SEJARAH PENDIDIKAN MASA YAHUDI DAN ISLAM

SEJARAH PENDIDIKAN PADA MASA YAHUDI DAN ISLAM

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd

Oleh
Rica Filasari
160731614846

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan telah diterapkan manusia sejak zaman kuno. Manusia berusaha

menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan diajarkan secara turun temurun melalui
pendidikan sejak dini. Pendidikan sangat penting disebarkan kepada seluruh
manusia, karena apabila tanpa adanya pendidikan, peradaban manusia akan
hancur dan tidak ada kemajuan.
Pendidikan paling kuno diketahui berasal dari Yunani dan Romawi.
Pendidikan pada bangsa Yunani dan Romawi menghasilkan tokoh-tokoh ternama
yang memiliki pemikiran cerdas serta temuan-temuan yang mampu memajukan
kehidupan manusia. Sebagai contoh yaitu Aristoteles dan Socrates yang
merupakan pemikir besar yang terkenal.
Kemajuan ilmu pada dua bangsa tersebut akhirnya menjadi pelopor ilmu
pengetahuan dan menyebar ke segala penjuru di dunia. Wilayah-wilayah lain juga
turut menggali ilmu dan menciptakan suatu perubahan di tengah masyarakat, tak
terkecuali pada bangsa Yahudi dan Islam. Di satu sisi yaitu bangsa Yahudi
terkenal dengan kecerdasannya yang mencetak orang-orang terkenal di dunia. Di
sisi lain yaitu Islam, sejak zaman Nabi Muhammad pendidikan sangat
diperhatikan dan dihargai.
Tokoh-tokoh Islam pun bermunculan mulai dari filosof hingga tokoh pada
dunia kedokteran. Hal ini dapat kita sambungkan dengan metode-metode mereka
untuk memajukan dan memberikan pendidikan kepada masyarakatnya sehingga
ilmu pengetahuan maju dengan pesat dan mampu membuat suatu peradaban yang

pesat pula. Sehingga dalam makalah ini kita akan membahas bagaimana metode
bangsa Yahudi dan Islam dalam mengaplikasikan pendidikan. Dengan itu dibahas
tentang aplikasi pendidikan pada masa Yahudi dan Islam serta karakteristik
pendidikan Yahudi dan Islam serta tujuan pendidikanYahudi dan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Yahudi dan Islam Pada Masa Kuno?
2. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan bangsa Yahudi dan Islam?
1

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui bagaimana
pendidikan yang diterapkan oleh bangsa Yahudi dan Islam sejak zaman kuno serta
perkembangan ilmu pengetahuannya hingga pada masa sekarang. Sehingga dapat
membandingkan sistem atau metode pendidikan dari kedua bangsa tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan bangsa Yahudi Masa Kuno
1.

Sejarah Bangsa Yahudi

Yahudi adalah nama sebuah bangsa yang berasal dari bangsa Ur di

Mesopotamia. Bangsa ini tidak mempunyai tempat tinggal yang resmi (sejak
zaman Nabi Musa as. Mereka terusir dari Mesir) kemudian mereka menetap di
Kota Yerussalem sekarang. Di sinilah bangsa Yahudi mengalami masa kejayaan
dan kebesaran di bawah pimpinan Nabi Sulaiman as., hingga sekarangpun masih
ada petilasan gedung pemujaan Nabi Sulaiman. Ketika bangsa Romawi pada 70
SM merusak dan membakar Kota Yerussalem, mulailah bangsa Yahudi
meninggalkan tanha palestina untuk menyebar mencari nafkah di seluruh dunia,
dan sebaliknya bangsa Arab banyak yang masuk ke tanah Palestina, lebih-lebih
setelah bangsa Arab yang beragama Islam (Turki) merebutnya dari tangan
Romawi pada 673, hingga akhirnya dianggap oleh mereka tanah Palestina
merupakan “tempat suci” bagi bangsa Arab.
2.

Pandangan Bangsa Yahudi Terhadap Pendidikan
Dapat diketahui bahwa sejak zaman kuno bangsa Yahudi memiliki

kecerdasan yang luar biasa yang dapat kita ketahui melalui pendidikan yang
mereka dapatkan. Bangsa Yahudi tidak mengenal adanya sisterm kasta seperti

bangsa-bangsa yang lain. Akan tetapi, menggunakan sistem pendidikan Yahove
atau ketuhanan, sistem ketuhanan tersebutlah yang mengontrol pendididkan yang
ada pada masyarakat Yahudi, yang bertujuan menjadikan seseorang menjadi
individu yang percaya dan patuh terhadap Tuhan, menjaga keharmonisan serta
menuju negara yang agung. Dari situlah kesadaran berbangsa menjadi sangat kuat
dibading dengan Persia, maupun negara yang lain. Konsep pendidikan tersebut
2

diberikan Musa kepada bangsa Yahudi bahwa Yahove merupakan Tuhan
bangsanya yang akan melindungi mereka apabila mereka patuh dan taat terhadap
apa yang diperintahkan oleh Yahove.
3. Pengetahuan yang Diajarkan
Dasar pendidikannya bersifat demokratis, karena tak adanya sistem kasta,
semua orang dianggap sama rata di mata Tuhan. Jenis dari pendidikanya sendiri
menggabungkan antara agama dengan kewarganegaraan. Menurut mereka
patriotisme ditunjukan dengan percaya terhadap Yhwe sama dengan cinta
terhadap bangsanya, hal tersebut dapat dikatakan sebagai pendidikan moralitas.
Awalnya pendidikan yang diajarkan meliputi sejarah orang Yahudi dan
hubunganya dengan Yehovah khususnya hukum yang berasal dari Musa (Toret
dan Talmud) serta bagaimana interpretasinya. Selain itu orang-orang Yahudi

mengajarkan ilmu lain seperti musik, menari dan menyanyi (khusus menari
diberikan anak perempuan). Pada abad ke-2 sebelum masehi orang-orang Yahudi
mendirikan sekolah-sekolah. Disana anak-anak diajarkan membaca, menulis dan
berhitung.
4.

Metode Pendidikan
Metode yang dilakukan ada dua macam, untuk pendidikan keluarga

metode yang digunakan dengan cara lisan dan menghafal. Sedangkan untuk
pendidikan formal bagi kelas rendah menggunakan metode dengan cara lisan dan
menghafal pula sedangkan untuk pendidikan tinggi metode yang digunakan
menerangkan, diskusi, dan debat baik murid dengan murid atau murid dengan
gurunya. Hukum badan juga mewarnai metode pendidikan bagi orang Yahudi.
Hukum ini dianggap sebagai cara mengontrol dalam proses belajar mengajar.
5. Organisasi Pendidikan pada bangsa Yahudi
Pada usia 0-7 tahun seorang anak belajar di rumah, dengan ketentuan ayah
bertindak sebagai guru dan pendeta dan Ibu mengajarkan anak perempuannya.
Menurut Stephen Carr Leon (2016) tentang pengamatannya di negara Yahudi
selama 8 tahun, pendidikan dimulai tidak dari sejak bayi tersebut lahir atau pada

masa keemasan balita, akan tetapi sejak bayi tesebut masih dalam kandungan.
Sejak wanita Israel tersebut menyadari dirinya hamil, maka calon ibu tersebut
akan sering bernyanyi dan bermain piano, serta berlatih matematika.

3

Kedengaran sedikit aneh tetapi memiliki manfaat dibaliknya, wanita hamil
tersebut harus demikian, alansannya adalah bernyanyi dan bermain piano akan
mempengaruhi suasana hati bawaan seorang calon anak didalam rahim,
menimbulkan suasana tenang dan nyaman bagi calon ibu itu sendiri. Alasan harus
berlatih dan mengerjakan soal-soal matematika tujuannya untuk mengembangkan
kecerdasan otak calon bayi. Hal tersebut dikerjakan sampai bayi tersebut terlahir.
Selain itu saat cara makan juga dijaga mengandung pun seorang ibu akan sering
memakan ikan laut tanpa kepala, alasan mengapa kepala ikan tersebut harus
dibuang adalah didalam kepala ikan mengandung zat kimia yang tidak baik dan
dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan.
Beberapa hal tersebut merupakan kebiasan atau kebudayaan ibu-ibu yang sedang
mengandung di negara Israel.
Pendidikan formal biasanya diberikan oleh seorang pendeta. Bersekolah
dimulai dari umur 6-10 tahun, dimana pada usia tersebut seorang anak diwajibkan

