promotion underpins the overall responsibility of the state in promoting health; 4 promosi kesehatan memperjuangkan kesehatan yang berkualitas
sebagai kebutuhan publik health promotion champions good health as a public good; dan 5 Partisipasi adalah dasar utama dalam promosi kesehatan
participation is a core principle in promoting health WHO, 2005.
F. Pendidikan Kesehatan
Green dan Kreuter 2000 mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan komponen dari promosi kesehatan yang mempunyai bentuk
intervensi berupa komunikasi, pelatihan dan umpan balik, sehingga dihasilkan motivasi, kemampuan dan penghargaan untuk menghasilkan
perilaku yang kondusif terhadap kesehatan. Selanjutnya Ewles dan Simnett 1992 menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan unsur yang
sangat penting dalam promosi kesehatan dengan tujuan memberikan informasipengetahuan tentang kesehatan yang dapat dipahami, sehingga
dapat dipakai sebagai dasar membuat keputusan untuk merubah sikap dan perilakunya.
Menurut WHO 1988, pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang
terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan akan membantu masyarakat untuk memahami perilaku seseorang atau masyarakat dalam
pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan akan membantu masyarakat untuk memahami perilaku mereka dan
cara perilaku ini berpengaruh terhadap kesehatan serta mendorong masyarakat untuk memilih cara yang tepat untuk hidup sehat. Mariani 2003
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan berupa pelatihan dengan metode ceramah dikombinasi dengan focus group
discussion dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang risiko keracunan pestisida. Karo 2006 membuktikan bahwa pendidikan kesehatan
melalui agen peubah dapat meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku keracunan pestisida.
Menurut Sarwono 1997, pendidikan kesehatan itu pada dasarnya adalah
suatu proses mendidik individumasyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan
kesehatan tidak terlepas dari proses belajar yang mempunyai tiga unsur pokok yang saling berhubungan yaitu masukan input menyangkut subjeksasaran
belajar, setelah diproses dengan teknik-teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran output yaitu hasil belajar berupa perubahan perilaku
sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan tersebut. Selanjutnya Simon- Morton, Greene and Gottlieb 1995 mengemukakan bahwa faktor-fator yang
mempengaruhi proses pendidikan adalah pendidik fasilitator, peserta didiksasaran belajar, metode belajar, bahan belajar dan alat bantu yang
digunakan serta lingkungan belajar. Menurut Notoatmodjo 2007, metode pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan, kemampuan individu, kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan
pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan
kelompok dan pendidikan massa. Beberapa metode pendidikan kesehatan baik yang bersifat individual, kelompok maupun massal menurut
Notoatmodjo 2007 yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara, seminar, ceramah, simposium, diskusi kelompok, curah gagas, forum panel,
demonstrasi, simulasi, dan permainan peran role play. Selain metode- metode tersebut, menurut Perry dan Sieving 1993 terdapat metode
pendidikan kesehatan lain yang sedang populer digunakan saat ini yaitu metode peer education. Metode peer education menjadi sangat populer
terutama dalam hal pencegahan penyebaran Human Immunodeficiency Virus HIV di kalangan remaja Peers et al., 1993.
G. Peer education