b. Pengajaran Al-Qur’an Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, tidak
sekaligus. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tradisi menghafal di kalangan Arab sudah berlangsung sejak
pra-Islam, dibuktikan dengan kemampuan mereka menghafal syair-syair yang cukup panjang. Pengajaran Al-Qur’an ini berlangsung secara berkesinambungan.
Nabi menyampaikan ayat-ayat, para sahabat menghafalnya dan sebagian menulisnya, pada waktu tertentu Rasul mengadakan ulangan terhadap bacaan-
bacaan dan hafalan para sahabat. c. Pendidikan Ibadah
Ibadah yang dilakukan kaum Muslimin pada saat itu belum sempurna sebagaimana ibadah yang dilakukan pada masa setelah Hijriah belum ada puasa,
zakat, haji. Ibadah yang baru dilaksanakan adalah shalat, itu pun belum dilaksanakan lima kali semalam.
d. Pendidikan Akal Ayat-ayat yang berkenaan dengan perkembangan pemikiran pada periode ini
terlihat antara lain tertera pada surah al-Ghasiyah 88 ayat 17-20. Ayat ini memberikan dorongan kepada kaum Muslimin untuk menggunakan akal dalam
rangka untuk memikirkan tentang hal-hal diungkapkan di atas. Di samping ayat- ayat di atas tentu masih banyak ayat-ayat lain yang mendorong untuk
menggunakan pikiran.
2. Pendidikan Islam Periode Madinah
Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarikan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quarisy dan penduduk Makkah
yang tidak menghendaki pembaharu terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mangatur potensi dan menyusun kekuatan dalam
menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut.
9
9 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, h. 31.
6
Kedatangan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan dan penuh rasa persaudaraan. Maka
Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para Quraisy Makkah. Tetapi ternyata lingkungan yang baru tersebut, bukanlah lingkungan yang betul-betul
baik, yang tidak menimbulkan permasalahan. Beliau menghadapi kenyataan bahwa umatnya terdiri dari dua kelompok yang
berbeda latar belakang kehidupannya, yaitu mereka yang berasal dari Makkah yang disebut kaum Muhajirin dan mereka yang merupakan penduduk asli Madinah yang
disebut kaum Anshar. Melihat kenyataan tersebut, beliau mulai mengatur dan menyusun segenap potensi yang ada dalam lingkungannya, untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Pada periode Madinah ini pendidikan yang diberikan Nabi Muhammad dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik:
10
a. Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat Baru, Menuju Kesatuan Sosial dan Politik
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para Muhajirin bias menginap
di rumah-rumah kaum Anshar. Oleh karenanya Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin membangun masjid.
Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari
oleh tauhid dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat Islam. Di masjid itulah beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan salat
berjamaah, membaca Al-Qur’an, baik dalam mengulang ayat-ayat yang sudah diturunkan terlebih dahulu maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan.
Setelah pembangunan masjid dan tempat tinggal selesai, Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu
secara intern dalam dan keluar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya. Dasar-dasar tersebut adalah:
11
10 Ibid,. hal. 32.
11 Ibid,. hal. 35.
7
1 Nabi Muhammad SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara
mereka. 2 Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Nabi Muhammad
menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di
Makkah. 3 Untuk menjalin kerja sama dan saling menolong dalam rangka untuk
membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur turunlah syariat zakat dan puasa.
4 Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan msayarakat baru di Madinah adalah disyariatkannya media
komunikasi berdasarkan wahyu yaitu salat Jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan azan.
b. Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun
selama periode Madinah. Pelaksanaan pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dikemukakan sebagai berikut:
12
1. Pendidikan ukhuwah persaudaraan antar kaum muslimin 2. Pendidikan kesejahteraan sosial
3. Pendidikan kesejahteraan keluarga
Syariat yang berhubungan dengan masyarakat terdiri dari empat macam,
13
yaitu: 1. Hal yang berhubungan dengan rumah tangga yang dinamai hal-hal
perseorangan, seperti hukum perkawinan dan hukum mawaris. 2. Hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan manusia sesama manusia, seperti
hal-hal yang berhubungan dengan hukum perdata.
12 Ibid,. hal. 48.
13 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992,
cet. VII, h. 19.
8
3. Hal-hal yang berhubungan dnegan qisas, ta’zir, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan hukum pidana.
4. Hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi dan pemerintahan.
C. Pendidikan Perempuan Pada Masa Nabi SAW