Mekanisme KerjaKloramfenikol Uraian Kloramfenikol

Kloramfenikol terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase. Ini merintangi pembentukan ikatan peptida antara asam amino-tRNA pada sisi aminoasil. Selain itu juga dirintangi rantai peptida yang sedang memanjang pada sisi peptidil pada ribosom sehingga translasi terhenti Nogrady, 1992. Kloramfenikol diabsorpsi cepat dan hampir sempurna dari saluran cerna, karena obat ini mengalami penetrasi membran sel secara cepat. Setelah absorpsi, kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Metabolit utama kloramfenikol adalah glukuronida–nya yang bekerja antibiotik, yang dibuat di hati dan diekskresikan melalui ginjal Katzung, 2004.

2.1.2 Penggunaan Kloramfenikol

Berhubung risiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di negara Barat sejak tahun 1970-an jarang digunakan lagi per oral untuk terapi manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa jenis infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus salmonella typhi dan meningitis khusus akibat H. influenzae, juga obat, khususnya abses otak oleh B.fragilis. Untuk infeksi tersebut sebetulnya juga tersedia antibiotika yang lain yang lebih aman dengan efektivitas sama Tjay, 2007. Kloramfenikol sangat berguna dalam menangani meningitis pada anak yang alergi pada penisilin, menderita abses otak atau infeksi anaerobik lainnya, dan juga pada infeksi intraokular akibat organisme yang sensitif. Kecuali itu juga bersifat bakteriostatik terhadap banyak baksil gram negatif lainnya Skach dkk, 1988.

2.1.3 Efek Samping

Efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang myelodepresi yang dapat berwujud dalam dua bentuk anemia, yakni sebagai: a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah eritrosit, trombosit, dan granulosit dalam waktu 5 hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung lamanya terapi dan bersifat reversibel. b. Anemia aplastis, yang timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari Tjay, 2007. Supresi sumsum tulang merupakan efekyang ada kaitannya dengan dosis dan dapat dipulihkan kembali, terlihat dari tanda-tanda pansitopenia dengan pemulihan kembali 1-2 minggu setelah obat dihentikan. Ada kaitannya dengan kadar diatas 20-25 ��ml Skach dkk, 1988.

2.2 Metode Penetapan Kadar Kloramfenikol

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam