Analisa Unsur Hara Boron Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

(1)

ANALISA UNSUR HARA BORON PADA DAUN KELAPA SAWIT

DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

MEDAN

KARYA ILMIAH

ANY ATHYQA

062401055

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISA UNSUR HARA BORON PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ANY ATHYQA 062401055

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA UNSUR HARA BORON PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ANY ATHYQA

Nim : 062401055

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di

Medan, April 2009 Diketahui / Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing


(4)

PERNYATAAN

ANALISA UNSUR HARA BORON PADA DAUN KELAPA SAWIT

DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2009

Any Athyqa 062401055


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan fikiran bagi penulis, serta shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program D3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan judul ANALISA UNSUR HARA BORON PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI .

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi – tingginya kepada kedua orang tua penulis yaitu Alm. Amrin Usrah B.Sc dan Alm. Yulidar Tanjung, kepada Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia, Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku dosen pembimbing, Bapak Drs.Eka Nuryanto, M.Si. selaku pembimbing di PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT, Iyos dan Elok sebagai pengganti orang tua penulis yang telah bersusah payah dan tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan penulis, juga kakak, adik dan keluarga, serta Buchory.M yang telah memberikan dukungan serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, sahabat serta rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis angkatan 2006 yang telah memberikan


(6)

laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini berguna bagi para pembaca dan penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun menuju yang lebih baik.

Medan, April 2009

Penulis


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa unsur hara boron yang terdapat dalam daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Analisa boron dilakukan dimulai dengan membersihkan contoh daun kering dan menghaluskannya, kemudian didestruksi, setelah itu ditambah dengan larutan penyangga dan larutan azomethine – H 0,02N hingga dilakukan penetapan kadar boron dengan alat spektrofotometer uv – visible pada panjang gelombang 430 nm. Dari hasil analisa kadar boron yang diperoleh adalah 18 – 19 ppm.


(8)

ANALYSIS BORON (B) IN PALM LEAVES METHODE WET DESTRUCTION

WITH SPECTROFOTOMETRY

AT PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

ABSTRACT

An analysis of boron in palm leaves had been conducted at Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. The analysis of Boron begin with cleaned up dry leave sample and blended, then in destruction, after that mixed with acetic buffer, and azomethine- H 0,02 N and concentration of boron determined by spectrophotometer uv – visible in wave length 430 nm. Based on analysis result, concentration of boron is 18 – 19 ppm.


(9)

DAFTAR ISI

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

DaftarIsi vi

DaftarTabel viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.LatarBelakang 1

1.2.Permasalahan 3

1.3.Tujuan 3

1.4.Manfaat 3

BAB II TINJAUANPUSTAKA 4

2.1.TanamanKelapaSawit 4

2.2.DaunKelapaSawit 4

2.3.MorfologiDaunKelapaSawit 5


(10)

2.4.2. Hal-halPentingDalamPengambilanContohDaunKelapaSawit 7

2.5.Unsur–UnsurHaraYangdiButuhkanKelapaSawit 8

2.6.UnsurHaraBoron 8

2.6.1.PerananUnsurHaraBoron 9

2.6.2.GejalaDefisiensiUnsurHaraBoron 12

2.7.MetodeSpektrofotometri 13

2.7.1.CaraKerjaSpektrofotometer 14

2.7.2.GangguanSpektrofotometer 15

2.7.3.Spektrofotometriuv–visible 15

BAB III BAHANDANMETODE 17

3.1.Alat 17

3.2.Bahan 18

3.3.PersiapanContohDaunKelapaSawit 18

3.3.1.MembersihkanContohDaunKelapaSawit 18

3.3.2.MengeringkandanMenggilingContohDaunKelapaSawit 19

3.4.ProsedurPenetapanKadarBoronPadaDaunKelapaSawit 19

BAB IV HASILDANPEMBAHASAN 20

4.1.Hasil 20


(11)

4.2.1.PenentuanPersamaanGarisRegresi 21

4.2.2.MenghitungKonsentrasiSampel 23

4.2.3.MenghitungKadarBoronDaunKelapaSawit 23

4.3.Pembahasan 25

BAB V KESIMPULANDANSARAN 27

5.1.Kesimpulan 27

5.2.Saran 27 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Absorbansi Larutan Seri Standar Boron (B) 20 Tabel 4.2. Kadar Boron (B) Daun Kelapa Sawit 20 Tabel 4.3. Penentuan Persamaan Garis Regresi 21


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersisip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua,jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Serta kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10 - 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka


(14)

produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11 m2. Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun,

yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Pada tanaman yang normal dapat dipilih 2 set spiral berselang 8 daun yang mengarah ke kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri.

