Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat Kecil PadaTayangan Reality Show (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI)

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat

Kecil PadaTayangan Reality Show

(Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI)

Diajukan Oleh :

SRI NUR UTAMY 070904018

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Sri Nur Utamy

Nim : 070904018

Judul : Opini Mahasiswa Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show

(Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show “Minta Tolong” Di RCTI.

Medan, Juli 2012

Pembimbing Ketua Departemen

(Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si)

NIP. 198011072006042002 NIP. 19620828 198601 2 001 (Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A)

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

NIP. 19680525 199203 1 002 (Prof. Dr. Badarrudin, M.Si)


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul tentangopini mahasiswa mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan Reality Show “Minta Tolong”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Reality Show “Minta Tolong” yang disiarkan di RCTI.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu hanya menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori media massa, teori SOR, perancangan alat ukur adalah kuesioner yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1412 orang.Untuk meghitung jumlah sampel dari data populasi yang digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 100 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan proportional

stratified sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal dan diskusi penelitian. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari opini mahasiswa FISIP USU bahwa masalah sosial adalah hal yang sangat penting untuk dikaji dan dipahami, seyogyanya mahasiswa harus sadar akan masalah sosial yang menjadi polemik yang patut diperbincangkan oleh mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran bahwa mayoritas mahasiswa FISIP USU memberikan tanggapan bahwa acara Reality Show “Minta Tolong” ini dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan bermanfaat, mahasiswa menanggapi keberadaan acara ini sangat bermanfaat dan layak ditonton.


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat dan dorongan dari berbagai pihak, terutama kedua orang tua tersayang, ibunda Dra. Hj. Srijati Pohan dan ayahanda Laidin Sofyan Efendy, SH yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material, serta doa yang tidak pernah berhenti kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, saran dan kritik yang berguna bagi penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmunya tanpa pamrih.

5. Seluruh bagian administrasi dan tata usaha Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan perkuliahan selama ini. 6. Adik tersayang M. Ihdan Nugraha dan M. Ali Akbar.

7. Teman seperjuangan penulis: T. Said Syah Maulana, Zakia, Rocky Irfan, Farah Tania, M.arief, Nurdelima Purnamasari, Amalia Widyastuti, dkk yang telah membantu serta memberikan hiburan, semangat, nasihat dan doa dalam penulisan skripsi ini. Semoga kita tetap bisa menjadi teman selamanya.

8. Seluruh staf dan tata usaha di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Medan Area yang telah banyak membantu untuk kelancaran penelitian.

9. Terima kasih kepada teman-teman, semua responden serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, dorongan, semangat serta doanya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.


(6)

Penulis

Sri Nur Utamy DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 8

I.3. Pembahasan Masalah... 8

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

I.5. Kerangka Teori... 9

I.5.1. Komunikasi Massa... 10

I.5.2. Televisi Sebagai Media Massa ... 12

I.5.3. Opini Publik ... 14

I.5.4. Teori S-O-R ... 18

I.5.5. Reality Show ... 20

I.5.6.Eksploitasi dalam Tayangan “Minta Tolong” ... 21

1.6. Kerangka Konsep ... 21

1.7. Model Teoritis ... 22

1.8. Variabel Operasional ... 22

1.9. Defenisi Variabel Operasional ... 23

BAB II. URAIAN TEORITIS... 26

II.1. Komunikasi Massa ... 26

II.2. Televisi Sebagai Komunikasi Media Massa ... 30

II.2.1. Kelebihan dan Kelemahan Televisi ... 30

II.2.2. Kelemahan Televisi ... 31

II.2.3. Tiga Dampak yang Ditimbulkan dari Acara Televisi Terhadap Pemirsa ... 31

II.2.4. Karakter Televisi ... 31


(7)

II.2.6. Program Acara Reality Show ... 34

II.3. Teori S-O-R ... 35

II.4. Opini dan Opini Publik ... 38

II.5. Pengertian Opini Publik ... 40

II.5.1. Proses Pembentukan Opini Publik ... 42

II.5.2. Kekuatan Opini Publik ... 43

II.6. Eksploitasi Di Dalam Media Massa ... 44

II.7. Masyarakat Kecil/ Masyarakat Miskin ... 47

II.7.1. Klasifikasi Masyarakat Miskin ... 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 49

III.1. Metode Penelitian ... 49

III.2. Populasi Dan Sampel ... 49

III.2.1. Populasi ... 49

III.2.2. Sampel ... 50

III.2.3. Teknik Penarikan Sampel ... 51

III.3. Lokasi Penelitian ... 54

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

III.5. Teknik Analisa Data ... 55

III.5.1. Analisis Tabel Tunggal ... 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

IV.1. Sejarah FISIP USU ... 56

IV.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 60

IV.2.1. Tahap Awal ... 60

IV.2.2. Pengumpulan Data ... 60

IV.3. Proses Pengolahan Data ... 61

IV.3.1. Penomeran Kuesioner ... 61

IV.3.2. Editing ... 61

IV.3.3. Coding ... 61

IV.3.4. Invetarisasi Variabel ... 61

IV.3.5. Tabulasi Data ... 62

IV.4. Analisa Tabel Tunggal ... 62

IV.5. Karakteristik Responden ... 62

IV.5.1. Program Reality Show “Minta Tolong” di RCTI ... 65

IV.5.2.Opini Mahasiswa ... 72

IV.6. Pembahasan ... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81


(8)

V.2. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA KUESIONER LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1.1. Variabel Operasional ... 23

3.1. Populasi ... 50

3.2. Propotional Stratified Sampling ... 53

4.1. Usia Responden ... 63

4.2. Jenis Kelamin Responden ... 63

4.3. Departemen ... 64

4.4. Tahun Angkatan ... 65

4.5. Waktu Tayang Reality Show (Pukul 16.30-17.00) ... 65

4.6. Frekuensi Penayangan Reality Show 3 Kali Seminggu ... 66

4.7. Gaya Bahasa Narator ... 67

4.8. Mengangkan Kondisi Masyarakat Kelas Bawah ... 68

4.9. Masyarakat Kecil Sebagai Pelaku/Pemeran... 69

4.10. Penolong Juga Berasal Dari Masyarakat Kelas Bawah ... 69

4.11. Pesan Sosial Dalam Tayangan “Minta Tolong”... 70

4.12. Peka Terhadap Kesusahan Orang Lain ... 71

4.13. Tidak Mementingkan Diri Sendiri ... 71

4.14. Gambaran Kesusahan Masyarakat Kecil Dalam Acara “Minta Tolong” ... 72

4.15. Nilai Spiritual Acara Reality Show “Minta Tolong” ... 73

4.16. Dorongan Yang Timbul Untuk Membantu Kesusahan Orang Lain ... 73

4.17. Perasaan Bahagia Ketika Menolong Orang Lain ... 74

4.18. Gambaran Masyarakat Kelas Bawah... 75

4.19. Mengiba/Memelas Agar Ditolong ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 1. Skema S-O-R ... 19


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul tentangopini mahasiswa mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan Reality Show “Minta Tolong”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Reality Show “Minta Tolong” yang disiarkan di RCTI.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu hanya menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori media massa, teori SOR, perancangan alat ukur adalah kuesioner yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1412 orang.Untuk meghitung jumlah sampel dari data populasi yang digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 100 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan proportional

