancur, disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat.


(42)

Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer dibagian produksi yang selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan melalui

pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obat

jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang dan dicatat selanjutnya dibuat permohonan periksa kebagian pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack

analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang

penyimpanan obat jadi.

Bagian Produksi pada PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan terdiri dari:

a. Jalur Produksi Krim

Jalur produksi krim terpisah dari jalur produksi yang lain dimana pada jalur produksi ini terdiri dari beberapa ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHU. Adapun ruangan pada jalur produksi krim terdiri dari:

1. Ruangan penimbangan

Pada rungan ini dilengkapi dengan beberapa alat timbangan digital (elektrik), lemari asam, dust collector, Air Handling Unit (AHU). Bahan-bahan yang telah ditimbang akan ditempatkan pada staging area untuk kemudian diambil oleh petugas produksi lain untuk dilakukan proses produksi selanjutnya. Ruangan penimbangan dipakai untuk menimbang bahan sediaan krim, tablet, kapsul.

2. Ruangan pencampuran

Pada ruangan ini dilengkapi dengan alat double jacket tank untuk memanaskan air, ultra turrax untuk mencampur bahan aktif dengan bahan dasar krim, mixer untuk pengadukan sehingga diperoleh produk ruahan. Alat-alat


(43)

tersebut dibersihkan setiap pagi hari sebelum digunakan dan sore hari sesudah selesai digunakan. Bila tidak ada kegiatan produksi maka pembersihan dilakukan seminggu sekali. Selama proses produksi dilakukan IPC oleh bagian pengawasan mutu.

3. Ruangan pengisian

Ruangan untuk melakukan pengisian sediaan krim ada 3 yaitu:

Ruangan pengisian I : dilengkapi dengan mesin pengisian krim (Elemech) dengan kapasitas 2400 tube/jam dan neraca analitik.

Ruang pengisisn II : Dilengkapi dengan mesin pengisian krim (Pharmech) dengan kapasitas 900-2000 tube/jam dan neraca analitik.

 Ruang pengisian III: dilengkapi dengan mesin neraca pengisian krim (Pharmech) dengan kapasitas1600 tube/jam dan neraca analitik.

Sebelum pengisian krim, tube kosong yang telah dibersihkan di bagian pengemasan di masukkan ke pass box, dibawa oleh petugas produksi ke ruang pengisian dan disusun kemesin pengisian yang telah dimasukkan massa krim kemudian dilakukan pengisian. Setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan bobot oleh operator dan pada awal dan akhir pengisian dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.

2. Ruangan karantina

Pada ruang ini disimpan produk ruahan untuk menunggu pemeriksaan laboratorium. Produk ruahan yang telah selesai diperiksa oleh bagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder. Bagan Alur proses Produksi krim dapat dilihat pada lampiran 2.


(44)

b. Jalur Produksi Tablet

Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada unit tablet juga terdapat beberapa jalur. Ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHU. Juga dilengkapi dengan dust collector sentral. Adapun ruangan pada produksi tablet terdiri dari :

1. Ruangan pencampuran

Semua bahan tambahan dan bahan aktif di masukkan kedalam super mixer dan dicampur hingga homogen, pengecualian untuk bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Massa di atas digranulasi dengan menggunakan alat rotary wet

granulator sehingga didapat granul basah. Untuk selanjutnya granul basah

tersebut di pindah ke ruang pengeringan. 2. Ruang pengeringan

Granul basah yang dihasilkan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50-60oC selama 10 jam (tergantung pada bahan yang akan dikeringkan). Kapasitas oven tersebut 450kg/hari. Setelah kering dilakukan pemeriksaan laboratorium dan selanjutnya dipindahkan ke ruangan granulasi untuk pengayakan.

3. Ruang granulasi

Massa granul yang telah dikeringkan digranulasi dengan alat communiting

fitz mill, kemudian dibawa ke ruang pencampuran akhir.

4. Ruang pencampuran akhir

Massa yang telah digranulasi di masukkan ke dalam alat V-mixer dan ditambahkan dengan bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Hasil yang


(45)

diperoleh kemudian dilakukan pemeriksaan IPC. Massa disimpan di ruang karantina.