pergi kesekolah dan belajar Toret (pentateuch). Pada usia 10-15 tahun anak belajar
mengenai Mishna (bagian pertama dari kitab Talmud). Pada usia ke 15 tahun,
anak mempelajari gemara (bagian kedua dari kitab Talmud) dengan suka rela.
B. Pengertian Pendidikan Islam
Agus Basri, dalam bukunya Pendidikan Islami sebagai Penggerak
Pembaharuan, mengatakan: bahwa pendidikan adalah “usaha mendorong dan
membantu seseorang mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri
sendiri, dari satu kualitas kepada kualitas lain yang lebih tinggi.”
Pendidikan Islami ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
diri pribadi, manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal
pikiran, kecerdasan, perasaan, dan pancaindera. Oleh karena itu, pendidikan
islami harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual,
intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik secara
individual maupun kelompok serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan
dan pencapaian kesempurnaan hidup.
Demikian dua rumusan pendidikan yang dapat mewakili sejumlah
rumusan para ahli, yang mengandung beberapa prinsip dasar pendidikan Islami,
diantaranya: pendidikan itu harus berbentuk usaha yang sistematis dan ditujukan
4


kepada pengembangan seluruh potensi anak didik dengan berbagai aspeknya, dan
tujuan akhirnya adalah kesempurnaan hidup.
C. Perkembangan Pendidikan Islami Masa Rasulullah SAW
1.

Pendidikan pada masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira

di Makkah pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat Alquran yang
artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan
(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat Alquran yang
artinya: Hai orang yang berkemul

(berselimut). Bangunlah,

peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu


lalu

berilah

bersihkanlah.

dan

perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh
Allah untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia,
sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam, kemudian kedua
wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan
diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya
dengan sembunyi-sembunyi. Lalu turunlah wahyu untuk

menyuruh


kepada

Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab
dengan terang-terangan.
Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan
dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap
melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan
Islam. Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi
Muhammad juga mengajarkan Al-Qur’an karena Alquran merupakan inti sari dan
sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
tauhid kepada umatnya.

5

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah
ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia
supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah
dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan

bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi: (a) pendidikan
keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan
mempersekutukan dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha
Pemurah. Oleh Karena itu, hendaklah dienyahkan berhala sejauh-jauhnya; (b)
pendidikan aqliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dan segumpal
darah dan kejadian alam semesta Allah akan mengajarkan demikian itu kepada
orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya, sedangkan mereka dahulu
belum mengetahuinya Pendidikan akhlak budi pekerti, Nabi Muhammad SAW m;
(3) mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran ajaran tauhid;
(4) pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian,
badan, dan tempat kediaman.
2.

Pendidikan Islam di Madinah
Hijrah dari Mekkah ke Madinah bukan sebenarnya berpindah dan

menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman Quraisy dari penduduk Mekkah
yang menghendaki perubahan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam
menghadapi tantangan lebih lanjut sehingga terbentuk masyarakat baru yang di
dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid dan warisan Ibrahim yang akan
disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.kenyataan lain yang
dihadapi adalah masyarakat muslim di Madinah tersebut tinggal bersama dengan
non muslim dan Yahudi. Dimana kaum Yahudi dan warga non muslim ini tidak
senang dengan keberadaan para muslim. Hal ini mengakibatkan ancaman bagi
kaum muslim yang sewaktu-waktu dapat diserang oleh kaum Yahudi dan non
muslim, karena kaum muslim ini masih lemah.
Melihat ancaman tersebut, beliau menyusun dan mengatur potensi yang
ada di lingkungannya untuk menghadapi ancaman tersebut. Jika pembinaan

