Bari No Shakai No Kazoku No Sisutemu = Sistem Masyarakat Keluarga Bali

(1)

BARI NO SHAKAI NO KAZOKU NO

SISUTEMU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

l

e

h

ANNA MARIA N. SIAGIAN

NIM 062203035

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN


(2)

BARI NO SHAKAI NO KAZOKU NO SISUTEMU

KERTAS KARYA Dikerjakan

O l e h

ANNA MARIA N. SIAGIAN NIM : 062203035

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

Drs. Eman Kusdiayana M. Hum Alimansyar S.S

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN

2009

NIP. 131763365 NIP. 132313750

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III


(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Univesitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. NIP 131662152


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi

Bahasa Jepang

Pada

:

Tanggal

:

Hari

:

Program Diploma Sastra Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D

NIP.132098531

Panitia :

No.

Nama

Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan S.S., M. Hum

( ………. )

2. Drs. Eman Kusdiyana M. Hum

( ……….. )


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang memberikan kekayaan hikmat dan kekuatan sehingga kertas karya ini dapat diselesaikan. Penulisan kertas karya ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara untuk mencapai gelar Ahli Madya. Adapun judul kertas karya ini berjudul “Sistem Masyarakat Keluarga Bali”.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam isi dan penyajian kertas karya ini baik dalam pengkajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah. Namun demikian penulis tetap berharap kertas karya ini dapat berguna untuk dijadikan acuan bagi pembaca, khususnya pembelajaran Kesusastraan dan Bahasa Jepang.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak bagi pihak-pihak yag telah mendukung secara moril dan materi untuk penyelesaian kertas karya ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Keua Jurusan Bahasa Jepang D-3 Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D, selaku Dosen Wali

4. Bapak Eman Kusdiyana, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan pikirannya dalam membimbing pengerjaan kertas karya ini.

5. Para staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik selama masa perkuliahan.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda A.Siagian dan Ibunda S.Hutagaol yang senantiasa mendukung dalam doa, semangat dan cinta. Demikian halnya saudara-saudara yang penulis sayangi, kak Nora, kak Dewi, kak Eli, bang Hendra, bang Molken, Betty, Tuaman, Putra.

7. Sahabat-sahabat penulis Inda Ansari, Cory, Wisda, Lilis, Agnes trima kasih buat dukungan dan kebersamaannya selama ini.

8. Rekan-rekan penulis di IMPERATIF yang memberikan inpirasi, semangat dan dukungannya ( kak Hana, kak Manda, Daniel, Sulastri, Sonia, Jesica, Wawi, Orlando, Asni, kak Dian, Tian, Elfira, Linda) trima kasih.

9. Serta kakak-kakak ku yang selalu memberikan dukungan dan doa-doa di dalam pelayanan ( kak Wina, kak Yanti, kak Viyanti, kak Magda, kak Olin, bang Atur) trima kasih, serta pihak-pihak lainnya.

10. Sahabat dan rekan-rekan jurusan Bahasa Jepang terutama para ichi nensei dan ni nensei yang memberikan semangat dan dukungannya.


(7)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang dimiliki dan sangat mengharapkan kritik serta saran untuk keseeempurnaan kertas karya ini.

Medan, Juni 2009 Penulis

ANNA MARIA N. SIAGIAN 062203035


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilhan Judul ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BALI 2.1. Sejarah Bali ... 3

2.2 Letak Geografis ... 4

2.3 Kepercayaan ... 5

2.4 Penduduk Asli ... 6

2.5 Mata Pencaharian ... 6

BAB III SISTEM KELUARGA MASYARAKAR BALI 3.1 Pengertian Keluarga ... 8

3.2 Jenis-jenis Keluarga ... 8


(9)

3.4 Hubungan Keluarga Inti dengan Keluarga Luas ... 10 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 13 4.2 Saran ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... 15


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bersifat majemuk, hal ini ditandai dengan keanekaragaman budaya yang didukung oleh suku-suku bangsa. Tetapi di lain pihak penulis prihatin karena masalah yang timbul disebabkan oleh kemajemukan masyarakat Indonesia sendiri. Masalah yang sering kali timbul karena kemajemukan kebudayaan Indonesia sendiri adalah perbedaan pandangan agama, suku dan budaya. Hal inilah yang menjadi dasar masalah kemajemukan yang bersangkut paut dengan masalah kebudayaan nasional.