Arah duduk daun sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat pengambilan contoh daun. Disamping itu, duduk daun juga berguna untuk menentukan jumlah daun yang harus tetap di bawah buah terendah yang disebut songgoh.

Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar kelapa sawit.

Kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. Dimana kegunaan boron dalam tanaman antara lain, berperan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel, serta perkecambahan serbuk sari. Oleh karena itu dalam hal ini penulis tertarik dalam analisa unsur hara boron pada daun kelapa sawit secara spektrofotometri.


(15)

1.2. Permasalahan

Apakah kandungan boron pada daun kelapa sawit yang diperoleh sesuai dengan nilai optimum kadar boron yang telah ditetapkan untuk daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

1.3.Tujuan

Tujuan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk menganalisa kadar boron dalam daun kelapa sawit dengan menggunakan Spektrofotometer uv - visible.

2. Untuk mengetahui apakah kadar boron dalam daun kelapa sawit memenuhi nilai optimum yang telah ditetapkan perusahaan.

1.4. Manfaat

Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas kelapa sawit di Indonesia dengan mengoptimumkan kadar boron pada tanaman.

2. Untuk memberikan informasi pada pembaca bahwa kandungan unsur hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya.

3. Untuk


(16)

antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman

kelapa sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha (Tim Penulis PS, 2007).


(17)

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majermuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun – daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 m. jumlah anak daun di setiappelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Tim Penulis PS,2007).

2.3. Morfologi Daun Kelapa Sawit

Pengetahuan tentang daun kelapa sawit dan perkembangannya sangat penting bagi staf perkebunan. Pada daun itulah, terletak “pabrik” yang sebenarnya bagi produksi MKS dan IKS.

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :

Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).

Rachis yang mempunyai tempat anak daun melekat.

Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.


(18)

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun, karena daun berkembang terus – menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut – serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk barisan duri (spine) sepanjang tepi – tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut tersebut (Pahan.I.,2006).

2.4. Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya hubunagan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar kelapa sawit.

Dengan demikian kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya.Cara pengambilan contoh daun di lapangan sangat mempengaruhi hasil analisis di laboratorium (Warta PPKS, 2007).

2.4.1. Cara Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

Didasarkan pada warta PPKS (2007), cara pengambilan contoh daun kelapa sawit ialah :

1. Pemotongan


(19)

2. Pengambilan helai daun pada titik ujung permukaan datar dari permukaan atas pelepah. Helai daun yang diambil adalah 3 (tiga) helai pada bagian sebelah kanan dan 3 (tiga) helai pada bagian sebelah kiri (helai daun 1 s/d 6).

3. Pemotongan helai

anak daun menjadi tiga bagian dan sebagai contoh daun yang dikirim ke laboratorium diambil bagian tengah.

4. Pembersihan

bagian helai daun dari debu, jamur, dan lain – lain dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan akuades.

5. Pemisahan lidi

dengan daun, selanjutnya bagian helai daun saja yang digunakan.

6. Helai – helai

daun dari satu Kesatuan Contoh Daun (KCD) dijadikan satu contoh. Kemudian contoh daun tersebut dimasukkan kedalam amplop berlubang.

7. Pemberian label

pada setiap amplop yang berisi contoh daun. Label berisi informasi yang meliputi: Nama Kebun, Afdeling, No. KCD, Tahun Tanam, No. Blok, Luas KCD, Tanggal Pengambilan, dan Petugas.

8. Contoh daun

yang telah selesai dipersiapkan (dalam amplop berlubang) disarankan dikeringkan pada hari yang sama dengan menggunakan


(20)

menghindari timbulnya jamur akibat kondisi contoh daun yang lembab.