stratified sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal dan diskusi penelitian. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari opini mahasiswa FISIP USU bahwa masalah sosial adalah hal yang sangat penting untuk dikaji dan dipahami, seyogyanya mahasiswa harus sadar akan masalah sosial yang menjadi polemik yang patut diperbincangkan oleh mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran bahwa mayoritas mahasiswa FISIP USU memberikan tanggapan bahwa acara Reality Show “Minta Tolong” ini dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan bermanfaat, mahasiswa menanggapi keberadaan acara ini sangat bermanfaat dan layak ditonton.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk memberikan informasi dibandingkan dengan media lainnya. Kelebihan media televisi dalam menyampaikan pesan adalah pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan memberikan suasana hidup dan sangat mudah diterima oleh pemirsa. Bila dibandingkan dengan radio yang hanya didengar (audibel), televisi jelas mempunyai pengaruh yang lebih kuat dalam kapasitasnya tersebut, karena selain siaran dapat didengar (audibel) juga dapat dilihat (visibel). Siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung, simultan, intim dan nyata (Mulyana, 1997:169).

Perkembangan televisi di Indonesia didahului oleh kuatnya posisi tayangan televisi sebagai media hiburan. Sebagai sarana hiburan, televisi menjadi sebuah bentuk kebudayaan tersendiri yang menghipnotis 100 juta lebih penonton Indonesia yang setia menyerap berbagai macam informasi dan hiburan. Setiap hari, rata-rata setiap keluarga Indonesia di era abad 21 ini menghabiskan 5-7 jam berada di depan televisi.

Berdasarkan survei AC Nielsen, jam-jam prime time (20.00-23.00) menjadi acara ‘nonton bareng’ seluruh anggota keluarga. Berbagai jenis program televisi seperti olahraga, berita, musik, variety show, kuis dan bentuk


(12)

entertainment lainnya dihadirkan untuk memenuhi keinginan pemirsa (Set, 2008:111-112).

Pada dasarnya fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi, pada kenyataannya fungsi menghiburlah yang lebih dominan pada media televisi dan selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004:128).

Sejak didirikannya stasiun televisi pertama di indonesia, yaitu TVRI pada tahun 1962 sebagai salah satu stasiun televisi milik pemerintah, TVRI menjadi salah satu sarana komunikasi massa milik pemerintah yang terbaik pada saat itu. Kehadiran TVRI diatur dalam Kepres pasal 4 No. 215 tahun 1963 yang bertujuan sebagai alat hubungan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan mental/spritual, fisik, bangsa dan negara, khususnya pembangunan manusia sosial Indonesia (Fahmi, 1997:49).

Pada tahun 1989, berdirilah stasiun swasta pertama di Indonesia, yaitu RCTI dan resmi dibuka untuk masyarakat mulai tanggal 21 Maret 1992 di Bandung stasiun televisi free-to-air di Indonesia meski saat pertama kali mengudara siarannya hanya dapat disaksikan melalui antena parabola.

Sejak berlakunya Undang-Undang no 32 tentang Penyiaran, izin penyelenggaraan siaran televisi yang dikeluarkan hanyalah untuk stasiun lokal. Stasiun televisi yang ingin melakukan siaran regional atau nasional harus melakukan siaran jaringan antar beberapa stasiun televisi lokal (http://id.wikipedia.org/wiki/RCTI).


(13)

Sebagai media pendidikan, televisi menyampaikan pesan-pesan edukatif baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik yang dikemas dalam bentuk program televisi. Dengan kata lain, televisi dapat mengubah pola hidup masyarakat, dengan kecenderungan mengedepankan unsur hiburan dan komersialisme sebagai bagian dari gaya hidup. Gaya hidup berubah akibat berbagai macam informasi yang diasupkan lewat telinga dan mata pemirsa lewat kemasan berbagai tayangan menarik (Set, 2008:30-31).

Menurut Effendy (2002), yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sarananya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. Televisi saat ini sudah merupakan kebutuhan hidup bagi sebagian keluarga di dunia ini. Kekuatan dan kelemahan televisi, menurut Renald Kasali (1992) adalah:

Kekuatan televisi:

1. Efisiensi biaya, kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.

2. Dampak yang kuat, televisi media audio visual.

3. Pengaruh yang kuat, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.

Kelemahan televisi:

1. Biaya yang besar, biaya absolut yang sangat ektrem untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial.

2. Khalayak yang tidak efektif, televisi adalah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak tajam.

3. Kesulitan teknis, jam tayang dalam siaran televisi tidak dapat diubah.

Terlepas dari kelemahan yang dimiliki televisi, kini televisi justru menjadi media informasi yang terus berkembang cepat. Semakin lama televisi semakin terasa sebagai bagian dari kehidupan keluarga. Ada 2 alternatif bagi televisi dalam


(14)

menayangkan suatu program acara yaitu tayangan yang memang ditujukan untuk perubahan sikap pemirsa dan tayangan acara yang hanya hanya selintas memberikan hiburan tanpa bertujuan mengubah sikap pemirsa (Kuswandi, 1996:103). Hal ini sesuai fungsi televisi sebagai alat menghibur

(fungsi entertainment) yaitu melalui isinya seseorang dapat terhibur,

menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya dan mengisi waktu luangnya (Munthe, 1996).

Saat ini reality show merupakan perangkat yang mendominasi dunia hiburan televisi. Hampir tidak dapat ditemui sebuah stasiun televisi yang tidak memiliki sebuah acara reality show. Keunggulan acara reality show ini karena unsur kedekatan dengan masyarakat, baik karena tokohnya berasal dari kalangan biasa maupun karena adanya keterlibatan masyarakat dalam aktivitas acara tersebut. Sehingga dengan adanya unsur tersebut, terjadi keterikatan emosi antara masyarakat dan program acara, ditambah lagi sifat persuasif dari media massa televisi yang mampu mempengaruhi dan mengubah sikap masyarakat (Widyaningrum dan Christiatuti, 2004).

Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan

yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran aktor/aktris. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan dan melalui penyuntingan teknik-teknik pascaproduksi lainnya (www.wikipedia.co.id/reality _show_acara).


(15)

Tayangan reality show pertama kali diproduksi oleh stasiun televisi Amerika Serikat yang kemudian diadaptasi dalam berbagai tema oleh berbagai stasiun-stasiun televisi dari berbagai negara. Acara rekayasa atau reality show ini biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan mengangkat status seseorang. Reality show yang ditampilkan sekarang ini sudah menurun kualitasnya.

Reality show yang banyak ditampilkan di televisi sekarang adalah

cerita-cerita yang bertema kehidupan mulai dari cerita percintaan remaja, tentang agama, alam gaib, hadiah jutaan rupiah, sampai pada kisah-kisah kehidupan orang miskin yang dianggap lebih menarik dan menggugah rasa kemanusiaan. Khusus

reality show yang mengangkat kisah-kisah kehidupan orang miskin, peneliti

tertarik untuk meneliti salah satu tayangan reality show ‘Minta Tolong’.