Dengan adanya keanekaragaman budaya, maka Indonesia kaya akan berbagai budaya dari sabang sampai merauke. Salah satunya kita soroti kebudayaan suku Bali yang ada di Pulau Bali di wilayah timur Indonesia. Suku Bali memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Bali tidak hanya dikenal di dalam negri tetapi di luar negri. Bahkan orang-orang asing dari luar negri berfikir bahwa Indonesia terletak di Pulau Bali. Hal inilah yang menggugah hati penulis untuk membahas kehidupan sosial yaitu “Sistem Keluarga Masyarakat Bali”. Menurut data sistem keluarga ini mencerminkan sebuah keluarga yang sering terjadi keluhan dalam keluarga. Hal ini terjadi apabila menyambut hari raya Bali. Karena masyarakat Bali adalah masyarakat yang menganut agama Hindu yang terutama dalam


(11)

pelaksanaan upacara ritual dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam acara ritual menyambut hari perayaan sering kali salah satu dari anggota keluargga mengeluh yaitu pihak perempuan, karena semua tanggung jawab seakan-akan milik perempuan, mengapa? Hal inilah yang menjadikan penyebab salah satu dari sistem keluarga masyarakat Bali yang berbeda dengan sistem keluarga suku lain. Oleh karena itu penulis tertarik membahas sistem keluarga masyarakat Bali dalam kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana eksitensi dari sistem keluarga masyarakat Bali. 2. Untuk mengetahui fenomena yang terjadi dalam keluarga Bali.

3. untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat pola kehidupan keluarga yang baik maupun yang buruk.

4. unutk memperkenalkan sistem keluarga masyarakat Bali kepada para pembaca.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini, penulis hanya membahas mengenai bagaimana sistem keluarga masyarakat Bali dan sebelum pembahasannya penulis menjelaskan juga hal-hal yang berkaitan dengan sistem keluarga masyarakat Bali seperti; sejarah Bali, letak geografis, agama serta mata pencaharian.


(12)

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas ini penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu metode pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkumkan unutk kemudian didiskripsikan ke dalam bab dan sub bab.


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT

2.1 Sejarah Bali

Latar belakang dan asal-usul masyarakat yang tinggal di Pulau ini disebut dengan nama yaitu “ Walidwipa” yang merupakan suatu kerajaan yaitu kerajaan Bali. Kerajaan ini berkembang sekitar abad ke-8 masehi. Pemerintahannya berpusat di Singhamandawa, sebuah tempat yang hingga kini belum diketahui dengan pasti. ssKerajaan ini pernah diperintah oleh dua dinasti, yatiu Dinasti Warma Dewa dengan Dinasti Sakelendu Kirana. Kerajaan masyarakat ini dulunya beragama hindu, hal ini dapat diketahui dari pembagian golongan dalam masyarakat kerajaan Bali. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Bali merupakan pemegang teguh tradisi warisan budaya serta agama dan kepercayaan yang masih dipegang teguh hingga saat sekarang ini. Kini masyarakat Bali adalah bagian dari keluarga masyarakat Indonesia.

2.2 Letak Geografis

Propinsi Bali terletak pada 8 0 03’ 40”- 8 0 50’ 48”, Lintang Selatan dan 114 0 25’ 53”-115 0 42’ 4 0”, Bujur Timur. Dengan luas wilayah 563.286 hektar. Bali adalah propinsi yang teletak disebelah timur ditengah-tengah lautan. Oleh karena ittu propinsi bali mempunyai iklim tropis. Jumlah curah hujan yang terbanyak di daerah ini biasanya pada bulan Januari. Di Bali juga terdapat empat buah danau yaitu Beratan, Batur, Bayuan, Tambingan dan 24 gunung, dimana gunung agung merupakan gunung yang tertinggi di Bali dengan ketinggian 3.142 meter


(14)

. 2.3 Kepercayaan

Sebagian besar masyarakat penduduk Bali ini adalah agama Hindu. Menurut data pada tahun 20003 jumlah penganut agama Hindu mencapai 3.296.155 jiwa atau 92.25 % dari jumlah penduduk, selebihnya adalah penganut agama yang lain. Di Bali ada terdapat tempat sarana ibadah yaitu Besakih, Pura desa Subak dan Seka, kumpulan tari klen- klen besar. Ada juga yang disebut sanggah yang merupakan tempat pemujaan leluhur dari klen kecil serta klen keluarga luas.

