BAB I PENDAHULUAN
Selama lebih dari 30 tahun, bedah ortognatik terbukti menjadi tindakan yang penting dalam mengoreksi kelainan dento fasial yang berat.
1
Hal ini merupakan upaya gabungan dari ortodontis dan ahli bedah mulut dan maksilo fasial untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengkoreksi  ketidak  harmonisan fungsional dan estetika.
1,2
Kelainan dento fasial adalah deviasi atau ketidak seimbangan proporsi fasial disertai dengan hubungan gigi yang tidak baik sehingga mengganggu estetika profil
wajah. Kelainan dento fasial dapat berdampak pada gangguan fungsi rahang, hubungan gigi dan penampilan wajah.
3
Prosedur bedah ortognatik dikembangkan  telah  lama  pada pasien untuk memperbaiki maloklusi skeletal. Kemudian dilanjutkan  dengan kontrol ortodontik
untuk menghasilkan hasil terbaik. Sebagian besar kasus klinis  dapat diselesaikan dengan tiga dasar prosedur osteotomi yaitu:  osteotomi  Le  Fort I maksila  LFI,
osteotomi  sagittal bilateral split  mandibula BSSO dan genioplasti. Osteotomi  Le Fort I, seperti yang dijelaskan oleh Obwegeser pada tahun 1965, dapat memperbaiki
midline  wajah,  dapat  dilakukan sebagai teknik monoblok  single-piece  atau dapat dijalankan sebagai prosedur multi segmen  atau dengan pendekatan seperti  SARPE
Surgically Asissted Rapid Palatal Expansion.
4
Osteotomi  Le Fort I dan bedah  ramus mandibula adalah metode  yang paling sering digunakan untuk koreksi kelainan dentofasial. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa 80 tingkat akurasi Osteotomi Le Fort I menunjukkan keberhasilan yang baik.
1,5
Pembedahan ini juga mempunyai beberapa komplikasi yang biasa terjadi pada pembedahan ortognatik. Komplikasi dalam pembedahan ini yaitu komplikasi jalan
nafas, gangguan aliran darah ke segmen, perdarahan, neurologi, koreksi dari posisi segmen, sendi temporo mandibular, infeksi, serta pengaruh aspek gigi dan  jaringan
periodontal.
3,5,6
Penulisan ini bertujuan untuk menguraikan secara garis besar mengenai definisi perawatan Osteotomi Le Fort I pada bedah ortognatik dalam mengkoreksi
kelainan dentofasial.
BAB 2 BEDAH ORTOGNATI PADA MAKSILA