‘Minta Tolong’ merupakan pelopor tayangan reality show lokal yang ditayangkan di stasiun televisi swasta RCTI pada awal bulan januari 2009 hingga sekarang yang tayang setiap hari senin hingga rabu pukul 16.30. Dalam pandangan masyarakat secara umum, tayangan ‘Minta Tolong’ sangat bagus untuk ditayangkan karena kita dapat melihat dan bahkan menilai bagaimana masyarakat kita masih banyak yang tidak atau belum mempunyai hati nurani sehingga tayangan ini berhasil menarik rating dan share pemirsa di RCTI sebanyak 4,57% dengan menempati peringkat 7 berdasarkan poling reality show (www.indorating.com).

Terlepas dari rating yang diraih oleh reality show tersebut, peneliti melihat bahwa tayangan ini memanfaatkan orang-orang yang kurang beruntung, yaitu


(16)

masyarakat kalangan bawah untuk menjadi pesertanya. Adanya unsur eksploitasi berupa munculnya momen dramatik objek permainan. Momen dramatik ini akan menjadi ‘tontonan’ yang mengasyikkan (exciting), karena akan memunculkan emosi-emosi spontan, tidak terkendali, di luar dugaan, yang bisa merangsang syaraf keharuan, syaraf tawa bagi masyarakat pemirsanya.

Meski mengaku sebagai charity show, konsep program ini mengeksploitasi penderitaan atau kemiskinan manusia, dengan menjadikan kedua hal tersebut sebagai tontonan. Beberapa program tayangan seperti ‘Uang Kaget’ sangat jelas watak eksploitatifnya. Lepas dari uang yang didapatkan dari objek, si objek harus menuruti perintah pemberi uang terlebih dahulu dan yang terjadi kemudian adalah titik ledak dari momen dramatik dan hal tersebut adalah tontonan yang dijual. Hal yang sama juga terjadi pada program sejenisnya.

Reality show ini menggarap masyarakat sebagai obyek program. Mereka

menjadi komoditi yang dieksploitasi oleh kapitalis hanya untuk meraih keuntungan finansial bagi mereka saja. Sistem yang saling menguntungkan antara produser dengan klien dapat dikatakan sebuah kamuflase saja, karena pada kenyataannya hanya produser program ini saja yang diuntungkan. Keuntungan yang diraih dapat dilihat dari peningkatan rating dan share. Rating adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi.

Share adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang

menonton televisi saat itu.

Peningkatan rating dan share meningkatkan pemasang iklan dalam tayanagan televisi tersebut, sehingga pendapatan stasiun televisi semakin


(17)

bertambah. Sebuah riset kuantitatif yang dilakukan di tahun 2005 oleh Halida mencatat bahwa contoh spot iklan sebuah acara reality show diantri oleh para pengiklan, tiap spot (30 detik) dihargai Rp 18 juta. Pada sebuah acara kontes bakat yang berdurasi tiga jam, sepertiga diisi dengan iklan dengan pendapatan sebesar Rp 3,24 milliar. Belum lagi keuntungan yang diperoleh dari sms premium (Rp2000/sms) yang diperkirakan rata-rata mencapai Rp 10 milliar untuk setiap episode. Dari hasil riset ini dapat dipahami bahwa tujuan utama dari pembuatan program reality show ini untuk meraih untung sebesar-besarnya bagi kapitalis itu sendiri (http://majalah.tempointeraktif.com).

Hal yang patut dipertanyakan adalah apakah pantas dengan bertopengkan memberi bantuan sosial, para pebisnis hiburan memanfaatkan kaum kecil seperti yang terjadi pada tayangan reality show khususnya ‘Minta Tolong’. Para pebisnis hiburan mengeksploitasi kejujuran dan keluguan mereka demi meraih keuntungan. Sementara mereka sendiri tidak paham bahwa mereka hanya menjadi objek, yang mereka tahu mereka mendapat rezeki yang tidak terduga. Mereka juga sadar bahwa rezeki yang mereka terima itu, sebenarnya tidak ada apa – apanya dibandingkan biaya proses produksi dan biaya penayangan di stasiun televisi. Dengan mengetahui opini mahasiswa terhadap tayangan ‘Minta Tolong’, peneliti dapat melihat apakah mahasiswa yang menyaksikan acara tersebut sadar bahwa telah terjadi eksploitasi.

Mahasiswa, merupakan salah satu penonton yang biasanya memiliki pandangan kritis mengenai suatu tayangan. Selain itu terkadang seorang mahasiswa biasanya cukup selektif dalam memilih acara yang ditontonnya sesuai


(18)

dengan kebutuhan mereka. Penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih sampel yang mewakili populasi penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pembentukan opini mahasiswa FISIP USU mengenai eksploitasi masyarakat kecil melalui tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana opini mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan reality show Minta Tolong’ di RCTI?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini terbatas pada tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI, karena sampai saat ini stasiun RCTI masih aktif menayangkan reality show “Minta Tolong”


(19)

3. Objek penelitian adalah seluruh mahasiwa FISIP USU angkatan 2010-2011

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui opini mahasiswa FISIP USU mengenai program reality show yang “Minta Tolong” di RCTI.

2. Untuk mengetahui opini mahasiswa FISIP USU mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI. b. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap khasanah keilmuan pada Jurusan llmu komunikasi, khususnya mengenai komunikasi massa media televisi dan pembentukan persepsi. Juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi yang ingin meneliti komunikasi massa media televisi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

serta wawasan bagi penelitian Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi massa media televisi tentang tayangan reality show.

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun


(20)

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,2001:39-40).

Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002:6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain:

I.5.1. Komunikasi Massa

Joseph A Devito dalam bukunya "Communicology: An Introductian to The

Study of Communication,” mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut:

pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada rnassa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. lni tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Komunikasi massa merniliki ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat komponennya, yaitu sebagai berikut:


(21)

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen (Effendy, 1990).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa itu merupakan penyampaian informasi atau pesan-pesan melalui sebuah media massa yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan apabila pesan-pesan sugesti itu cukup kuat,maka akan memberikan dasar efektif untuk menilai dalam sesuatu hal sehingga terbentuklah sikap.

Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan

encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita,

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Yoseph R. Dominick, dalam bukunya The Dinamics of Mass

Communication yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai

berikut:

1. Surveillance (Pengawasan) Pengawasan terdiri dari:

a. Pengawasan Peringatan, yaitu fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan sesuatu yang berupa ancaman.

b. Pengawasan Instrumental, yaitu penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.


(22)

2. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

3. Linkage (Hubungan)

Media massa dapat menyatukan masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama.

Yoseph R. Dominick tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut:

1. Surveillance, menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran

informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik dari luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.

2. Correlation, meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut

lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.

3. Transmission, menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi,

nilai-nilai, dan norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment, menunjukkan pada kegiatan komunikatif yang

dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.

