Arsitektur Tradisional Yogjakarta Laporan Pengamatan Arsitektur Vernakuler

6

2.2 Arsitektur Tradisional Yogjakarta

Yogyakarta merupakan salah satu tempat paling poluler di Indonesia karena memiliki banyak sekali kebudaya yang menarik. Beragam tempat wisata, makanan khas, dan tempat belanja sungguh menjadi magnet bagi para wisatawan yang hendak berkunjung. Selain beberapa hal di atas, Yogyakarta masih menyimpan salah satu keunikan budaya warisan yaitu rumah adat. Rumah Adat Yogyakarta disebut rumah joglo. Menurut Narpawandawa, 1937-1938. Rumah adat di Jawa ada lima jenis yaitu kampung, panggung pe, tajug, limasan, dan joglo. Namun dalam perjalannanya, jenis rumah ini bekembang menjadi berbagai jenis bangunan rumah tradisionaladat, hanya saja tetap berpakem pada pola dasar lima rumah tersebut. Rumah Adat di Jawa itu penuh filosofi dan makna. Berbagai hal mulai dari ukuran, kerangka, kondisi perawatan rumah, dan ruang-ruang di dalam rumah serta kondisi disekitar rumah yang dikaitkan dengan status pemiliknya itu ditentukan terlebih dahulu. Ada sebuah perhitungan yang disebut petang mulai dari letak, waktu, arah, cetak pintu utama rumah, letang pintu pekarangan, ukuran, kerangka rumah, dan lain-lain agar pemilik rumah memperoleh ketenteraman, kesejahteraan, dan kemakmuran ketika menghuni rumah tersebut. Di dalam kehidupan kepercayaan masyarakat Kejawen, setiap kali membuat rumah baru tidak dilupakan adanya sesajen, yaitu pernak-pernik tertentu yang disajikan untuk badan halus, danghyang desa, kumulan desa dan sebagainya, agar dalam usaha pembangunan rumah baru tersebut mendapatkan keselamatan R. Tanaya, 1984:66-78. Bagian-bagian Joglo  pendapa  pringgitan  dalem  sentong  gandok tengen  gandok kiwo Bagian pendapa merupakan bagian paling depan dari rumah Joglo yang terdapat ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk tempat pertemuan untuk acara besar bagi si pemilik rumah seperti acara pagelaran wayang kulit,tari,gamelan dan yang lain.Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru,soko pengerek,tumpang sari. Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem.Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok.Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu. Bagian Dalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi. 7 Berdasarkan bentuk keseluruhan tampilan dan bentuk kerangka, bangunan joglo dapat dibedakan menjadi 4 bagian :  Muda Nom : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung memanjang dan meninggi melar.  Tua Tuwa : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung pendek tidak memanjang dan atapnya tidak tegakcenderung rebah nadhah.  Laki-laki lanangan : Joglo yang terlihat kokoh karena rangkanya relatif tebal.  Perempuan wadonpadaringan kebak : Joglo yang rangkanya relatif tipispipih. Di bagian tengah pendapa terdapat empat tiang utama yang dinamakan sakaguru. Ukurannya harus lebih tinggi dan lebih besar dari tiang-tiangsaka-saka yang lain. Di kedua ujung tiang-tiang ini terdapat ornamenukiran. Bagian atas sakaguru saling dihubungkan oleh penyambungpenghubung yang dinamakan tumpang dan sunduk. Posisi tumpang di atas sunduk. Dalam bahasa Jawa, kata “sunduk” itu sendiri berarti “penusuk”. Di bagian paling atas tiang sakaguru inilah biasanya terdapat beberapa lapisan balok kayu yang membentuk lingkaran- lingkaran bertingkat yang melebar ke arah luar dan dalam. Pelebaran ke bagian luar ini dinamakan elar. Elar d alam bahasa Jawa berarti ‘sayap’. Sedangkan pelebaran ke bagian dalam disebut ‘tumpang-sari’. Elar ini menopang bidang atap, sementara Tumpang-sari menopang bidang langit langit joglo pamidhangan. Untuk lebih lengkapnya, detail dari rangka joglo adalah sebagai berikut : Detail rangkajoglo sumber : Ismunandar, 2001 telah diolah 8

2.3 Konstruksi Arsitektur Joglo Yogyakarta