Menurut data di Bali pada tahun 2003 di temukan tempat ibadah atau sarana ibadah di Bali mencapai 6.436 buah, yaitu umat Hindu sebayak 5.617 buah, dan selebihnya adalah agama lain yang terdapat di Bali. Masyarakat Bali selain sebagai pemeluk agama yang taat beribadah masih memiliki kepercayaan adanya kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan mereka, terutama dalam aktifitas para pelayan. Kepercayaan penduduk ini dianut turun temurun yang dipengaruhi oleh budaya Jawa.

2.4 Penduduk Asli

Gambaran umum masyarakat suku ini tidak dapat secara pasti karena penduduk yang tinggal di daerah ini telah banyak berpindah dari daerah luar ke pulau ini. Namun penduduk asli pulau ini sebagian besar menganut agama Hindu Dharma yang terikat dengan kehidupan pemujaan terhadap Pura, Satu kesatuan sosial atas dasar warna, Ikatan kekerabatan menurut prinsip Patrilineal dan Sekte tertentu. Selain itu penduduk asli Bali ada juga pendatang dari Pulau Jawa. Sebagian besar penduduk


(15)

dari pulau ini datang ke Bali karena tugas pekerjaan dan mencari nafkah. Tetapi ada juga yang sudah menetap di pulau ini, sehingga penduduk yang tinggal di pulau ini adalah bukan lagi penduduk asli melainkan yang telah beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat ini.

2.5 Mata Pencaharian

pada umumnya penduduk bali sebagian hidupnya bergantung dari sektor pertanian. Namun yang tinggal di daerah pesisir biasanya mereka hidup sebagai nelayan. Selain itu sebagian pula ada yang sebagai seniman dan pulau ini juga terkenal dengan keseniannya. Menurut data yang ada dapat disimpulkan persentase dari mata pencaharian penduduk ini adalah nelayan ( 38%), Petani (19,9%), Pedagang (17,9%), Karyawan Swasta (8,3%), Pegawai Negri (3,6%) dan lain-lain (12.2%). Belakangan ini pada akhir abad ke-19, karena kemajuan teknologi maka sektor pariwisata menjadi salah satu sektor mata pencaharian penduduk Bali, sehingga banyak muncul daerah-daerah pariwisata seperti Sanur, Nusa Dua, Kuta dan lain sebagainya. Sektor ini menjadi salah satu andalan pendapatan daerah ini, sehingga banyak penduduk Bali berganti profesi menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata dengan membuka usaha-usaha seperti agen perjalanan, perhotelan dan toko kerajinan tangan.


(16)

BAB III

SISTEM KELUARGA MASYARAKAT BALI

3.1 Pengertian Keluarga

Hubungan keluarga adalah hubungan yang terdiri dari tiga hubungan dasar yaitu hubungan antara suami dan istri, kemudian hubungan antara orang tua dan anak, lalu hubungan antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Segala jenis hubungan lainnya berdasarkan pada ketiga hubungan ini. Dalam kehidupan keluarga, tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak laki-laki atau perempuan yang belum menikah disebut keluarga inti. Selain itu ada juga keluarga luas. Yang dimaksud dengan keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti, tetapi seluruhnya masih merupakan dalam satu kesatuan sosial yang sangat erat dan biasanya tinggal dalam satu tempat atau pekarangan. Biasanya dalam keluarga luas terdiri dari beberapa keluarga inti. Oleh sebab itu keluarga Bali pada saat ini tidak jauh bedanya dengan keluarga yang letaknya di luar Pulau Bali. Di Bali juga terdapat keluarga inti, keluarga luas, kemudian berkembang di lingkungan masyarakat.

3.2 Jenis- jenis Keluarga

Keluarga adalah sebuah konsep keluarga dalam kehidupan bermaasyarakat. Oleh karena itu jenis-jenis dari keluarga yang berada di Bali inipun dapat dilihat lewat bagaimana warga Bali melakukan pembinaan kekerabatan antara sesama. Hal


(17)

inilah kemudian melahirkan berbagai golongan masyarakat yang kini dikenal dengan Wangsa atau Soroh. Begitu banyak soroh yang berkembang di Bali dan mereka memiliki tempat pemujaan keluarga secara tersendiri. Dalam keluarga Bali, mereka sangat mempertahankan silsilah keluarga mereka. Mereka dengan seksama meneliti dan menyimpan berbagai Prasasti yang di dalamnya berisi tentang berbagai Silsilah Keluarga tersebut.

