11 hal ini, darah akan berisi beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dan
sel darah merah apabila terjadi kasus kerusakan vascular lokal Crisp Taylor, 2001.
Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman,
1998. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian.
Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut: Tidak ada = jaringan luka tampak kering
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan
Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan
≤ 25
Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 s.d.
≤ 75.
Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan
≥ 75.
2.2 Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya
Universitas Sumatera Utara
12 untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Mesti pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan,
dan yang ditangani bukan hanya penderita tetapi juga keluarganya Diananda, 2009.
Menurut dr. Maris A Witjaksono, dokter palliative Care Rumah Sakit Dharmais, Diananda, 2009, prinsip-prinsip perawatan paliatif sebagai berikut:
a. Menghargai setiap kehidupan.
b. Menganggap kematian sebagai proses normal.
c. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
d. Menghargai keinginan pasien dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Menghilangkan nyeri dan gejala lain yang mengganggu.
f. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
g. Menghidari tindakan medis yang sia-sia.
h. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat. i.
Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Universitas Sumatera Utara
13
2.3 Antibiotik
Antibiotik ialah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri Hauser, 2007. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima
kelompok Ganiswara, 1995: a.
Mengganggu metabolisme sel mikroba b.
Menghambat sintesis dinding sel mikroba c.
Mengganggu permeabilitas dinding sel mikroba d.
Menghambat sintesis protein sel mikroba e.
Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat mikroba. Setelah dokter menetapkan perlu diberikan antimikroba pada pasien,
langkah berikutnya ialah memilih jenis antimikroba yang tepat, serta menentukan dosis dan cara pemberiannya. Dalam memilih jenis antimikroba yang tepat harus
dipertimbangkan faktor sensitivitas mikrobanya terhadap antimikroba, keadaan tubuh hospes dan faktor biaya pengobatan Ganiswara, 1995.
2.4 Metronidazol 2.4.1 Pengertian