Fungsi terakhir inilah yang dijalankan oleh tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI, Maksudnya agar permirsa tidak jenuh dengan berbagai isi pesan oleh media televisi, tayangan ini memberikan unsur baru yang perhatian khalayak penonton (Effendy, 2003:29-30)


(23)

Komunikasi massa media televisi merupakan proses komuniksi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi (Kuswandi, 1996:16). Televisi tumbuh dan berkembang menjadi salah satu bentuk media massa audio – visual. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap televisi cukup tinggi, disebabkan oleh kekuatan suara dan gambar yang bergerak (ekspresif ) (Kuswandi, 1996).

Namun dibalik kelebihannya, televisi juga memiliki kelemahan. Drs Willy Karamoy menyebutkan kelemahan televisi, yaitu :

1. Televisi merupakan medium transitory, begitu terlihat pula begitu pula ia menghilang, terbatas oleh waktu dan tak dapat diulangi (kecuali dengan menggunakan alat yang khusus ).

2. Untuk perlengkapan dalam penyiarannya memerlukan biaya yang besar, serta pesawat penerimanya masih merupakan barang yang mahal/mewah di negara-negara sedang berkembang (Wahyudi, 1986).

Media televisi sebagai sarana realitas sosial menjadi penting artinya bagi manusia untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Televisi mudah menyebabkan penonton menjadi kosmopolit. Adanya budaya media, pada umumnya menjelaskan interdependensi manusia kepada media massa untuk memperoleh informasi dan hiburan ( Kuswandi, 1996).

Televisi memiliki pengaruh yang sangat tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pendapat, persepsi, dan perasaan para penonton, adalah wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu,


(24)

terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah-olah terhanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televisi. Dari pendapat tersebut, kita mengetahui bahwa pengaruh yang besar dari televisi merupakan suatu yang istimewa yang dimiliki oleh televisi jika dibandingkan dengan media massa lain (Effendy, 1992).

Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat.

Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambar on-air pada program TV mengalami gangguan frekuensi seperti suaranya bergema atau gambarnya rusak. Namun, semuanya bisa diantisipasi, kuncinya ada pada penentuan format acara televisi. Format acara televisi merupakan sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menajdi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Jadi harus dilakukan eksploitasi kreativitas dalam format acara televisi yang terancang dan terencana (Naratama, 2004).

I.5.3.Opini Publik

William Albig mengemukakan bahwa pendapat atau opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan


(25)

yang berlainan mengenai masalah tersebut (Sunarjo, 1984). Opini adalah suatu respon yang aktif terhadap suatu stimulus, suatu respon yang dikonstruksikan melalui interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang image.

Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata–kata. Suatu sikap dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecendrungan untuk bertindak (to act) atau membalas tindakan (to react). Opini menyangkut pandangan pribadi seseorang dalam menghadapi suatu isu yang terjadi di sekitarnya. Opini sebagai opini pribadi memiliki karakteristik tertentu, yaitu: a. Mempunyai pesan (content), artinya opini itu berhubungan dengan sesuatu. b. Arah (percaya tidak percaya)

c. Memiliki intensitas kuat moderat, lemah (Nasution, 1990).

Selama opini itu merupakan opini seseorang (individual opinion) tidak akan menimbulkan permasalahan. Demikian juga bila opini itu merupakan opini pribadi (private opinion). Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik (public opinion) yang menyangkut orang banyak.

Istilah opini publik berasal dari bahasa inggris yakni public opinion, yang dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan istilah pendapat umum. Bila kita ingin mengartikan istilah opini publik secara umum dan luas, dapat kita sebut sebagai pendapat atau opini dari sebagian besar anggota dari suatu masyarakat. Jadi ia bukan merupakan kebulatan pendapat yang mutlak, karena ada anggota-anggota dari publik itu yang mempunyai opini atau pendapat yang lain mengenai suatu masalah.


(26)

Timbulnya opini publik pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia atau mereka menerima suatu pesan dari komunikator. Mula-mula pesan yang diterimanya merupakan sikap saja, tetapi kemudian mereka mengekspresikan kepada orang lain. Maka terjadilah proses komunikasi yang di antara mereka ada yang pro dan ada yang kontra terhadap pesan tersebut.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Opini adalah pendapat, pikiran, pendirian”. Sedangkan menurut Rousydiy (1992) “opini merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issue ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun terucapkan”.

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif, dan verbal serta terbuka melalui kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, juga melalui kata-kata pilihan yang tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai konotatif. Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P. Abelson dalam Ruslan (1999) bukanlah hal yang mudah, karena mempunyai hubungan yang erat dengan :

a. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

b. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude) c. Persepsi (perception)

Kepercayaan adalah merupakan komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat menghasilkan pemaknaan. Kepercayaan sebagai komponen kognitif, timbul dari apa yang dilihat atau diketahui mengenai sesuatu objek. Berdasarkan itu terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum objek itu. Apa yang dipercayai terhadap suatu objek akan menentukan reaksi emosional.


(27)

Penilaian adalah suatu pemaknaan individu terhadap sesuatu. Panuju (2001) menyebutkan dalam perspektif psikologis diyakini bahwa tidak ada individu yang sama identik dengan individu lain. Perbedaan-perbedaan atas individu bisa meliputi preferensi nilai, hobi, kepentingan, pengalaman, selera, kerangka berpikir da sebagainya. Oleh sebab itu setiap individu berbeda dalam bentuk dan cara responnya terhadap stimulus yang menghampirinya. Perbedaan penilaian ini menyebabkan pemaknaan yang berbeda sehingga menghasilkan penyandian yang berbeda.

Sikap adalah pernyataan yang dapat bersifat secara terbuka atau secara tertutup baik dengan ucapan maupun secara tertulis. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Rousydiy (1992) bahwa sikap (attitude) adalah reaksi seseorang yang mungkin sekali terbuka/terlihat, tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan/ diperlihatkan. Karena itu sikap dinyatakan sebagai reaksi tertutup (covert). Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya, akan tetapi belum tentu apa yang dinyatakan seseorang akan menentukan sikapnya yang sebenarnya.

Sikap dalam hal ini adalah dinyatakan dalam tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa FISIP USU. Bagimana sikap itu muncul tentu tidak lepas dari komunikasi yang ada.

Effendi (1990) menyebutkan: “Komunikasi adalah suatu penyampaian pesan yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu”.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat


(28)

reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya (Walgito, 1990 : 35).

Selanjutnya persepsi merupakan suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai faktor, yakni :

- Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang atau masyarakat.

- Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas pendapat atau pandangannya.

- Nilai-nilai yang dianut atau nilai-nilai etika (agama, moral, hak, susila) yang berlaku di masyarakat

- Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat. (Ruslan, 1999 : 52)

I.5.4. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah (Effendi, 2003:254-255):


(29)

1. Pesan (Stimulus, S), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI.

2. Komunikan (Organism, O), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

3. Efek (Response, R), berupa opini dari Mahasiswa USU sebagai respon yang ditujukan terhadap perangsang yang bersifat konservatif.

Gambar I Skema S-O-R

Sumber: Skinner dalam Notoatmodjo (2005)

Berdasarkan skema di atas memberi gambaran bahwa proses perubahan sikap karena adanya stimulus (gerakan) dari tiga faktor yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Dengan perkataan lain perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi dalam diri individu. Stimulus yang diterima komunikan melalui komunikasi tergantung bagaimana perhatian, pengertian dan penerimaan komunkan terhadap pesan yang disampaikan sehingga diharapkan dapat merubah sikap komunikan.