9. Contoh daun yang telah kering dikirim ke laboratorium dan tetap dalam amplop berlubang.

2.4.2. Hal – Hal Penting Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit Kondisi dan waktu pengambilan contoh daun sangat penting karena akan berkaitan dengn kandungan unsure hara daun. Pengambilan contoh daun tidak disarankan pada pagi – tengah hari jam 07.00 – 13.00 WIB. Pengambilan contoh daun tidak disarankan pada sore hari, waktu hujan, dan musim kemarau

panjang serta dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan terakhir. (Warta PPKS, 2007)

2.5. Unsur – Unsur Hara Yang di Butuhkan Kelapa Sawit

Unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas dua kelompok, yaitu unsur – unsur makro dan mikro. Alasan pembagian ini sederhana, yaitu : unsur makro adalah yang dibutuhkan dalam jumlah besar, dan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Tetapi dalam praktek di makro, dalam pertanian modern ditambahkan dalam bentuk pupuk, sedangkan unsur – unsur mikro umumnya dicukupi oleh tanah sendiri. Unsur mikro hanya diberikan dalam bentuk pupuk bila analisis tanah menunjukkan adanya kekahatan (defisiensi), atau bila tanaman menunjukkan gejala – gejala defisiensi.


(21)

Unsur – unsur yang tergolong unsur makro adalah nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang (S), dan Natrium (Na), sedangkan unsur mikro adalah klor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), dan Boron (B).

2.6. Unsur hara Boron

Tanaman terdiri dari dua unsur yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro terbagi atas makro primer dan makro sekunder. Makro primer mengandung satu jenis unsur saja yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,contohnya N, P, dan K. Dimana boron digolongkan pada unsur hara mikro.

Boron adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang B dan nomor atom 5. Elemen metalloid trivalent, boron banyak terdapat di batu borax. Ada dua alotrop boron; boron amorfus adalah serbuk coklat, tetapi boron metalik berwarna hitam. Bentuk metaliknya keras (9,3 dalam skala Moh) dan konduktor yang buruk dalam suhu ruangan. Tidak pernah ditemukan bebas dalam alam.

Boron merupakan unsur yang kurang elektron, dan mempunyai p-orbital yang kosong. Ia bersifat elektrofilik, sebagian boron sering bersifat asam lewis, yaitu dapat terikat dengan bahan kaya electron untuk memenuhi kecenderungan boron untuk mendapatkan elektron. Ciri – ciri optik unsur ini termasuk penghantaran cahaya inframerah. Pada suhu rendah boron adalah penghantar listrik yang tidak baik tetapi merupakan penghantar listrik yang


(22)

bahan sekeras berlian. Boron juga sama seperti karbon yaitu kemampuannya untuk membentuk rangkaian molekul ikatan kovalen yang stabil (http://ms.wikipedia.org/wiki/boron)

2.6.1. Peranan Unsur Hara Boron

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borax (H2BO3) Dan kadarnya berkisar antara 7 – 80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5 % dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terserap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al 3+ dan Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3% - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metamorphosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2)), kolamit mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).

Walaupun unsur boron hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya,tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti pada bagian daun, terutama daun – daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat – setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi – tepinya. Jaringan – jaringan daun mati. Daun – daun yang baru yang masih kecil dapat


(23)

berkembang, sehingga pertumbuhan selanjutnya kerdil. Kuncup – kuncup yang mati berwarna hitam atau coklat.

Fungsi boron dalam tanaman antara lain, berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Disamping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejala defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar),mati pucuk (die back), mobilitas rendah, mudah terserang penyakit

Selain itu peranan unsur hara boron ialah merismatik tanaman, sintesa gulan dan karbohidrat, metabolism asam nuk;eat dan protein. Kekurangan boron menyebabkan ujung daun tidak normal,rapuh dan berwarna hijau gelap,daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata. Penyebab defisiensi boron : rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca. upaya : Aplikasi 0,1 – 0,2 kg/pohon /tahun pada pangkal batang. Pelepah memendek, malformasi anak daun, daun mengkerut sumatera.blogspot.com/2008/08/peranan_unsurhara_Pada_tanah.html).

Boron dibutuhkan oleh tanaman, tetapi belum ditujukan adanya kebutuhan pada hewan. Suatu pengaruh mutu nutrisi dari penggunaan pupuk B, atau dari variasi tingkat B tersedia dalam tanah,bersifat tidak langsung. Boron yang ditambahkan pada tanah dengan kandungan B rendah memungkinkan tanaman tumbuh dengan normal dan mensintesisi senyawa – senyawa organik yang penting bagi nutrisi manusia atau hewan. Meningkatnya


(24)

translikasi karotena dari bagian atas dalam tanaman dengan kandungan B cukup. Pengaruh lain dari B pada konsentrasi karotena telah dicatat dalam hijauan makanan ternak dimana penggunaan pupuk B memperbaiki klorosis pada daun.

