Prosedur Pembedahan OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI

Operator mengambil pengukuran akhir gerakan bedah, penentuan gigitan, dan pencetakan gigi untuk model studi dan membuat rahang khusus gabungan yang disebut facebow kemudian ditransfer ke artikulator. 4 Diruangan perawat menginstruksikan pasien bahwa tidak boleh makan delapan jam sebelum operasi tapi cairan bening misalnya, air, jus apel dapat dikonsumsi hingga empat jam sebelum operasi. Ketika pertanyaan-pertanyaan dari pasien dan anggota keluarganya dijawab, ahli bedah memperoleh informed consent dari pasien atau, jika pasien masih di bawah umur, dari wali pasien. 4,13,15 Pada hari operasi, perawat meng identifikasi pasien riwayat kesehatan dan bedah dan melakukan penilaian fisik. Perawat menjelaskan kepada pasien tentang prosedur bedah dan instruksi pemulihan pasca operasi. Kemudian perawat memasangkan selimut hangat untuk menjaga normotermia dan alat IV line pada pasien. Setelah itu pasien diberikan antibiotik 60 menit sebelum sayatan bedah dimulai. 4

4.2 Prosedur Pembedahan

Prosedur pembedahan dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum, jika memungkinkan dipilih anestesi hipotensi. Lidokain 2 dengan epinefrin 1:100.000 diinfiltrasi ke dalam jaringan mukosa pada bibir atas. Insisi horizontal dibuat pada vestibulum maksila dari sisi region molar kedua sampai ke area yang sama pada sisi berlawanan. Flep muko periosteal dibuat tinggi untuk membuka lapisan dasar anterior nasal, celah piriform, dinding lateral maksila, crest zigomatik, dan pertemuan pterygomaksila. Osteotomi nasoseptal digunakan untuk memisahkan septum nasal dari maksila. Tulang dipisahkan 3 sampai 4 mm di atas ujung apeks akar gigi dari bagian lateral dari pinggiran piriform posterior melintasi fosa kanina dan melalui crest zigomatik maksila. Bagian anterior, posterior, inferior dari dinding lateral nasal dapat dipisahkan dengan pandangan langsung. Aspek posterior dari dinding lateral maksila dan dinding posterolateral antral dipotong dengan tekanan spatula osteotomi posterior hingga berkontak dengan lapisan padat tegak lurus dengan tulang palatinal. Tahap akhir meliputi pterigo maksila dysjunction dengan melakukan osteotomi di tengah-tengah dan anterior ke dalam sutura pterigomaksila untuk memisahkan tuberositas maksila dari lapisan pterigoid dengan menggunakan instrumen tajam yang berbentuk kurva. 4,11,15,16 Maksila ditekuk ke bawah dengan tekanan inferior berlawanan dengan bagian anterior maksila, dan tekanan ke depan berlawanan dengan tuberositas, dengan demikian didapati patahan maksila tanpa menggunakan tang disimpaksi. Maksila diposisikan sesuai oklusi dengan menggunakan splint fiksasi intermaksila. Maksila yang telah dilepaskan dari basis tengkorak difiksasi dengan memamasukkan kawat intraosseus yang dibur melalui bagin nasal dan tulang zigomatik maksila guna menahan bagian proksimal dan distal maksila. Kawat stainless steel 26-gauge digunakan untuk fiksasi intraosseus. Dinding lateral maksila dan zigomatik yang menahan merupakan dua daerah kritis. Tulang corticocancellous autogenous dihasilkan dari penyambungan tulang yang paling umum untuk blok corticocancellous. 4,9,17 Gambar 9. Osteotomi Le Fort I impaksi : A pemotongan osteotomi, B, C pemotongan osteotomi pada kedua sisi, D osteotomi nasoseptal yang digunakan untuk memisahkan tulang nasal dari maksila, E pemisahan maksila dari lapisan pterigoid, F, G pemisahan maksila secara lengkap, H fotografi prabedah, dan I fotografi pasca bedah. 11 Gambar 10. Insisi mukosa. 8 Gambar 11. Arah insisi lebih banyak ditinggalkan daerah yang dibawah. 8 Gambar 12. Diseksi subperiostal untuk Gambar 13. Penandaan acuan daerah secara mengidentifikasi saraf infraorbital, celah vertikal dan horizontal. 8 pirifomis, crest zigomatikum, dan maksila posterior. 8 Gambar 14. Lakukan pemotongan tulang sesuai Gambar 15. Pemotongan disesuaikan dengan garis dengan penandaan yang dilakukan. 8 oklusal secara pararel. 8 Gambar 16. Fiksasi kedua rahang dengan splin Gambar 17. Fiksasi daerah pemotongan tulang intermaksila dan posisikan rahang sesuai dengan memasukkan kawat intraoseus oklusi. 8 kemudian hekting mukosa. 8

4.3 Laporan Kasus