Selanjutnya Effendi (1986) menyebutkan: “sebuah pesan yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan, telah berhasil membuat

Stimulus Organism

• Perhatian

• Pengertian

• Penerima


(30)

komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan baginya. Apabila pesan tadi selain membuat komunikan mengerti, tetapi juga tersentuh lubuk hatinya, sehingga menimbulkan perasaan tertentu padanya, misalnya merasa iba, marah, takut, khawatir, sedih, benci, iri, penasaran, gembira, bahagia, dan sebagainya, maka efek itu adalah efek afektif. Yang lebih tinggi lagi kadarnya dari kedua jenis efek tersebut adalah efek behavioral, karena pesan komunikasi tadi tidak saja berhasil membuat komunikan mengerti disertai perasaan tertentu, tetapi juga membuat ia melakukan suatu kegiatan atau tindakan”.

I.5.5. Reality Show

Program Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. ‘Minta Tolong’ termasuk dalam Formulated docusoap, yaitu suatu penyajian acara reality show yang menggabungkan rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita yang berdurasi 30 menit tiap episode.

Features realitastelevisi itu sendiri :

1. Real-life-participants : mengambil pemain bukan aktor.

2. Unscripted performance :tanpa naskah, produsen sengaja membuat situasi.

3. Voice-over narration : terdapat narasi yang dibacakan.

4. Observation/surveillance : pengamatan dengan hidden camera.

5. Voyeurism : emosi yang ditampilkan adalah nyata.


(31)

I.5.6. Eksploitasi dalam Tayangan ‘Minta Tolong’ I.5.6.1. Pengertian Eksploitasi

Eksploitasi (bahasa Inggris: exploitation) adalah politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan (http://id.wikipedia.org).

Dalam tayangan Minta Tolong, eksploitasi yang terjadi adalah:

• Eksploitasi terhadap orang miskin yang tidak punya pilihan dan mudah dikelabuhi media untuk bekerja di dalamnya

• Membuat pandangan orang miskin yang malas

• Tidak meningkatkan derajat, tetapi minimal meningkatkan sedikit

kesejahteraan meskipun diperoleh dengan susah payah (eprints.undip.ac.id).

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dan merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi 2001:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995:33).


(32)

Opini Mahasiswa FISIP USU

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjad i variabe l.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Opini mahasiswa FISIP USU.

2. Tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI.

3. Karakteristik Responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain.

I.7. Model Teoritis

Dalam penulisan riset – riset ilmu sosial, pada umumnya kerangka konsep yang telah dibuat digambarkan dengan menggunakan bagan/skema untuk memudahkan kelanjutan penelitian yang disebut dengan istilah model teoritis. Adapun model teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Terikat (Y)

I.8. Variabel Operasional

Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur. Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka

Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show


(33)

dibuat operasional variabel untuk melakukan kemudahan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Tayangan reality show “Minta

Tolong”di RCTI

Opini Mahasiswa

Tayangan reality show “Minta Tolong”di RCTI

• Waktu Penayangan

• Frekuensi Penayangan

Setting

• Narator

Eksploitasi Pada Masyarakat Kecil

• Materi Acara

• Peserta/Pelaku

• Pesan Sosial

Opini Mahasiswa

BeliefAttitude

Perception

Karakteristik Responden a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Angkatan d. Fakultas

e. Frekuensi Menonton reality show ‘Minta Tolong’

I.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :

I. Tayangan Reality show “Minta Tolong” di RCTI 1. Waku penayangan yaitu jam 16.30 – 17.00.


(34)

2. Frekuensi penayangan yaitu bagaimana pendapat mahasiswa tingkat keseringan penayangan acara Reality show tiga kali dalam seminggu. 3. Setting yaitu tempat dimana adegan-adegan pemeran reality show

‘Minta Tolong’ berlangsung.

4. Narator yaitu orang yang memandu acara Reality show, yang dinilai adalah apakah pembawa acara benar – benar menguasai seluruh materi acara, apakah penyampaiannya sudah jelas.

Eksploitasi Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’

1. Materi acara adalah Tema acara yang dihadirkan

dalam tayangan reality show ‘Minta Tolong’

2. Peserta/pelaku yaitu:

-Masyarakat kecil yang membutuhkan pertolongan

-Masyarakat kecil yang diharapkan memberikan pertolongan

3. Pesan sosial yang disampaikan, yaitu misi atau

pesan yang disampaikan secara tidak langsung melalui media terhadap masyarakat.

II. Opini mahasiwa USU terdiri dari :

1. Belief, yaitu kepercayaan mengenai sesuatu dan merupakan komponen

kognitif berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki oleh mahasiswa FISIP USU 2010-2011.

2. Attitude, yaitu apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya


(35)

atau terbuka baik dengan ucapan maupun secara tertulis terhadapa tayangan reality show ‘Minta Tolong’.

3. Perception, yaitu persepsi mahasiswa FISIP USU angkatan 2010-2011

dalam memberikan makna terhadap tayangan reality show “Minta Tolong”.

III. Karakteristik Responden terdiri dari : a) Usia : tingkatan umur responden

b) Jenis Kelamin : laki – laki dan Perempuan.

c) Angkatan : yaitu tahun dimana responden dinyatakan diterima sah sebagai mahasiswa USU, Seluruh responden terdiri dari angkatan 2010 dan 2011. d) Departemen : Seluruh departemen yang terdapat di FISIP Universitas


(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesaan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari perkembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang mengguankan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui


(37)

media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film dikenal sebagai media komunikasi massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988), komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,anonim, dan heterogen.

Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang – orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum

Pesan – pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen

Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan– pesannya. Serempak disini artinya khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.


(38)

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkn sistem tertentu dan disesuaikan dengan karaketristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indera “Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi, perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai khalayak sebanyak mungkin menjadi anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Saverin, 2007:4).

Fungsi komukasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas:


(39)

1. Fungsi Pengawasan adalah berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Social Learning, yaitu melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan – pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

3. Fungsi penyampaian Informasi, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat. 4. Fungsi Transformasi Budaya, komunikasi massa menjadi proses transformasi

budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan komunikasi massa juga digunakan sebagai media hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi oleh Lavidge dan Steiner, terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita


(40)

tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16).

II.2. Televisi Sebagai Komunikasi Media Massa

Secara etimologis, televisi berasal dari 2 kata yang berbeda, yakni tele (bahasaYunani) yang berarti jauh, dan visi (vidire-Bahasa Latin) yang artinya penglihatan. Dalam bahasa inggris, televisi disebut televition yang artinya melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat melalui seperangkat penerima (Televisi set).

Secara operasional pengertian televisi menurut Wahyudi adalah sistem pengambilan, penyampaian dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Cara penyampaian gambar menggunakan gelombang elektromagnetik yang disiarkan stasiun pemancar televisi.

Televisi menciptakan suasana tertentu pada pemirsanya agar dapat melihat sambil duduk tanpa kesenjangan untuk menyaksikan siaran televisi. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antar komunikator terhadap komunikan.