Dalam masyarakat ini ada beberapa jenis golongan keluarga atau keluarga Soroh yaitu Warga Pande, Singgih, Bujangga Wesnawa, Pasek, Dalem Tarukan, Tegerh Kori, Pula Sari, Arya Brahmana Wangsa, Bali Aga dan lainnya. Semua memiliki sejarah turun temurun yang berbeda dan saling mempertahankan garis keturunannya. Dalam kehidupan mereka ritual diabadikan sebagai kepentingan pemujaan terhadap leluhur mereka.

3.3 Sistem Kekerabatan

Adat istiadat mayarakat Bali sangat erat sekali karena hal ini merupakan warisn turun-temurun. Maka perkawinan di Bali merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan orang Bali, karena pada saat itulah ia dapat dianggap sebagai warga masyarakat Bali dan ia akan mendapat hak dan kewajiban sebagai warga Bali. Masyarakat Bali sangat dipengaruhm ia dengan adat istiadat lama yatiu Sistem Klen (Dadia) dan Sistem Kasta (wangsa). Oleh karena itu di Bali pada umumnya melakukan perkawinan sejenis kasta.


(18)

Menurut data masyarakat Bali pada dahulunya, apabila ada perkawinan campur maka wanita itu akan dikeluarkan dari kastanya dan suaminya akan di hukum dan dibuang dengan waktu yang lama, ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Semenjak tahun 1951 hukuman seperti ini tidak dilakukan lagi.

3.4 Hubungan keluarga Inti dengan Keluarga Luas

1. Hubungan dalam Keluarga Inti

Keluarga adalah sebuah hubungan interaksi yang kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga itni yang terdiri dari Suami, Istrri dan Anak yang belum menikah. Hubungan interaksi dalam keluarga suku Bali adalah bersifat Patrilineal yaitu secara langsung suami merupakan kepala keluarga dan juga orang yang paling tua atau dituakan dan bertanggungjawab dalam keluarganya.

Hubungan keluarga dalam masyarakat ini sangat kuat karena mereka memiliki aturan-aturan normatif yang kuat dari ajaran agama mereka, yang mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan peran sebagaimana kedudukannya dalam keluarga tersebut. Sistem dalam kehidupan keluarga mereka bagaikan sebuah tim yang merupakan konsep keluarga yang baik. Seorang Ayah mengambil tanggung jawab dan perannya dan dapat menjadi Ibu ataupun sebaliknya. Namun ada juga beberapa hal yang tidak dapat digantikan dalam hal tertentu. Masing-masing saling mempertahankan keluarganya. Dalam keluarga suku ini, kehidupan mereka sangat erat sekali dengan ritual-ritua agama. Oleh sebab itu, keluarga ini dapat menjadi


(19)

renggang. Untuk mendukung hal apakah yang sering terjadi dalam keluarga masyarakat ini, tidak begitu falit, namun melalui data dan informasi bahwa belakangan ini sebagian orang Bali mengeluh. Rata-rata wanita dalam menyambut hari raya misalkan saja hari raya Galungan atau Kuningan. Segala sesuatu pekerjaan itu dilimpahkan kepada para kaum wanita. Mulai dari menyiapkan, melayani dan mengurus keluarga. Sehingga wanita merasa sangat lelah. Membayangkan setiap tahun mengadakan hari raya beban yang harus mereka pikul cukup banyak baik dalam hal fisik maupun materi. Dalam menyambut hari raya inilah, padahal dapat dirasakan bahwa kesempatan yang baik buat orang tua untuk membina anak-anak dan keluarganya setahap demi setahap, agar tidak merasa menjadi beban. Misalnya masyarakat suku Loloan yang ada di pulau ini.dala mempersiapkan persiapan seperti Sugian, Penyajaan, Penampahan dan kemudian Galungan. Dalam pengetahuan ini, mereka melakukan dengan sedemikian rupa, agar dapatmelakukan dengan bertahap, ada saat kerja keras ada saat mempersiapkan pada hari Galungan dan saat untuk bersenang-senang pada hari pelaksanaan. Untuk mendukung hubungan system keluarga kebudayaan ini, keluarga suku ini ditemukan bahwa keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur peninggalan dan nenek moyang mereka, dan melestarikan peninggalan mereka sampai ke generasi berikutnya untuk menghormati leluhurnya.