Natrium tetraborat merupakan sumber pupuk B utama. Tingkat hidrasi diantara bahan – bahan yang tersedia menghasilkan konsentrasi B yang berkisar dari 11 sampai 20%. Bentuk yang paling pekat terutama dirancang untuk semprotan daun. Boron dapat diberikan pada tanah maupun pada daun untuk mengoreksi kekahatan. Beberapa aplikasi daun dengan takaran rendah lebih efektif daripada suatu aplikasi tunggal dengan takaran yang lebih tinggi. Hal ini telah ditunjukk an dengan tanaman – tanaman lainnya dan tampaknya disebabkan oleh ketidakmobilan B dalam jaringan daun (Engelstad,1997).

2.6.2. Gejala Defisiensi Unsur Hara Boron

Bila tanaman kekurangan unsur hara boron maka, dinding sel yang terbentuk sangat tipis, sel menjadi besar yang diikuti dengan penebalan suberin atau terbentuk ruang – ruang reksigen karena sel menjadi retak dan pecah akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel. Pertumbuhan vegetatif akan terhambat karena Boron berfungsi sebagai aktifator maupun inaktifator hormone auksin dalam pembelahan dan pembesaran sel. Laju proses fotosintesis akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk didaun (http;//www.tanindo.com/hal2701.html).


(25)

Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh pada kuncup – kuncup dipucuk – pucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga pertumbuhan dalam meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya kelainan – kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh. Pengangkutan makanan pun akan terganggu pula. Selain itu pembentukan tepung sarinya akan jelek (Mulyani dan Kartasapoetra, 1987).

Menurut Tim Penulis PS (2007), gejala defisiensi unsur hara boron pada tanaman kelapa sawit adalah :

1. Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok 2. Ujung pelepah melingkar dan membuka

3. Daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut

4. Kuncup daun muda sulit membuka Dan pelayuannya cepat.

2.7. Metode Spektrofotometri

Tidak diragukan metode inilah yang paling tepat untuk menetapkan antara lain konsentrasi zat – zat dalam larutan, tetapi instrumen itu mau tidak mau akan lebih mahal. Suatu spektrofotometer dapat dianggap sebagai suatu fotometer fotolistrik yang diperhalus yang memungkinkan penggunaan pita – pita cahaya yang sinambung variabelnya dan lebih mendekati monokromatik. Bagian – bagian penting spektrofotometer adalah :

a. Suatu sumber energi cahaya

b. Sebuah monokromator,yakni suatu peranti untuk memencilkan cahaya monokromatik, atau lebih tepat, pita – pita sempit energy cahaya dari


(26)

c. Sel / kuvet kaca atau silica untuk pelarut dan larutan yang diuji.

d. Sebuah peranti untuk menerima atau mengukur berkas atau berkas – berkas energi cahaya yang melewati pelarut dan larutan (Vogel,1994). Pada metode spektrofotometri, sampel menyerap radiasi (pemancaran) elektromagnetis, yang pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat. Larutan tembaga misalnya berwarna biru karena larutan tersebut menyerap warna komplementer, yaitu kuning. Semakin banyak molekul tembaga per satuan volume, semakin banyak cahaya kuning diserap, dan semakin tua warna biru larutannya. Spektrometri memanfaatkan peristiwa ini. Sebetulnya, semua larutan kecuali yang tidak berwarna, menyerap sinar cahaya dengan panjang gelombang yang tertentu (Alaerts,1987).

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar,2003).

2.7.1. Cara Kerja Spektrofotometer

Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalkan blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan di analisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 650 nm – 1100 nm agar daerah panjang gelombang yang


(27)

diperlukan dapat terliput. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “ nol ” galvanometer dengan menggunakan tombol dark – current. Pilih yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Khopkar,2003).

2.7.2. Gangguan Spektrofotometer

Sidik jari, kotoran padat yang telah kering yang menempel pada dinding sel dapat mengganggu penembusan sinar, juga gelembung udara dan lemak. Sel kadang – kadang harus dibersihkan dengan asam yang pekat (teknis), misalnya HCl, atau detergen (sabun), kemudian dibilas dengan air suling. Tempat pemegang sel juga harus bersih (Mulja, 1995).

