BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Terhadap Pendidikan
Bentuk kepedulian Rasulullah terhadap pendidikan dan pengajaran dilakukan secara praktik atau dengan cara bahasa lisan. Hal ini terlihat, ketika mengajar dijadikan syarat
oleh Rasulullah bagi bebasnya para tawanan, yakni apabila mereka mengajarkan baca tulis kepada orang Islam. Hal ini dimaksudkan, agar pengajaran baca-tulis bisa menyebar
dan mentradisi di kalangan umat Islam, di samping itu, Rasulullah tidak melupakan pengajaran baca-tulis di kalangan kaum hawa.
Menurut pandangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pengetahuan adalah sebagai sarana untuk mencari kesejahteraan dunia dan akhirat.
2
Hal ini berlandaskan sabda beliau:
ههييييللعلفل ًاييععمل ههييييللعلفل ةلرلخهل ل ا دلارلال نيمل ول مهليعهليًابه ههييللعلفل ًايلنيددلا دلارلال نيمل
م ه ليعهليًابه ًاملههييللعلفل ًاملهه دلارلال ن
ي مل ول م ه ليعهليًابه
ثيدحلا
“Barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia hendaknya ia mengetahui ilmunya, barangsiapa menginginkan kebahagiaan akhirat hendaknya ia mengetahui ilmunya, dan
barangsiapa menghendaki keduanya kebahagiaan dunia dan akhirat hendaknya ia harus mengetahui ilmunya.”
ًاملههاولس ه ًاملييفه رلييخل لل ول ممللعلتلمه ول مملهًاعل : نهللجهرل س
ه ًاننلا
ثيدحلا
“Manusia itu terbagi menjadi dua: orang yang mengajar dan orang yang belajar, dan selain keduanya tidak ada kebaikan.”
Dalam sejarah umat Islam, pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diturunkan wahyu berupa Al-Qur’an yang menjadi sumber inti ilmu pengetahuan,
hal ini karena Al-Qur’an memuat:
3
2 Asmawi Ed., Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1996, cet. I, h. 36-38. 3 Musyrifah Sunanto,
Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Kencana, 2011, cet. IV, h. 17.
2
a Kisah umat-umat terdahulu. b Segala macam hukum dasar: perkawinan, perdata, pidana, perniagaan, juga
berbagai perundang-undangan: politik, ekonomi, sosial. c Sifat-sifat Allah Ta’ala, seperti ‘Ilmu, Qudrah, Iradah, Wahdaniyyah, dan lain-lain.
Dan jalan untuk mengenalinya adalah dengan mempergunakan cara mengajak manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam semesta seperti ayat:
“Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta perbedaan malam dan siang adalah bukti nyata tentang adanya Allah bagi mereka yang berpikir, yang
senantiasa mengenang Allah dan memikirkan kejadian langit dan bumi. Oh Tuhan kami, semua ini tidaklah Engkau jadikan percuma.” QS Ali Imran: 191
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadi pembimbing dan pendidik sesuai dengan perintah Allah sebagaimana terdapat dalam firman-Nya, yang
artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat engkau, dan mengajarkan kepada
mereka al-Kitab al-Qur’an dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS. al-Baqarah2: 129.
Ayat ini memiliki persamaan dengan ayat:
ول ههتهًايييلا ميييههييللعل ويييلهتييل ميههنيمه لعويس ه رل ن
ل ييييمللي ه ا ِىفه ث
ل علبل ي ي ذهلنا ولهه
ل ه ييبيقل ن
ي ييمه اوينهًايك ل ن
ي اه ول ةلييملك ي حهليا ول بلًايتلكهليا مهيههمهللعليه ول ميههييكلزليه
:ةعمجلا ن ل ييبهمه ل
ل للض ل ي
ي فهلل 2
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Dua ayat tersebut berisi peran Rasulullah SAW, yaitu yatlu membacakan, yu’allimu mengajarkan, dan yuzakki menyucikan. Berkaitan denagan ini, H. M.
Quraisy Shihab berpendapat:
4
“Rasulullah SAW yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima al-Qur’an, bertugas untuk menyampaikan petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan
manusia. Menyucikan dapat diidentikkan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan
dengan metafisika seta fisika. Dengan penjelasan ini maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seakan telah tampil sebagai pengajar, juga sebagai pendidik.
4 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Putra Grafika, 2007, h. 16.
3
Tugas inilah yang dilaksanakan Rasulullah SAW ketika berada di Makkah sebelum dan sesudah Hijriah.”
B. Masa Pembinaan Pendidikan Islam