3. Ruang pencetakan

Ruang untuk pencetakan ada 5, masing-masing terdapat 1 alat cetak dan juga terdapat dust collector, neraca analitis, dan AHU. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin cetak tablet merek Cadimach (CU) dengan kecepatan mesin 50 ribu tablet/jam. Setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot. Bagian pengawasan mutu di dalam ruang produksi melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap produk ruahan yang meliputi: pemerian, friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot.

4. Ruang sortir

Tablet yang dihasilkan disortir oleh petugas dari debu dan juga untuk bentuk tablet yang tidak bagus/pecah kemudian dipindahkan ke ruangan pengemasan.

5. Ruang pengemasan

Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dibawa ke ruang pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik dan diblister. Tiap kantong berisi 1000 tablet dengan menggunakan mesin penghitung dan diberi silika gel. Tiap blister berisi 10 tablet. Setelah selesai dilakukan pengemasan primer dipindahkan ke ruangan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder. Bagan alur produksi tablet dapat dilihat pada lampiran 3.

c. Jalur Produksi Kapsul

Sediaan kapsul yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk


(46)

jalur produksi kapsul juga terletak terpisah untuk menghindari terjadinya mix up. Pada jalur produksi kapsul juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut diatur suhu, kelembaban dan tekanan AHU, juga dilengkapi dust

collector sentral. Adapun ruangan pada unit kapsul terdiri dari :

1. Ruang pengeringan

Bahan yang akan dipakai untuk pembuatan kapsul ditimbang di ruang penimbangan sesuai dengan SPK. Untuk bahan pengisi (Avicel) dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven selama ±12 jam pada suhu 85oC. Setelah itu semua bahan dipindahkan ke ruang pencampuran.

2. Ruang pencampuran

Pada ruang ini dilakukan pencampuran bahan aktif, bahan pengisi dan bahan tambahan lainnya dengan menggunakan alat V-mixer selama ±15 menit. Setelah homogen, dilakukan pemeriksaan massa oleh bagian pengawasan mutu dan kemudian dipindahkan ke ruang pengisian kapsul.

3. Ruang pengisian kapsul

Massa yang telah homogen di masukkan ke dalam mesin pengisian kapsul (Kwang Dah). Pada awal akhir pengisian dilakukan pengisian laboratorium dan setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot oleh operator. Setelah itu dipindahkan ke ruang seleksi kapsul. Dikemas dan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu selanjutnya dikirim ke gudang penyimpanan. Bagan alur produksi kapsul dapat dilihat pada lampiran 4.

4.5 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan


(47)

senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Tanggung jawab bagian pengawasan Mutu:

1. Memastikan bahan awal memenuhi spesipikasi yang ditetapkan untuk

identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanan.

2. Memastikan tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan dan telah divalidasi.

3. Memastikan semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah diulaksanakan dan batch tersebut memilki spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusi. 4. Memastikan suatu bets obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu

peredaran yang ditetapkan. Setiap bahan baku yang dikarantina dilakukan pengujian oleh bagian pengawasan mutu yang mencakup: spesifikasi identitas, kualitas, kekuatan/potensi dan persyaratan lain yang ditentukan.

4.5.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok ke bagian gudang, kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap : 1. Bahan baku dan bahan tambahan

a. Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.

b. Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitatif, kuantitatif dan pH. c. Pemeriksaan fisika, meliputi titik lebur, kelarutan dan berat jenis.


(48)

2. Bahan Pengemas

a. Pemeriksaan kemasan, meliputi ukuran dan kebocoran wadah.

b. Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan lambang, desain dan warna

4.5.2 Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Laboratorium pengujian IPC terletak di area produksi. Pengawasan ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses pengolahan.

Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak, yaitu :

1. Bagian produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

2. Bagian pengawasan mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu menentukan apakah tahap lanjutan dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan.