6

pendidikan Islam di Mekkah menitikberatkan pada menanamkan nilai-nilai tauhid
ke dalam setiap jiwa individu, sedangkan pembinaan pendidikan Islam di
Madinah merupakan kelanjutan dari pembinaan di Mekkah, yaitu pendidikan di
bidang sosial dan politik yang dijiwai oleh tauhid, sehingga tingkah laku sosial
politiknya mencerminkan sinar tauhid.
Wahyu turun secara beruntun selama periode Madinah. Kebijakan Nabi
Muhammad SAW dalam mengajarkan al-Quran adalah anjuran untuk menghafal
dan menuliskan ayat al-Quran. Beliau sering mengadakan ulangan membaca alQuran dalam shalat, pidato, pelajaran, dan kegiatan lainnya. Penulis al-Quran
antara lain adalah Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Sabit dan Muawiyah.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama
kaum muslim pada masa itu selalu dalam bimbingan dan petunjuk langsung dari
Allah SWT:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan
politik
Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad SAW
pindah menempati ruangan yang disediakan untuknya. Demikian pula dengan
kaum Muhajirin yang miskin , mereka dikenal dengan sebutan ahli suffah.
Masjid tersebut merupakan pusat kegiatan Nabi Muhammad bersama kaum
muslim untuk membina masyarakat baru, yang disinari oleh tauhid dan
mencerminkan kesatuan dan kesatuan umat. Masjid ini merupakan tempat
pendidikan dan pengajaran, kegiatan tersebut berupa tempat beliau melakukan
musyawarah, sholat berjamaah, membaca al-Quran yang baru atau sudah
diturunkan. Pembinaan ini menimbulkan solidaritas sosial yang semakin tinggi.
Nabi Muhammad SAW berusaha untuk membawa umatnya kedalam kehidupan
yang mandiri sehingga dapat menjadi masyarakat yang diakui secara politik
serta memiliki kekuatan politik. Dalam rangka pembinaan kesatuan politik,
Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah
yang berarti kaum muslimin telah mendapat pengakuan dari kaum Yahudi yang
merupakan kaum yang sudah ada dan berpengaruh di Madinah. Pendidikan
sosial politik ini berlangsung atas bimbingan wahyu Allah, dan wahyu ini turun

7

dalam rangka memberikan keputusan dan mengambil kebijakan untuk
membina umat dan masyarakat islam.
b. Pendidikan sosial politik kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu
adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah.
Yang dalam praktiknya diperinci dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang
turun pada periode Madinah. Nabi Muhammad sebagai pendidik telah
memberikan contoh dan teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pendidikan sosial dan kewarganegaraan anatara lain: (a)
pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin, (b) pendidikan
kesejahteraan sosial, (c) pendidikan kesejahteraan kaum kerabat, dan (d)
pendidikan anak dalam Islam.
Anak merupakan bagian dalam keluarga yang berasal dari hubungan
cinta kasih yang murni antara suami-istri menurut ketentuan Allah. Ia
merupakan amanat dari Allah untuk dipelihara, dididik dan diajar agar
menjadi saleh. Anak merupakan keturunan dan generasi penerus yang akan
menerima dan mengembangkan budaya dari generasi sebelumnya, demikian
juga dalam Islam. Keturunan dalam Islam adalah pewaris ajaran Islam dan
menyebarkannya ke penjuru alam. Adapun garis besar materi pendidikan
anak dalam islam yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam surat Luqman ayat 13-19
yang isinya: (a) pendidikan tauhid, (b) pendidikan shalat, (c) pendidikan adab
sopan santun dalam

keluarga, (d) pendidikan adab sopan santun dalam

masyarakat (kehidupan sosial), (e) pendidikan kepribadian.
c. Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dan dakwah Islam
Setelah berlakunya Konstitusi Madinah, maka kaum muslimin
menjadi masyarakat yang berdaulat dibawah bimbingan Nabi Muhammad
SAW dan diakui oleh masyarakat sekelilingnya secara politik. Hal ini menjadi
landasan bagi beliau untuk menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umat
manusia. Pendidikan oleh Nabi Muhammad dilakukan secara bertahap mulai
dari keluarga dekatnya dengan cara sembunyi-sembunyi, kemudian berlanjut
ke sahabat karib dan lebih meluas lagi, tetapi masih terbatas dalam kalangan