II.2.1. Kelebihan dan Kelemahan televisi

Dengan sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat efektif. Selain itu, televisi juga memiliki berbagai kelebihan yaitu:

a. Kemampuannya dalam menjangkau wilayah secara luas.

b. Karena pesan televisi bersifat umum, maka pemirsanya beragam. c. Pesan dapat disampaikan dengan cepat.


(41)

II.2.2. Kelemahan Televisi

Kelemahan televisi ada 2, yaitu:

a. Khalayak tidak dapat memberikan feedback secara langsung.

b. Khalayaknya tidak selektif, karena televisi cenderung menjangkau pemirsanya secara massal.

II.2.3. Tiga (3) Dampak yang Ditimbulkan Dari Acara Televisi Terhadap Pemirsanya

Adapun dampak yang ditimbulkan dari acara televisi yaitu:

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Misalnya: model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian ditiru secara fisik.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsanya sehari-hari.

II.2.4. Karakter Televisi

Beberapa karakter yang dimiliki televisi, yaitu: 1. Audiovisual

Karena sifatnya yang audiovisual, maka acara siaran televisi harus dilengkapi dengan gambar, sehingga apabila pemirsa ingin melihat siaran berita


(42)

dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita tersebut.

2.Berfikir dalam gambar

Ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi pengarah acara harus berusaha menujukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas an menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan sebagainya (Effendy, 1993:96).

Misalnya ada seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung maka visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya menopang dagu. Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontiniutasnya mengandung makna tertentu. Misalnya: tentang metamorphosa kupu-kupu, dari mulai telur berubah menjadi ulat, berubah menjadi ulat, berubah menjadi kepompong, hingga menjadi kupu-kupu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar yang diambil dari jarak dekat.

3.Pengoperasian lebih kompleks

Pengoperasian sebuah televisi lebih kompleks dibandingkan dengan radion dan lebih melibatkan banyak orang dalam menayangkan suatu siaran.


(43)

II.2.5. Format Acara Televisi / Genre

Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat.

Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambar on-air nya mengalami gangguan frekuensi seperti suaranya bergema atau gambarnya rusak. Namun, semuanya bisa diantisipasi, kuncinya ada pada penentuan format acara televisi. Format acara televisi merupakan sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Jadi harus dilakukan eksploitasi kreativitas dalam format acara televisi yang dirancang dan terencana.

Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu:

1.Fiksi (drama), yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinatif kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan diulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contohnya, Drama Percintaan (Love Story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (Action) dan sebagainya.


(44)

2.Nonfiksi (nondrama), yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinatif kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulanng dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format acara nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan musik. Contohnya: Talkshow, Konser musik, Reality Show, dan sebagainya.

3.Berita dan olahraga, yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contohnya, Berita Ekonomi, Liputan Siang dan Laporan Olahraga (Naratama, 2004:62-66).

II.2.6. Program Acara Reality Show

Reality show adalah program televisi termuda yang banyak digemari dan popular saat ini, tidak hanya di negara asalnya Amerika, namun juga di Indonesia. Bukti kepopuleran program reality show di Indonesia adalah meroketnya rating

dan polling sms yang datang dari segala lapisan usia dalam membela idola

mereka. Belum lagi program acara ini menjadi produk wajib bagi semua stasiun televisi di Indonesia. Semua berlomba-lomba untuk menayangkan program reality show sebagai produk stasiun tersebut. Rating tinggi dan gila-gilaan yang merupakan indikasi kelarisan, kemudian memicu diproduksinya judul-judul


(45)

tertentu sampai banyak episode. Berdasarkan data AC Nielsen di akhir tahun 2008, Termehek-Mehek merupakan program acara paling populer dengan raihan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Ini adalah yang tertinggi dari semua acara reality show yang ada di stasiun televisi lainnya. Kemudian disusul dengan munculnya ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta yaitu Indonesian Idol dari season 1-7 dimana season ke-7 ini tidak lama lagi akan segera tayang. Disini tampak jelasnya adanya fenomena populernya reality show dikalangan masyarakat yang menonton televisi.

Kegemaran dan akhirnya keputusan untuk memilih menonton reality show dipengaruhi oleh archetype, karena archetype merupakan struktur dalam diri individu yang menjadi motivasi dasar, dan yang menjadi acuan kebutuhan dasar seorang individu. Disini seseorang akan berusaha menemukan pemenuhan keinginan dasarnya sehingga adanya kepuasan dalam hidup, dimana keinginan dasarnya dipengaruhi oleh archetype apa yang dominan pada diri individu. Sehingga saat individu gemar menonton reality show atau paling tidak memutuskan untuk menonton reality show, apakah hal ini benar dipengaruhi oleh archetype yang dominan dalam dirinya, ataukah archetype tidak mempengaruhi kegemaran menonton reality show(http://lib.atmajaya.ac.id).

II.3. Teori S-O-R

Pengertian dan Proses S-O-R

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Response (S-R), akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organism dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R).


(46)

Teori S-O-R merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengaharpak kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Adapun elemen-elemen utama dari model teori S-O-R ini adalah: Stimulus adalah rangsangan atau dorongan yang berupa pesan, Organism adalah manusia atau seorang penerima, response adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut:


(47)

Stimulus

Organism: -perhatian -pengertian -penerimaan Gambar 2

Model S-O-R

Sumber: Skinner dalam Notoatmodjo (2005)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan) dikarenakan penelitian tentang pembentukan opini melalui tayangan reality show dibatasi hanya pada opini publik saja. Adapun tahap-tahap yang sesuai dari respon tersebut adalah:

1.Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan-ingatan terhadap suatu pesan, kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut.

Response: Perubahan sikap.


(48)

2.Tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba melakukannya (Rakhmat, 2004:209).

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model dari teori S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi tersebut akan berlangsug jika adanya suatu perhatian dari komunikan. Adapun proses berikutnya dapat terlihat bahwa komunikan mengerti dan menerima.

II.4. Opini dan Opini Publik

Public Opinion dalam bahasa indonesia sering diterjemahkan dengan

“pendapat umum”, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum”. Sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat”. Dalam ilmu komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat”. Sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan”. Istilah masyarakat sudah digunakan untuk mengalih bahasakan “society”. Pengertian aslinya dalam bahasa inggris baik untuk pengertian “public” pada

public opinion maupun pada public relations, mempunyai arti yang sama,

sedangkan dalam bahasa indonesia pengertian umum dan masyarakat mempunyai pengertian yang berbeda.

Dengan demikian akan cukup membingungkan bila public opinion kita terjemahkan dengan pendapat umum. Di lain pihak public relations juga kita alih bahasakan dengan hubungan masyarakat, apalagi bila diingat bahwa apa yang dimaksud dengan istilah “umum” dalam bahasa indonesia masih kurang jelas.


(49)

Terutama sekali kalau diingat bahwa public relations ada kata (s) dibelakangnya yang dalam bahasa inggris mempunyai arti jamak, sehingga yang lebih tepat adalah hubungan-hubungan. Namun demikian terjemahan tersebut dari public

opinion menjadi pendapat umum dan public relations dengan hubungan

masyarakat rupanya telah diterima secara luas.