Pengawasan dalam proses pengolahan (IPC) hendaklah meliputi pengujian parameter kualitas antara lain :

1. Tablet : pemerian, kadar air, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan disolusi.


(49)

2. Kapsul : pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu hancur dan disolusi.

3. Krim : pemerian, pH, bobot rata-rata, homogenitas dan kadar bahan aktif.

4.5.3 Pengawasan dalam Proses Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan hendaklah meliputi pemeriksaan parameter kualitas, antara lain :

a. Kerapatan tutup wadah seperti tutup botol dan tutup tube. b. Jumlah satuan produk dalam kemasan.

c. Kebenaran dan kebersihan bahan pengemas yang dipakai.

d. Kerapian pengemasan, penulisan nomor bets, tanggal kadaluarsa. e. Kebocoran produk yang dikemas dalam strip.

4.6 Uji Stabilitas

Pengujian stabilitas bertujuan untuk memberikan bukti mengenai bagaimana mutu bahan baku atau produk berubah sepanjang waktu karena pengaruh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Pengujian stabilitas memungkinkan ditetapkannya cara penyimpanan yang direkomendasikan, periode uji ulang, masa edar (tanggal kadaluarsa) bahan aktif atau produk.

Program pengujian stabilitas hendaklah dipatuhi dan mencakup jumlah contoh dan jadwal pengujian, kondisi penyimpanan, metode pengujian, dan pengujian dalam kemasan yang sama dengan kemasan obat yang dipasarkan. Pengujian stabilitas produk obat hendaklah dilakukan dengan cara:

1. Pengujian jangka panjang mutu produk obat untuk suatu jangka waktu yang ditentukan, terbagi dalam beberapa interval: minimal setiap tiga bulan untuk tahun pertama, setiap enam bulan untuk tahun kedua, serta selanjutnya sekali


(50)

0

C ± 20 C, kelembaban relatif 60% ± 5%. Khususnya bahan baku aktif/produk jadi yang peka terhadap panas hendaklah disimpan pada suhu yang lebih rendah, yang pada akhirnya akan ditetapkan menjadi suhu penyimpanan jangka panjang. Lama periode pengujian biasanya ditentukan oleh masa edar yang diperkirakan bagi produk tersebut.

2. Pengujian dipercepat mutu produk selama 3-6 bulan terbagi sedikitnya dalam empat interval waktu dengan kondisi yang diperberat, seperti temperatur dan kelembaban tinggi, pemaparan cahaya dan sebagainya. Dengan cara pengujian stabilitas dipercepat, laju penguraian obat dapat diperkirakan dan stabilitas produk dapat diramalkan untuk kondisi penyimpanan tertentu, yakni 150 C di atas suhu penyimpanan jangka panjang dengan kelembaban yang sesuai, misalnya 400 C ± 20 C, kelembaban relatif 75% ± 5%.

4.7 Pengolahan Limbah

1. Pengolahan Limbah Cair

Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian alat-alat di laboratorium.

A

C

B

D E

F G

H

Gambar 1. Denah bak pengolahan limbah cair PT. Kimia Farma (persero ) Tbk Plant Medan.


(51)

Keterangan gambar: A = Saluran masuk E = Bak Aerasi

B = Bak penampung F = Bak Aerasi

C = Mesin pompa G = Bak Sedimentasi

D = Bak Netralisasi H = Bak Biokontrol

Proses pengolahan limbah cair yaitu:

a. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak penampungan

selanjutnya dipompakan dengan mesin pompa ke bak netralisasi.

b. Pada bak netralisasi bila perlu, ditambahkan air kapur untuk menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi (E)

c. Pada bak aerasi (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk menginjeksikan udara kedalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke bak aerasi (F) dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu dialirkan ke bak sedimentasi.

d. Pada bak sedimentasi, limbah cair tersebut didiamkan/diendapkan beberapa hari selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol

e. Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD maka limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan.


(52)

2. Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari:

a. Debu yang pada dust collector di ruang produksi .

b. Debu yang berasal dari vacuum cleaner yang digunakan untuk

membersihkan ruangan produksi dan alat produksi.

c. Wadah dan etiket yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube sebelum dimusnahkan digunting terlebih dahulu.

d. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang berasal dari bagian gudang.

Semua limbah padat tersebut di bakar oleh petugas dan sisa pembakaran tersebut dibuang ketempat pembuangan akhir.


