8 b.
Status nutrisi yang buruk Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi, demam dan penyembuhan luka yang lama.
c. Merokok
d. Obat-obat yang digunakan
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam
proses fisiologis tubuh. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis
perlu diidentifikasi secara tuntas. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi
tanpa harus menggunakan antibiotika. Suparyanto, 2011
2.1.3 Gejala Infeksi Luka Operasi
Gejala yang sering ditemukan pada pasien infeksi luka operasi diantaranya adalah:
a. Nyeri Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri ini
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, serta mencakup pola fikir, aktivitas seseorang secara
Universitas Sumatera Utara
9 langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda
dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan secara fisiologikal Potter dan Ferry, 2005.
Penyebab nyeri diantaranya yaitu : i. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini
terbagi menjadi:
a Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat
ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-
lain. b
Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia
yang bersifat asam atau pun basa kuat. d
Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan
otot dan luka bakar.
ii. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu:
a Neoplasma Jinak.
b Neoplasma Ganas.
Universitas Sumatera Utara
10 iii. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat
dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
iv. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Contohnya adalah nyeri karena abses. Pengkajian nyeri masih tergolong subyektif karena tergantung dari
penilaian seseorang untuk merasakan nyeri. Pengukuran nyeri dapat digunakan dengan metode Verbal Rating Scale VRS. Verbal Rating Scale merupakan jenis
pengukuran nyeri yang telah lama dipergunakan dan merupakan pengukuran nyeri dalam bentuk sederhana. Dapat berupa pertanyaan sederhana apakah anda merasa
nyeri?, yang dapat dijawab pasien dengan iya atau tidak. Namun, biasanya dalam pengukuran ini mempergunakan 4 sampai dengan 5 titik intensitas skala
dengan deskripsi seperti; tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, sangat nyeri. b. Eksudat
Infeksi luka operasi juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan tidak terkontrol. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor
permeabilitas vaskular oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat yang berlebihan. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan
rusaknya jaringan karena protease bakteri Naylor, 2002. Eksudat adalah setiap cairan yang merupakan filter dari sistem peredaran
darah pada daerah peradangan. Komposisinya bervariasi, tetapi umumnya terdiri dari air dan zat-zat yang terlarut pada cairan sirkulasi utama seperti darah. Dalam
Universitas Sumatera Utara
11 hal ini, darah akan berisi beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dan
sel darah merah apabila terjadi kasus kerusakan vascular lokal Crisp Taylor, 2001.
Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman,
1998. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian.
Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut: Tidak ada = jaringan luka tampak kering
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan
Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan
≤ 25
Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 s.d.
≤ 75.
Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan
≥ 75.
2.2 Perawatan Paliatif