8

keluaga dekat dan suku Quraisy saja. Keadaan tersebut berlangsung selama 3
tahun lebih sampai akhirnya turun perintah dari Allah untuk memberikan
pendidikan dan seruanya secara terbuka. Pokok-pokok pendidikan di Mekah
adalah tentang keagamaan, aqliyah dan ilmiah, akhlak, budi pekerti, dan
jasmani (kesehatan). Sementara pokok pendidikan di Madinah adalah
pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan politik,
pemdidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
3.

Masa Khulafa Al-Rasyidin (632-661 H/12-31 M)
Sistem pendidikan di masa ini dilakukan secara mandiri, tidak dikelola

oleh pemerintah. Sedangkan pusat pendidikan sendiri tidak hanya di Madinah
tetapi menyebar ke berbagai kota seperti kota Mekah dan Madinah (Hijaz), kota
Basrah dan Kufah (Iraq), kota Damsyik dan Palestina (Syam) dan kota Fistat
(Mesir). Materi pendidikan Islam untuk pendidikan dasar adalah; membaca dan
menulis, membaca dan menghafal al-Quran, cara wudhu, shalat, shaum dan lainlain. Ketika umar bin Khatab diangkat menjadi khalifah, ia menambahkan aga
anak-anak diajari: (a) berenang, (b) mengendarai unta, (c) memanah, dan (d)
membaca dan menghafal syair-syair yang mudan dan peribahasa. Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: (a) Al-Quran dan
tafsirnya, (b) hadist dan pengumpulannya, dan (c) Fiqih (Tasyri’). Pada masa ini
filsafat dan ilmu-ilmu yang dianggap duniawi belum dikenal, namun masih dalam
pengembangan wawasan keislaman yang lebih terfokus kepada pemahaman alQuran dan al-Hadist secara literal.
D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Yahudi
Bangsa Yahudi merupakan ras tunggal yang mempunyai pertumbuhan
yang berbeda dengan Bangsa Timur lain. Di dalam sejarah bangsa ini memberi
sumbangan besar terhadap bangsa Barat di dalam agama dan pendidikan sosial.
Sebab bangsa ini telah mempunyai pikiran mendalam di dalam praktek dan teori.
Jadi teori dan praktek pendidikan dikuasai oleh Teokratis. Sifat yang Teokratis ini
sangat mendalam ketika diusir bangsa Mesir dan menerima ajaran Musa. Dalam
ajarannya, Tuhan adalah suatu perasaan yang hidup. Dan karena adanya perasaan
keagungan inilah bangsa Yahudi merasa sebagai bangsa yang terpilih oleh Tuhan.
Bangsa Yahudi ini, berbuat suci untuk Tuhan dan ini merupakan pekerjaan sehari-

