Pseudorandom Aturan 2D LANDASAN TEORI

21 yaitu satu baris keatas , 1 j i W n  , satu kolom ke kanan 1 ,  j i W n , satu baris ke bawah , 1 j i W n  , satu kolom kekiri 1 ,  j i W n , serta barisan matriks awal , j i W n . Semua pergeseran itu dioperasikan terhadap tiap cell nya tiap baris dan kolom matriks pada citra dan melewati proses pengulangan looping sebanyak yang ditentukan pembuat watermark, sehingga menghasilkan barisan pseudorandom yang baru. Dalam hal ini penulis menggunakan looping sebanyak tiga kali. Barisan pseudorandom yang baru hasil operasi dinamik di atas disebut pola noise pseudorandom dari aturan 2D. Selain menghasilkan barisan yang sama dengan ukuran citra yang akan di-watermark, barisan ini juga menghasilkan security keamanan pada citra ber-watermark karena mempunyai pola yang tidak dapat diprediksi [1]. 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Data

Data yang akan digunakan pada penulisan skripsi ini adalah citra logo UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data terdiri dari satu citra yang mempunyai ukuran 200 x 200 pixel. Dari ukuran 200 x 200 pixel kemudian penulis perkecil ukurannya menjadi 50 x 50 pixel. Dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data.

3.2. Penyisipan Watermark.

Citra yang sudah diperoleh penulis, kemudian akan disisipi watermark dengan tahapan sebagai berikut : 1. Memilih citra yang akan disisipi watermark. 2. Digitalisasi citra dengan tujuan citra terbaca oleh komputer. 3. Menganalisis citra menggunakan Singular Value Decomposition SVD sebagai metode watermark. 4. Membangkitkan Pseudorandom 2D sebagai kunci watermark. 23

3.3. Alur Penyisipan Watermark

Gambar 3.1 Alur Penyisipan Watermark

3.3.1. Pengolahan Citra Berwarna

Pengolahan citra berwarna berbeda dengan pengolahan pada citra tipe lainnya. citra berwarna membentuk matriks tiga dimensi yaitu matriks R red, matriks G green, dan matriks B blue. Sehingga dalam mengolah citra berwarna kita harus melibatkan dan memperhatikan ketiga matriks seluruhnya [1]. Penulis menggunakan ketiga matriks tersebut untuk perhitungan dan penyisipan watermark.

3.3.2. Digitalisasi Citra

Karena komputer hanya dapat mengolah data yang bersifat numerik, maka sebuah citra agar dapat diolah oleh komputer harus direpresentasikan secara Citra Asli Proses Penyisipan Membangkitkan Kunci Pseudorandom Proses SVD Pada Citra Citra Ber-watermark Digitalisasi Citra