2.7.3. Spektrofotometri uv – visible

Spektrofotometri uv – visible adalah anggota teknik anlisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190 – 380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Radiasi ultraviolet jauh (100 – 190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorbsi oleh udara. Ada kalanya spektrofotometer


(28)

panjang gelombang 190 – 1100 nm. Hal ini perlu diperhatikan lebih seksama sebab di atas panjang gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran di atas panjang gelombang 780 nm harus dipakai detektor dengan kualitas terhadap radiasi infra merah (Mulja, 1995)

Spektrofotometer uv – visible dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain : a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi

pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.

b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis c. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis (Mulja, 1995).


(29)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1.Alat

1. Timbangan analitik Mettler Toledo

2. Spatula 3. Labu kaca

4. Oven pengering Gallenhamp

5. Desikator

6. Pipet volume Pyrex

7. Gelas beaker 250 ml Pyrex

8. Kertas saring whatman No. 42 9. Bola karet

10.Mikropipet 11.Botol akuades


(30)

14.Corong plastik 15.Batang pengaduk

16.Mesin giling listrik daun Bra Blender 17.Spektrofotometer uv – visible Perkin Elmer

3.2.Bahan

1) HNO3 pekat (65%) p.a 2) HClO4 pekat (60%) p.a 3) Akuades

4) Larutan sangga

Larutkan 100 g NH4-asetat,10 g EDTA-4Na dan nitrilotriaceticacid (NTA) dengan 160 ml akuades dalam botol plastik. Ditambahkan perlahan 50 ml asam asetat glasial dan diaduk hingga homogen. 5) Azomethine – H

Larutkan 0,25 g azomethine – H dan 1 g asam askorbat dengan sekitar 25 ml air akuades dalam gelas beaker 100 ml. Larutan azomethine – H ini dibuat sesaat akan melakukan pengukuran B dengan spektrofotometer uv – visible.

3.3.Persiapan Contoh Daun Kering


(31)

Contoh yang diterima di laboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi nomor laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air destilasi. Bagian tulang yang kasar dibuang dengan gunting. Begitu juga dengan bagian pinggir daun terutama daun yang agak lebar digunting dan dibuang. Kemudian contoh daun dimasukkan kedalam kain kelambu ukuran 15 x 30 cm dan disertai label nomor laboratorium.

3.3.2.Mengeringkan dan Menggiling Contoh Daun Kelapa Sawit

Contoh daun yang sudah bersih di dalam kantongan kelambu dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 60oC terus - menerus sampai contoh daun menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan. Contoh daun kering digiling dengan mesin giling listrik menggunakan saringan kehalusan < 1 mm. Contoh daun yang sudah halus dimasukkan kedalam mangkuk plastic pakai tutup disertakan label nomor contoh dan siap untuk dianalisa.

3.4.Prosedur Penetapan Kadar Boron Pada Daun Kelapa Sawit

1. Ditimbang 1 g contoh daun kelapa sawit ke dalam labu kaca, ditambahkan dengan 5 ml HNO3 p.a dan 0,5 ml HClO4 p.a kemudian dibiarkan selama 1 malam diruangan asam.


(32)

ditingkatkan lagi menjadi 200oC.Destruksi selesai setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih 0,5 ml. Tabung diangkat dan dibiarkan dingin, ekstrak diencerkan dengan akuades hingga volume tepat 50 ml dan kocok ekstrak hingga homogen.

3. Pipet masing-masing 4 ml ekstrak contoh dan deret standar boron kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml larutan sangga dan kocok. Kemudian tambahkan 1 ml azomethine – H, kocok dan biarkan selama 1 jam. Boron dalam larutan diukur dengan alat spektrofotoneter pada panjang gelombang 430 nm.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Data pengukuran absorbansi dari larutan seri standar boron (B) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Absorbansi Larutan Seri Standar Boron Larutan Seri

Standar Boron (ppm)

Absorbansi (A)

0 0

1 0.445

2 0.862

4 1.642

maks : 430 nm

Tabel 4.2. Kadar Boron (B) daun kelapa sawit


(33)

contoh daun 105oC (gram)

Sampel (ppm) Boron

(ppm)

564 1 2.241 4.956 4,673

565 1 2.231 4.930 4,650

566 1 2.232 4.933 4,653

4.2.Perhitungan

4.2.1.Penentuan Persamaan Garis Regresi

Hasil perhitungan absorbansi dari suatu larutan seri standar boron diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear (lampiran 1, kurva 1). Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