9

hari bagi mereka. Salah satu kutipan dapat diambil dalam buku abad ke-4 SM
berjudul Esclesiastes dilukiskan, bahwa orang harus selalu ingat penciptanya
sebelum hari-hari itu datang, apabila orang ini mengalami kesukaran hendaknya
orang itu selalu ingat kepada Tuhan: ”Takutilah Tuhan” Tuhan akan membawa
persoalan kepada pertimbangan yang baik.
Pada waktu mereka memegang peranan di dalam masyarakat ternyata
peradaban bangsa Yahudi mulai maju. Kemajuan ini meliputi di dalam politik,
ekonomi, sehingga dapat dikatakan bangsa Yahudi tumbuh sebagai hal yang baru.
Di samping bangsa-bangsa yang lain lebih maju, bangsa Yahudi tidak takut akan
jatuh peradabannya, sebab ternyata sekali di Judia dan di Israel terdapat ahli-ahli
pikir yang kreatif. Meskipun ada pergolakan-pergolakan pembaruan tak dapat
berubah. Mereka berusaha untuk menuliskan kepercayaan terhadap masa-masa
yang lampau. Diperlihatan kepada bangsanya, cita-cita yang baru dan konsepsi
yang baru mengenai keadilan Tuhan. Tuhan adalah pangkal keadilan, Tuhan
adalah kerajaan, Tuhan kecintaan, dan Tuhan seluruh dunia.
Tentu saja di dalam menjalankan usaha-usaha ia harus mempunyai
keberanian menanggung resiko yang besar. Usaha-usaha yang baru ini merupakan
tujuan yang baru di dalam usaha pendidikan mereka. Dikehendaki adanya makin
mendalamnya paham agama dengan semangat yang menyala-nyala dan
diusahakan adanya pengetahuan-pengetahuan yang lebih baik. Usaha ini
meskipun sering mengalami kesukaran- kesukaran tetapi untuk masa yang akan
datang kelihatan bahwa usaha- usahanya sangat kreatif.
Oleh karena itu kesadaran yanga paling tinggi dan paling baik adalah
latihan moral. Hal ini dipraktekkan dalam semua bentuk persaudaraan dan
kesemuanya ini ditujukan kepada kesejahteraan umum. Tiap orang dipandang
sama dihadapan Tuhan. Ini dibuktikan dalam seremoni/sakramen-sakramen tidak
rahasia disimpan untuk kelas yang lain. Yang terang bahwa bangsa Yahudi tidak
hanya menginsafi teori-teori saja, tetapi juga dibuktikan di dalam praktek. Jadi
pendidikan ini bersifat universal secara hakiki dipertimbangkan pada tiap orang.
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada masa Dinasti Ummayah
dan Dinasti Abbasiyah

10

Perkembangan Ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Ummayah
yaitu salah satu aspek dari kebudayaan adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dalam daerah kekuasaannya terdapat kota-kota pusat kebudayaan
seperti:

Yunani,

Iskandariyah,

Antiokia,

Harran,

Yande

Sahpur,

yang

dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan beragama Yahudi, Nasrani dari Zoroaster.
Pada masa Khalid bin Yazid, Cucu Muawiyyah, sangat tertarik pada Ilmu
Kimia dan Ilmu Kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memrintahkan
para Sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia
dan kedokteran kedalam bahasa Arab. Usaha ini menjadi terjemahan pertama
dalam sejarah. Pada masa Khalifah Umar, pada saat itu banyak menghasilkan
Ulama-ulama ahli Ilmu dan menjurus sesuai lingkungan yang mereka tinggal. Dan
selain itu berubah dari system hafalan menjadi sitem tulisan menurut aturan ilmu
pengetahuan yang berlaku.
Pada pendukung Ilmu tidak lagi dari bangsa Arab asli tetapi didukung pula
oleh golongan non Arab. Dan justru dari golongan ini pula yang mengubah sitem
Ilmu Pengetahuan ini. Dan telaahnya sudah meluas sehingga terjadi pembidangan
Ilmu Pengetahuan sebagai berikut: (a) Ilmu Pengetahuan Agama yaitu, segala
ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Hadit;, (b) Ilmu Pengetahuan bidang
Sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan
riwayat; (c) Ilmu Pengetahuan bidang Bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari
bahasa, nahwu, shorof; serta (d) Ilmu Pengetahuan bidang Filsafat yaitu, segala
ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantiq,
kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu lain yang berhubungan
dengan ilmu itu.
Dalam hal itu ilmu yang sudah dijelaskan pada penjelasan diatas tersebut
yaitu saling ada keterkaitan antara ilmu satu dengan yang lain, dimana dalam
bidang ilmu apapun pasti ada keterkaitan atau menimbulkan ilmu yang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah yaitu
banyak sekali bermunculan ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan Agama (ilmu
naqli) dan pengetahuan di bidang akal (ilmu naqli). Gerakan membangun ilmu
secara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far al-Mansur.Setelah itu
mendirikan kota Baghdad (144 H/ 762 M) dan menjadikannya sebagai ibukota