(53)

BAB V PEMBAHASAN 5. 1 Aspek Personalia

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki personalia sebanyak 67 orang dengan berbagai tingkat pendidikan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri dari 3 bagian yaitu produksi, pemastian mutu dan PPPI. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain, sehingga dapat mengurangi kerjasama negatif terutama menyangkut kualitas produk. Program pelatihan dilakukan secara periodik pada triwulan tertentu terutama diberikan pada karyawan baru dan karyawan diruangan produksi, laboratorium dan gudang.

5. 2 Aspek Bangunan

Menurut CPOB, dalam pemilihan lokasi bangunan hendaklah dipilih lokasi dimana tidak ada pencemaran. Apabila lingkungan pabrik tidak dapat dihindarkan dari pencemaran, maka hendaklah dilakukan tindakan pencegahan, antara lain dengan cara melengkapi sistem ventilasi dengan saringan udara awal dan saringan udara akhir, kontruksi bangunan yang kokoh dan kedap air.

PT. Kimia Farma (Persero) TBk. Plant Medan terletak di jalan Tanjung Merawa Km 9 yang lalu lintasnya sangat padat. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Medan telah dilengkapi dengan sistem tata udara dengan menggunakan AC

sentral yang dilengkapi dengan saringan udara awal dan saringan udara akhir sehingga dapat mencegah pencemaran dari udara sekitarnya.


(54)

Rancangan bangunan, ukuran dan penataan ruangan serta kontruksi bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan kegiatan produksi dilakukan diarea yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan. Disamping itu juga untuk mencegah kesesakan dan ketidakteraturan serta memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

Permukaan bagian dalam ruang proses produksi (dinding, lantai dan langit-langit) licin, bebas dari retakan dan sambungan serta mudah dibersihkan. Permukaan bagian dalm ruang proses produksi PT. Kima Farma (Persero) Tbk.

Plant Medan sudah dilapisi dengan epoksi. Setiap tahapan proses produksi,

dilakukan di ruangan yang terpisah untuk menghindari tercampurnya obat dan bahan, terlewatnya satu langkah produksi serta terjadinya pencemaran silang. Selain itu, rancang bangun juga dibuat sedemikian rupa sehingga arus lalu lintas barang yang masuk memiliki jalur yang terpisah dengan jalur lalu lintas karyawan. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam CPOB.

Peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan baku, produk antara atau produk ruahan adalah bahan yang inert. Perawatan tiap peralatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang terdapat di catatan pedoman operasional pembersihan peralatan yang terdapat di ruangan tempat peralatan. Pembersihan peralatan dan ruangan produksi dilaksankan sebelum dan sesudah proses produksi dilaksanakan sehingga pencemaran silang dapat dihindari. Pencemaran kimiawi dapat juga dihindarkan dengan cara menggunakan alat penghisap debu yang dilengkapi dengan saringan udara balik. Hal ini sudah


(55)

dilaksanakan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan sesuai dengan yang tercantum dalam CPOB.

Area penyimpanan gudang bahan baku, gudang bahan pengemas dan gudang obat jadi telah didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjamin stabilitas bahan dan produk yang disimpan, dengan kapasitas dan penerangan yang memadai dan dikendalikan secara khusus dan didokumentasikan

5. 3 Aspek Produksi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memproduksi sediaan tablet, kapsul dan krim. Produksi obat dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap agar selalu diperoleh obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Prosedur tetap pembuatan obat yang diikuti sudah mengacu pada CPOB. Kegiatan penimbangan, pengolahan, pengemasan, pengendalian dan evaluasi, diarsipkan dalam dokumen produksi.