Tabel 4.3. Penentuan persamaan Garis Regreasi

No. Xi (C) Yi (A) (Xi - X) (Xi – X)2 (Yi – Y) (Yi – Y)2 (Xi – X)(Yi – Y)

1. 0 0 -175 3,0625 -0,737 0,5432 1,2897

2. 1 0,445 -0,75 0,5625 -0,292 0,0853 0,2190

3. 2 0,862 0,25 0,0625 0,125 0,0156 0,3125

4. 4 1,642 2,25 5,0625 0,905 0,8190 2,0363

7 2,949 0 8,75 0,001 1,4631 3,8575

Dimana,


(34)

X =

=

= 1,75

Harga Y rata – rata ialah

Y =

=

= 0,737

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis Y = aX + b, dimana a = slope, b = intercept.

Selanjutnya harga (a) = slope dapat ditentukan dengan metode Least Square sebagai berikut :

a =

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel sebelumnya kepada persamaan ini, akan diperoleh :


(35)

a =

=

0, 441

maka harga yang diperoleh melalui : Y = aX + b

b = Y – aX

= 0,737 – 0,441 (1,75) = -0,035

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh ialah : Y = 0,441X +(-0,035)

4.2.2. Menghitung Konsentrasi Sampel Untuk No lab 564

Y = aX + b

2,026 = 0,441X + (-0,035) X = 4,673 ppm


(36)

2,016 = 0,441X + (-0,035) X = 4,650 ppm

Untuk No lab 566 Y = aX + b

2,017 = 0,441X + (-0,035) X = 4,653 ppm

4.2.3. Menghitung Kadar Boron Daun Kelapa Sawit Untuk No Lab 564

Kadar Boron (ppm) = ppm kurva x ml Ekstrak 1000 ml-1 x 1000 g (g Contoh)-1 x fk = 4,673 x 4 . 1000-1 x 1000 . 1 x 1

= 18,692 ppm

Untuk No Lab 565

Kadar Boron (ppm) = ppm kurva x ml Ekstrak 1000 ml-1 x 1000 g (g contoh)-1 x fk = 4,650 x 4 . 1000-1 x 1000 . 1 x 1

= 18,600 ppm Untuk No Lab 566

Kadar Boron (ppm) = ppm kurva x ml Ekstrak 1000 ml-1 x 1000 g (g contoh)-1 x fk = 4,653 x 4 . 1000-1 x 1000 . 1 x 1


(37)

= 18,612 ppm

4.3. Pembahasan

Tujuan utama pengambilan contoh daun untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Dengan demikian kandungan unsur hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya.


(38)

Dari hasil analisa daun kelapa sawit dengan spektrofotometri uv – visible di laboratorium diperoleh kadar Boron untuk No Lab 564 sebesar 18,692; untuk No Lab 565 sebesar 18,600; dan untuk No Lab 566 sebesar 18,612. Jadi, kadar Boron yang diperoleh yaitu antara 18 – 19 ppm. Dibandingkan dengan nilai tarif krisis yaitu antara 15 – 25 ppm, maka akan dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut memiliki kandungan unsur hara boron yang cukup. Sehingga petani tidak perlu menggunakan pupuk yang dapat meningkatkan unsur hara boron tersebut. Unsur hara boron merupakan unsur mikro pada tanaman. Fungsi utama boron antara lain berperan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensial sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari.

Jika tanaman kelapa sawit kekurangan unsur boron maka akan menyebabkan beberapa gejala yaitu tajuk mengeriting atau membelok, ujung pelepah melingkar dan membuka, daun yang baru muncul bentuknya kerdil Dan berkerut, serta kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat.

Unsur boron mempunyai dua fungsi fisiologis utama yaitu dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah dan boron juga memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal inilah yang mempengaruhi produksi tandan buah segar kelapa sawit.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Kadar boron dalam daun kelapa sawit yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium dengan spektrofotometri uv – visible adalah berkisar antara


(40)

• Kadar boron daun kelapa sawit dari hasil analisa di laboratorium sudah memenuhi nilai optimum yang ditetapkan yaitu antara 15 – 25 ppm.