11

Negara. Pada masanya ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai
daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsang usaha pembukuan
ilmu agama, seperti fiqih, tafsir, tauhid, hadits, atau ilmu lain sperti ilmu bahasa
dan ilmu sejarah. Akan tetapi yang lebih mendapat perhatian adalah penerjemah
buku ilmu yang berasal dari luar.
1. Perkembangan Ilmu Naqli
Ilmu Naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Quran dan Hadits),
yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun
dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi, sehingga
menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Diantara Ilmu-Ilmu itu antara lain: (a)
Ilmu Tafsir, (b) Ilmu Hadits, (c) Ilmu Kalam, (d) Ilmu Tasawuf, (e) Ilmu
Bahasa, dan (f) Ilmu Fiqih.
2. Perkembangan Ilmu Aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Dalam
Islam, ilmu ini tergolong ilmu yang berasal dari terjemahan asing. Pada saat
islam menguasainya para ilmuwan tetap memelihari dan memanfaatkanya,
yang terutama pada masa daulah Abbasiyah. Karena Khalifah-khalifahnya
adalah pecinta ilmu, maka mereka melakukan asimilasi ilmu-ilmu itu dengan
agama Islam. Dan usaha yang pertama adalah penerjemahan, serta masukan
buah pikirannya dan tidak dapat dipisahkan. Maka ilmu pertama kali menarik
umat Islam dan Khalifahnya adalah ilmu kedokteran. Bidang ilmu yang
masuk dalam Ilmu Aqli yaitu: (a) Ilmu Kedokteran, (b) Ilmu Filsafat, (c) Ilmu
Optik, (d) Ilmu Astronomi, (e) Ilmu Hitung, (f) Ilmu Kimia, (g) Ilmu Tarikh,
dan (h) Geografi (Ilmu Bumi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui mengenai sejarah adanya bangsa
Yahudi dan Islam serta pendidikan dari kedua bangsa tersebut yang telah ada sejak
zaman kuno, dan masing-masing memiliki metode-metode serta isi yang berbeda
dari pendidikan yang diajarkan. Kemudian dari pendidikan itu, ilmu pengetahuan
terus berkembang dari waktu ke waktu yang mampu mencetak para ahli-ahli atau

12

ilmuwan seperti pada pembahasan pendidikan Islam, yang berjasa dan
memberikan pengaruh besar terhadap peradaban duniadan bagaimana tingginya
tingkat kecerdasan bangsa Yahudi yang merupakan pengaruh dari pendidikan
yang telah diajarkan secara turun temurun hingga saat ini.
B. Saran
Mengingat majunya pendidikan pada bangsa Yahudi dan Islam, maka
dapat dijadikan rujukan untuk memajukan pendidikan yang ada di Indonesia yang
hingga saat ini masih perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di Indonesia apalagi mayoritas masyarakat Indonesia beragama
Islam, dimana agama Islam sangat mewajibkan umatnya untuk terus belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Agung leo S & Suparman T. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Aminah, N. 2015. Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin, (Online),
(http://www.google.co.id/url?
q=http://journal.uingsd.ac.id/index.php/jurnaltarbiya/article/download/136/pdf&sa=U&ved=0ahUKEwjkwNeP66zPA
h)VC0WMKHW4xBpcQFggMMAA&usg=AFQjCNFa_ab7lvrGQopLL1
AeCgW3y-7RiQ), diakses 21 September 2016.
Engku, I & Siti, Z. 2014. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Meita, N. 2012. Konsep Pendidikan Israel dan Persia Kuno, (Online),
(http://meitanun.blogspot.co.id/2012/10/konsep-pendidikan-israel-danpersia-kuno.html), diakses 25 September 2016.
Noor, Y. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta: Penerbit
Ombak
Sunanto, M. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana
Tofwandi, F. 2009. [syiar-islam] Mengapa orang yahudi bisa pintar(Sabili Edisi
No. 16 Th XVI 26 Februari 2009/1 Rabiul Awal 1430H), (Online),
(http://www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg
06208.html), diakses 25 September 2016

13