Adapun cara mengetahui adanya opini publik, dapat diketahui pada tahun 1963, indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian Barat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia, oleh karena itu bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama.

Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik. Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pertanyaan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media massa terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya


(50)

merupakan suatu sintesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang digerakkan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung yang besar.

II.5. Pengertian Opini Publik

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cultip dan Center opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat konroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41).

Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesediaannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).

Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication

and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini Publik) mengemukakan

bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro, 1990:55).


(51)

Menurut Emory S.Bagardus, bahwa publik adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunaryo, 1984:20).

Televisi memiliki pengaruh yang sangat tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad (dalam Effendy, 1992:122), bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, adalah wajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa sikap yang diungkap dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan dan waktu yang disediakan untuk bertemu, disebut opini (Kasali, 1994:23). Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah-olah terhanyut dalam ketelibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televisi. Demikian pula halnya dengan tayangan reality show ‘Minta Tolong’. Sedikit banyak pasti juga membentuk sebuah opini masyarakat sebagai wujud nyata sikap, pandangan, serta persepsi mereka, khususnya mengenai pengeksploitasian masyarakat kecil yang tampak dalam tayangan tersebut. Dimana melalui sebuah pernyataan opini, masyarakat dapat menyatakan sikapnya yaitu dalam hal ini menganggap ‘Minta Tolong’ melakukan eksploitasi atau tidak, setuju atau tidak terhadap eksploitasi tersebut.


(52)

II.5.1 Proses Pembentukan Opini Publik

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion” (Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu:

1.Mereka dapat setuju terhadap fakta-fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju.

2.Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3.Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain”.

Dasar-dasar rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu ekstraksi pendapat yang menguntungkan. Kemudian, dalam hubungannya dengan penelitian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu: 1.Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat


(53)

2.Persistance, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.

3.Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.

4.Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan

beralasan.

Dari tahapan-tahapan pembentukan pendapat tersebut dapatlah dibayangkan bahwa dalam proses itu telah timbul pro dan kontra atau setuju dan tidak setuju. Semua itu disebabkan oleh kerangka pengetahuan dan pengalaman masing-masing orang yang berada di dalam publik itu berbeda-beda. Disamping itu, sifat orang-orang yang bersangkutan pun berbeda-beda juga, belum lagi kemampuan yang menyangkut pengutaraan pendapat atau isi hatinya.

II.5.2. Kekuatan Opini Publik

Telah dikemukakan bahwa opini publik atau pendapat publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan:

a. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau kelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di dalam masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.


(54)

b. Opini publik sebagai pendukung bagi keberlangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang muda dengan sesamanya.

c. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan juga bisa menghancurkan suatu lembaga.

d. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan. e. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.

II.6. Eksploitasi Di Dalam Media Massa

Potret kemiskinan di negeri ini ternyata tidak hanya sebatas pada elit politik yang menjadikan kemiskinan sebagai sebuah obyek, namun termasuk juga produsen media. Dan dari fakta inilah kemiskinan justru dilirik oleh produsen media massa sebagai seni yang menarik untuk dikaryakan di televisi. Pemilik media mencoba mewujudkan adanya nilai seni dengan citra tinggi dibalik rendahnya selera hidup orang-orang miskin.

Akhirnya satu persatu program berbau kemiskinan dikemas oleh produsen media sedemikian rupa dengan harapan mampu meningkatkan rating. Belakangan lahirlah acara yang berseliweran di televisi saat ini seperti ‘Bedah Rumah’ dan ‘Dibayar Lunas’ yang ditayangkan oleh RCTI, ‘Tukar Nasib’ dan ‘Pemberian Misterius’ yang ditayangkan stasiun SCTV, atau ‘Tangan di Atas’ dan ‘Jika Aku Menjadi’ yang tayang di Trans TV.

Acara-acara tersebut umumnya menampilkan kehidupan orang-orang miskin. Harapannya dapat memancing rasa iba hingga tetesan airmata para penonton televisi. Program acara reality show ‘kemiskinan’ hingga saat ini masih


(55)

menduduki ranking tertinggi untuk dijadikan komoditas segala kepentingan individu atau yang dapat disebut sebagai komodifikasi kemiskinan.

Program acara ‘Minta Tolong’ merupakan program yang dikonsumsi masyarakat luas baik masyarakat kelas sosial menengah ke atas ataupun menengah ke bawah. Bagi masyarakat luas program ini akan menjadikan kemiskinan seperti halnya isu-isu miring dan aib seputar selebritis dalam sejumlah tayangan infotainment.

Kemiskinan yang membuat banyak penonton menangis dan terharu adalah sebuah komoditas bagi para pemilik modal berdasarkan survei, rating dan share

audiencenya tinggi. Jika dilihat manfaatnya memang ada, karena orang-orang

miskin terbantu dengan sejumlah uang dan sebagainya. Walau mereka juga tidak sadar bahwa ada keuntungan yang berlipat-lipat sementara yang mereka peroleh hanya sedikit.

Di sisi lain, masyarakat yang menonton bisa mensyukuri keadaan mereka yang lebih baik daripada subyek acara televisi tersebut. keuntungan lainnya adalah hiburan hiburan yang menarik tidak hanya sinetron tetapi ada alternatif lain. Namun disisi lain acara ‘Minta Tolong’ juga akan menimbulkan harapan-harapan masyarakat sosial kelas menengah ke bawah untuk bisa mendapatkan rezeki serupa. Sehingga setiap ada kamera televisi, mereka berharap bahwa itu adalah salah satu reality show yang akan menjadikan mereka sebagai subyeknya.

Bentuk pengemasan tayangan ‘kemiskinan’ tidak bisa lepas dari proses komodifikasi. Dalam hal ini, salah satu program media berupa tayangan ‘kemiskinan’ digunakan untuk menarik khalayak. Realitas ini telah mewarnai


(56)

kondisi media televisi di Indonesia. Sehingga meski secara kuantitas khlayak Indonesia sedang dibanjiri berbagai program tayangan informasi dan hiburan lewat media televisi, hal tersebut sudah disesuaikan dengan berbagai kepentingan pihak-pihak di balik layar media.

Dari adanya dominasi ini secara tidak langsung akan menciptakan suatu asumsi bahwa ‘kemiskinan bukan ancaman tetapi peluang’ bagi media massa untuk dijadikan tema yang menarik.

Acara reality show yang bertema ‘kemiskinan’ memang acara reality show yang menjadi tontonan menarik dibandingkan dengan reality show bergenre lainnya. Ketertarikan pemirsa akan reality show yang bergenre demikian karena menganggap berhubungan dengan kehidupan pribadi seseorang dan biasanya kasus yang dibahas dalam reality show tersebut cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari para pemirsa setianya.

Dari penyajian acara tayangan sendiri, akan sering terlihat reaksi kesenangan, kesedihan ataupun keharuan yang tidak disangka-sangka oleh penonton yang menonton seperti kebahagiaan yang meluap-luap hingga pingsan, rasa terima kasih yang berlebihan yang ditunjukkan dengan menangis tersedu-sedu dan sampai bersujud, serta ekspresi kesedihan yang berlebihan akan semakin memancing simpati dan emosi-emosi tertentu penonton seperti emosi iba, marah, kaget dan kagum. Bentuk-bentuk emosi inilah yang menjadi komodifikasi dalam eksploitasi kemiskinan (http://www.scribd.com).