2. Hubungan Keluarga Inti dengan Keluarga Luas

Setelah diuraikan pengertian keluarga dan system keluarga masyarakat Bali, selain itu ada juga keluarga luas. Keluarga luas yaitu kelompok kekerabatan yang


(20)

terdiri lebih dari satu keluarga yang merupakan bukan dari keluarga inti, tetapi seluruhnya merupakan satu kesatuan keluarga yang sangat erat dan pada umumnya hidup dalam satu tempat atau satu pekarangan.

Secara umum hubungan keluarga luas ini seperti hubungan istri dengan mertua, hubungan istri dengan saudara suami, hubungan anak dengan saudara ayah dalam keluarga dan hubungan anak-anak dengan saudara orang tua dalam keluarga. Hubungan keluarga ini sama halnya juga dengan keluarga lainnya yang saling menghormati dalam kehidupan keluarga lainnya yang saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan data dalam masyarakat Bali, hubungan keluarga inti dengan keluarga luas adalah menganut siatem Virilokal, yaitu system keluarga yang terdiri dari satu keluarga inti yang terdiri dari Ayah dan Anak laki-laki.


(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari referensi yang telah didapat tentang system keluarga masyarakat Bali. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masyarakat yang tinggal di Pulau ini mayoritasnya adalah agama Hindu. Kehidupannya banyak dipengaruhi dengan ajaran agama mereka.

2. Penduduk ini masih bergantung dengan hal-hal ritual gaib dalam kehidupan keluarga. Dimana sebagai masyarakat yang taat beribadah. 3. System keluarga mayarakat ini sering sekali terikat dengan pemujaan

terhadap Pura-pura dan perayaan-perayaan yang menyebabkan sering terjadinya keributan dalam keluarga.

4. Bali merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Indonesia yang harus dilestarikan.

5. Sistem keluarga masyarakat penduduk ini yang menganut sistem Patrilineal, sebaiknya tetap dilestarikan


(22)

4.2 Saran

Penulis berharap agar adanya penelitian lebih lanjut tentang system keluarga masyarakat suku Bali ini. Sehingga dapat menambah informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap demi kesempurnaan data yang telah ada. Bagi para pembaca diharapkan bahwa penulisan tentang masyarakat suku Bali ini dapat menjadi bahan referensi.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Sumerta, I Made, 2000, Nilai-nilai Tatakrama dalam Keluarga Suku Bali, Denpasar Bali Jarahnita.


(1)

Menurut data masyarakat Bali pada dahulunya, apabila ada perkawinan campur maka wanita itu akan dikeluarkan dari kastanya dan suaminya akan di hukum dan dibuang dengan waktu yang lama, ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Semenjak tahun 1951 hukuman seperti ini tidak dilakukan lagi.

3.4 Hubungan keluarga Inti dengan Keluarga Luas

1. Hubungan dalam Keluarga Inti

Keluarga adalah sebuah hubungan interaksi yang kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga itni yang terdiri dari Suami, Istrri dan Anak yang belum menikah. Hubungan interaksi dalam keluarga suku Bali adalah bersifat Patrilineal yaitu secara langsung suami merupakan kepala keluarga dan juga orang yang paling tua atau dituakan dan bertanggungjawab dalam keluarganya.