5.2. Saran

Diharapkan untuk melakukan analisa terhadap unsur hara lainnya seperti N, P, K, Mg, Ca, S, Cl, Cu, dan Zn. Sehingga defisiensi pada tanaman kelapa sawit dapat dihindarkan, dan pengaruh yang di hasilkan nantinya juga baik terhadap tandan buah segar kelapa sawit.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., 1987, Metoda Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Engelstad,O.P., 1997, Teknologi Dan Penggunaan pupuk, Edisi Ke – 3, UGM- Press, Yogyakarta.

html

Khopkar, S. M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI – Press, Jakarta. Mulja, M, dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya.

Mulyani, M, dan Kartasapoetra, A.G., 1987, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Pahan, I., 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya,Jakarta. Tim penulis, PS., 2007, Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah

Analisis Usaha Dan pemasaran, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Vogel, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi Ke-4, Penerbit Buku Kedokteran-EGC, Jakarta.


(42)

(43)

Table Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Unsur Boron (B) Larutan Seri Standar Boron (ppm) Absorbansi (A)

0 0

1 0.445

2 0.862

4 1.642

Grafik Kurva Seri Standar

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

0 1 2 3 4 5

Konsentrasi A b s o rb a n s i

Kurva 1. Absorbansi – Vs – Konsentrasi Larutan Seri Standar Boron (B)

Y = 0,441X + (-0,035) a = 0,441


(1)

Dari hasil analisa daun kelapa sawit dengan spektrofotometri uv – visible di laboratorium diperoleh kadar Boron untuk No Lab 564 sebesar 18,692; untuk No Lab 565 sebesar 18,600; dan untuk No Lab 566 sebesar 18,612. Jadi, kadar Boron yang diperoleh yaitu antara 18 – 19 ppm. Dibandingkan dengan nilai tarif krisis yaitu antara 15 – 25 ppm, maka akan dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut memiliki kandungan unsur hara boron yang cukup. Sehingga petani tidak perlu menggunakan pupuk yang dapat meningkatkan unsur hara boron tersebut. Unsur hara boron merupakan unsur mikro pada tanaman. Fungsi utama boron antara lain berperan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensial sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari.

Jika tanaman kelapa sawit kekurangan unsur boron maka akan menyebabkan beberapa gejala yaitu tajuk mengeriting atau membelok, ujung pelepah melingkar dan membuka, daun yang baru muncul bentuknya kerdil Dan berkerut, serta kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat.

Unsur boron mempunyai dua fungsi fisiologis utama yaitu dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah dan boron juga memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal inilah yang mempengaruhi produksi tandan buah segar kelapa sawit.


(2)

Any Athyqa : Analisa Unsur Hara Boron Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Kadar boron dalam daun kelapa sawit yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium dengan spektrofotometri uv – visible adalah berkisar antara 18 – 19 ppm.


(3)

• Kadar boron daun kelapa sawit dari hasil analisa di laboratorium sudah memenuhi nilai optimum yang ditetapkan yaitu antara 15 – 25 ppm.

5.2. Saran

Diharapkan untuk melakukan analisa terhadap unsur hara lainnya seperti N, P, K, Mg, Ca, S, Cl, Cu, dan Zn. Sehingga defisiensi pada tanaman kelapa sawit dapat dihindarkan, dan pengaruh yang di hasilkan nantinya juga baik terhadap tandan buah segar kelapa sawit.


(4)

Any Athyqa : Analisa Unsur Hara Boron Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., 1987, Metoda Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Engelstad,O.P., 1997, Teknologi Dan Penggunaan pupuk, Edisi Ke – 3, UGM- Press, Yogyakarta.

html

Khopkar, S. M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI – Press, Jakarta. Mulja, M, dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya.

Mulyani, M, dan Kartasapoetra, A.G., 1987, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Pahan, I., 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya,Jakarta. Tim penulis, PS., 2007, Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah

Analisis Usaha Dan pemasaran, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Vogel, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi Ke-4, Penerbit Buku Kedokteran-EGC, Jakarta.


(5)

(6)

Any Athyqa : Analisa Unsur Hara Boron Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2009.

Table Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Unsur Boron (B)

Larutan Seri Standar Boron (ppm)

Absorbansi (A)

0 0

1 0.445

2 0.862

4 1.642

Grafik Kurva Seri Standar

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

0 1 2 3 4 5

Konsentrasi A b s o rb a n s i

Kurva 1. Absorbansi – Vs – Konsentrasi Larutan Seri Standar Boron (B)

Y = 0,441X + (-0,035) a = 0,441