Pelaksanaan sanitasi dan higiene di lingkungan produksi sudah dilaksanakan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki grey area dan black area yang mana grey area untuk ruangan produksi dan pengemasan primer sedangkan black area untuk pengemasan sekunder. Semua karyawan diharuskan untuk melaksanakan higiene perorangan dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja dan disediakan pelindung diri, seperti tutup kepala, tutup mulut, sarung tangan dan sepatu kerja. Sebelum memasuki ruang produksi harus melewati ruang antara. Untuk karyawan yang bersentuhan langsung dengan bahan obat diharuskan menggunakan masker dan sarung tangan. Ketentuan ini juga berlaku untuk tamu yang berkunjung ke lingkungan proses produksi. Setelah obat


(56)

selesai diproduksi dan dikemas (primer) maka selanjutnya obat akan diteruskan ke

black area melalui passing box untuk pengemasan sekunder. 5. 4 Aspek Pengawasan Mutu

Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal sesuai spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan in Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi.

Bagian pengawasan mutu telah melakukan validasi retrospective untuk semua produk yang diproduksi, sedangkan validasi konkuren telah dilaksanakan dan selesai satu produk. Validasi metode analisa juga telah dilaksanakan untuk beberapa produk.

PT. Kima Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah melakukan uji stabilitas (on going stability) produksi tahunan sejak awal januari 2006 dan juga melakukan uji stabilitas dipercepat sedangkan post marketing stability belum dilakukan.. Sedangkan uji bioekivalensi dan bioavaibilitas untuk beberapa produk telah dilaksankan oleh unit Riset dan Pengembangan di Bandung.

5. 5 Aspek Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan pleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat (debu) dari ruang produksi dikumpulkan dengan dust colector dan diolah dengan cara pembakaran. Limbah cair yang sebagian besar berasal dari pencucian alat-alat produksi dan peralatan laboratorium diolah menggunakan unit pengolahan limbah cair.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dalam memproduksi krim, tablet dan kapsul telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik sehingga mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, disamping itu telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu produk.

6. 2 Saran

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan sebaiknya memperbaiki sistem pengolahan limbah.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta. Hal 1-124

Badan POM. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat

Yang Baik. Jakarta. Hal 1-600

Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Kefarmasian. Penerbit PT. ISFI. Jakarta. Hal 189-191

Priyambodo, B. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama; Yogyakarta. Hal 238-239.

Anonim. (2010). http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_0_0. Diakses tanggal 15 Desember 2010


(59)

(60)

(61)

Lampiran 3. Alur Proses Pembuatan Kapsul Penimbangan Pengeringan avicel dan amilum Karantina produk antara Pengisian ke cangkang kapsul IPC - Pemerian

- Ukuran dan bobot 50 kapsul kosong

- Warna dan bobot rata-rata 10 kapsul

- Waktu hancur - Disolusi Pencampuran

IPC - Pemerian

- kadar zat berkhasiat - LOD

IPC - Pemerian - LOD

Kelembabab maks 50%

Karantina produk ruahan

Seleksi IPC

- Pemerian - Bobot rata-rata - Identifikasi - Waktu hancur - Disolusi

Finished Pack Analysis

Gudang obat jadi Karantina produk

jadi Karantina produk

ruahan


(62)

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dalam memproduksi krim, tablet dan kapsul telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik sehingga mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, disamping itu telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu produk.

6. 2 Saran

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan sebaiknya memperbaiki sistem pengolahan limbah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta. Hal 1-124

Badan POM. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat

Yang Baik. Jakarta. Hal 1-600

Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Kefarmasian. Penerbit PT. ISFI. Jakarta. Hal 189-191

Priyambodo, B. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama; Yogyakarta. Hal 238-239.

Anonim. (2010). http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_0_0. Diakses tanggal 15 Desember 2010


(3)

(4)

(5)

Lampiran 3. Alur Proses Pembuatan Kapsul Penimbangan Pengeringan avicel dan amilum Karantina produk antara Pengisian ke cangkang kapsul IPC - Pemerian

- Ukuran dan bobot 50 kapsul kosong

- Warna dan bobot rata-rata 10 kapsul

- Waktu hancur - Disolusi Pencampuran

IPC - Pemerian

- kadar zat berkhasiat - LOD

IPC - Pemerian - LOD

Kelembabab maks 50%

Karantina produk ruahan

Seleksi IPC

- Pemerian - Bobot rata-rata - Identifikasi - Waktu hancur - Disolusi

Finished Pack Analysis

Gudang obat jadi Karantina produk

jadi Karantina produk

ruahan


(6)