Hubungan keluarga dalam masyarakat ini sangat kuat karena mereka memiliki aturan-aturan normatif yang kuat dari ajaran agama mereka, yang mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan peran sebagaimana kedudukannya dalam keluarga tersebut. Sistem dalam kehidupan keluarga mereka bagaikan sebuah tim yang merupakan konsep keluarga yang baik. Seorang Ayah mengambil tanggung jawab dan perannya dan dapat menjadi Ibu ataupun sebaliknya. Namun ada juga beberapa hal yang tidak dapat digantikan dalam hal tertentu. Masing-masing saling mempertahankan keluarganya. Dalam keluarga suku ini, kehidupan mereka sangat erat sekali dengan ritual-ritua agama. Oleh sebab itu, keluarga ini dapat menjadi


(2)

19

renggang. Untuk mendukung hal apakah yang sering terjadi dalam keluarga masyarakat ini, tidak begitu falit, namun melalui data dan informasi bahwa belakangan ini sebagian orang Bali mengeluh. Rata-rata wanita dalam menyambut hari raya misalkan saja hari raya Galungan atau Kuningan. Segala sesuatu pekerjaan itu dilimpahkan kepada para kaum wanita. Mulai dari menyiapkan, melayani dan mengurus keluarga. Sehingga wanita merasa sangat lelah. Membayangkan setiap tahun mengadakan hari raya beban yang harus mereka pikul cukup banyak baik dalam hal fisik maupun materi. Dalam menyambut hari raya inilah, padahal dapat dirasakan bahwa kesempatan yang baik buat orang tua untuk membina anak-anak dan keluarganya setahap demi setahap, agar tidak merasa menjadi beban. Misalnya masyarakat suku Loloan yang ada di pulau ini.dala mempersiapkan persiapan seperti Sugian, Penyajaan, Penampahan dan kemudian Galungan. Dalam pengetahuan ini, mereka melakukan dengan sedemikian rupa, agar dapatmelakukan dengan bertahap, ada saat kerja keras ada saat mempersiapkan pada hari Galungan dan saat untuk bersenang-senang pada hari pelaksanaan. Untuk mendukung hubungan system keluarga kebudayaan ini, keluarga suku ini ditemukan bahwa keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur peninggalan dan nenek moyang mereka, dan melestarikan peninggalan mereka sampai ke generasi berikutnya untuk menghormati leluhurnya.

2. Hubungan Keluarga Inti dengan Keluarga Luas

Setelah diuraikan pengertian keluarga dan system keluarga masyarakat Bali, selain itu ada juga keluarga luas. Keluarga luas yaitu kelompok kekerabatan yang


(3)

terdiri lebih dari satu keluarga yang merupakan bukan dari keluarga inti, tetapi seluruhnya merupakan satu kesatuan keluarga yang sangat erat dan pada umumnya hidup dalam satu tempat atau satu pekarangan.

Secara umum hubungan keluarga luas ini seperti hubungan istri dengan mertua, hubungan istri dengan saudara suami, hubungan anak dengan saudara ayah dalam keluarga dan hubungan anak-anak dengan saudara orang tua dalam keluarga. Hubungan keluarga ini sama halnya juga dengan keluarga lainnya yang saling menghormati dalam kehidupan keluarga lainnya yang saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan data dalam masyarakat Bali, hubungan keluarga inti dengan keluarga luas adalah menganut siatem Virilokal, yaitu system keluarga yang terdiri dari satu keluarga inti yang terdiri dari Ayah dan Anak laki-laki.


(4)

21

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari referensi yang telah didapat tentang system keluarga masyarakat Bali. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masyarakat yang tinggal di Pulau ini mayoritasnya adalah agama Hindu. Kehidupannya banyak dipengaruhi dengan ajaran agama mereka.

2. Penduduk ini masih bergantung dengan hal-hal ritual gaib dalam kehidupan keluarga. Dimana sebagai masyarakat yang taat beribadah. 3. System keluarga mayarakat ini sering sekali terikat dengan pemujaan

terhadap Pura-pura dan perayaan-perayaan yang menyebabkan sering terjadinya keributan dalam keluarga.

4. Bali merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Indonesia yang harus dilestarikan.

5. Sistem keluarga masyarakat penduduk ini yang menganut sistem Patrilineal, sebaiknya tetap dilestarikan


(5)

4.2 Saran

Penulis berharap agar adanya penelitian lebih lanjut tentang system keluarga masyarakat suku Bali ini. Sehingga dapat menambah informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap demi kesempurnaan data yang telah ada. Bagi para pembaca diharapkan bahwa penulisan tentang masyarakat suku Bali ini dapat menjadi bahan referensi.


(6)

23

DAFTAR PUSTAKA

Sumerta, I Made, 2000, Nilai-nilai Tatakrama dalam Keluarga Suku Bali, Denpasar Bali Jarahnita.

WWW. Masyarakat Bali. Com