(57)

II.7. Masyarakat Kecil/Masyarakat Miskin

Masyarakat kecil/miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset (P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

II.7.1. Klasifikasi Masyarakat Miskin

Penggolongan kemiskinan didasarkan pada suatu standar tertentu yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan criteria ini maka dikenal kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum, sedangkan komunitas yang termasuk dalam kemiskinan relatif adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum tetapi secara relatif mereka masih di bawah rata-rata pendapatan masyarakat yang ada disekitarnya.

Sedangkan diskursus lain mencoba mengetengahkan pembahasan kemiskinan yang dibedakan menjadi natural, kultural dan struktural. Kemiskinan natural sama pengertiannya dengan kemiskinan turun temurun, disebabkan oleh suatu kondisi keterbatasan secara alamiah yang dihadapi suatu komunitas sehingga sulit melakukan perubahan. Kemiskinan kultural adalah suatu kondisi miskin yang dihadapi komunitas, disebabkan oleh faktor budaya. Budaya yang


(58)

hidup, diyakini dan dikembangkan dalam suatu masyarakat menyebabkan proses pelestarian kemiskinan dalam masyarakat itu sendiri.

Kemiskinan struktural merupakan suatu kemiskinan yang melanda suatu komunitas yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang dibangun manusia. Faktor-faktor tersebut muncul karena dibangun dan dikondisikan oleh manusia, sehingga menyebabkan kerugian pada suatu sisi (Sulistyani, 2004 : 29-30).


(1)

Walgito, B. 2002.

Psikologi Sosial Suatu Pengantar

. ANDI:Yogyakarta.

Widyaningrum, A dan Genuk C. 2004.

Reality Show: Tambang uang Baru

Stasiun TV.

9 April 2006. http://www.wartaekonomi.com.

Sumber Non-Buku

:

www.indorating.com

www.wikipedia.co.id/reality_show_acara

http://id.wikipedia.org/wiki/RCTI

http://digib.petra.ac.id

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/12/08/TV/mbm.20081208.TV

12892


(2)

KUESIONER PENELITIAN

OPINI MAHASISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi

Masyarakat Kecil Melalui Tayangan Reality Show “Minta Tolong” di RCTI) Petunjuk Pengisian:

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis,oleh sebab itu mohon Anda memberikan jawaban secara jujur.

2. Mohon Anda membaca dan menjawab semua pertanyaan tanpa ada yang

terlewatkan.

3. Berikan tanda silang (x) untuk jawaban yang Anda anggap paling benar. 4. Kotak kode bernomor disebelah kanan pertanyaan mohon jangan 5. Keterangan dalam pengisian tabel:

diisi.

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

6. Terima kasih atas kerjasamanya.

No. Responden

1. Usia

Karakteristik Responden

1. ≤ 18 3. 22-24 2. 19-21 4. ≥ 25 2. Jenis Kelamin

1. Pria

2.

Wanita

3. Departemen

1. Ilmu Komunikasi

2. Ilmu Administrasi Negara 3. Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Ilmu Politik

5. Ilmu Antropologi 6. Ilmu Sosiologi 7. Adm. Niaga Bisnis

1

2

3


(3)

4.

Tahun Angkatan

1.

2010

2.

2011

Program Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI

No Pernyataan

(SS)

(4)

(S)

(3)

(TS)

(2)

(STS)

(1)

5.

Waktu Tayang Reality

Show ‘Minta Tolong’ pada sore hari (pukul 16.30-17.00)

6.

Frekuensi Penayangan

Reality Show ‘Minta Tolong’ dalam 3x seminggu

7.

Narator menggunakan

gaya bahasa yang disesuaikan dengan suasana yang terjadi di dalam tayangan tersebut

8.

Acara ‘Minta Tolong’ bergenre reality show menayangkan

kehidupan masyarakat kelas bawah

9.

Pemeran acara ‘Minta Tolong’ berasal dari

orang-orang/masyarakat kelas bawah yang membutuhkan pertolongan

10.

Orang yang

diharapkan memberi pertolongan juga berasal dari masyarakat kelas bawah

11.

Tayangan ‘Minta Tolong’

menyampaikan pesan bahwa sesama manusia harus saling tolong menolong 5 6 7 8 9 10 11 12


(4)

12.

Tayangan ‘Minta Tolong’ mengajarkan kita untuk peka terhadap kesusahan orang lain

13.

Tayangan ‘Minta Tolong’,

menyampaikan bahwa kita jangan

mementingkan diri sendiri

Opini Mahasiswa

No. Pernyataan

(SS)

(4)

(S)

(3)

(TS)

(2)

(STS)

(1)

14.

Tayangan ‘Minta

Tolong’ memberikan gambaran bahwa kesusahan selalu dialami oleh masyarakat kecil/masyarakat miskin

15.

Dari tayangan ‘Minta Tolong’, digambarkan bahwa perbuatan menolong orang lain akan mendapat pahala.

16.

Setelah melihat

tayangan tersebut timbul dorongan pada diri anda untuk membantu orang yang kesusahan

17.

Anda bahagia ketika bisa menolong orang lain

18.

Tayangan ‘Minta Tolong’

menggambarkan begitu banyak masyarakat Indonesia yang berada dalam kesulitan 13 15 16 19 14 17 18


(5)

19.

Tayangan ‘Minta Tolong’

menggambarkan bahwa seseorang harus terlebih dahulu

mengiba/memelas agar ditolong

20.

Tayangan ‘Minta Tolong’

menggambarkan media sebagai ‘Tuhan’ yang memberikan pahala (hadiah) bagi orang yang mau menolong

Komentar Tambahan terhadap tayangan ‘Minta Tolong’

...

...

...

...

...

...

“Terimakasih Atas Kerjasama Anda”

20


(6)

BIODATA DIRI

Nama

: SRI NUR UTAMY

DATA PRIBADI

NIM

: 070904018

Tempat/Tgl. Lahir

: Medan, 19 Juli 1989

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Raya Menteng Gg. Benteng No. 34 A Medan

E-Mail

:

Anak ke

: 4 dari 6 bersaudara

Nama Orangtua

Ayah

: Laidin Sofyan Efendi

Ibu

: Dra. Hj. Sri Jati Pohan

Nama Saudara Kandung

Anak I

: Sri Aulia Fitri

Anak II

: Sri Alfi Syahrini

Anak III

: Sri Nur Utama

Anak V

: M. Ihdan Nugraha

Anak VI

: M. Ali Akbar

1.

TK Aisyiyah Pasar Merah Medan

PENDIDIKAN

2.

SD Muhammadiyah No. 17 Pasar Merah Medan

3.

SMP An-Nizam Jl. Perjuangan Bromo

4.

SMA An-Nizam Jl. Perjuangan Bromo


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

0 0 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

3 9 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Opini Mahasiswa Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU )

0 0 21

Opini Mahasiswa Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU )

0 0 1

Opini Mahasiswa Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU )

0 0 12

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7)

0 0 27