Pembuatan Teh Jeruju Distribusi nilai tambah produk

kerupuk jeruju yang dibuat dapat menghasilkan kerupuk jeruju sebanyak 13 bungkus. a b Gambar 10. a Penimbangan Kerupuk Jeruju b Perekatan Plastik dengan Mesin Rensener

b. Pembuatan Teh Jeruju

1. Pengambilan Daun Daun jeruju di ambil di sepanjang bantaran muara sungai di Desa Sei Nagalawan dengan cara mengambil bagian pucuk tanaman jeruju dengan menggunakan pisau. Biasanya dalam sekali produksi ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung mengambil daun jeruju sebanyak 4 kg dalam sekali produksi. Daun jeruju yang dipilih yaitu daun yang masih muda dan berwarna hijau cerah. Daun jeruju yang masih mudah dipilih karena kandungan getah yang sedikit. Gambar 11. Pengambilan Daun Jeruju di Sepanjang Bantaran Muara Sungai 2. Pemotongan Jeruju Daun jeruju yang telah diambil kemudian dibersihkan dari duri dan kemudian daun jeruju dicuci dan dipotong menjadi irisan tipis dengan menggunakan pisau dan gunting.Selain daun jeruju, daun pandan juga dibersihkan dan dipotong menjadi irisan tipis. Daun pandan dipakai untuk menambah aroma dari teh ketika disiram dengan air panas.Jumlah daun pandan yang dipakai yaitu sebanyak 100 g untuk 1kg daun jeruju basah. a b Gambar 12. a Pemotongan Daun Jeruju dan Daun Pandan b Pencucian Daun Jeruju 3. Penyangraian Teh Jeruju Daun Jeruju dan daun pandan yang telah dibersihkan, kemudian ditimbang sebanyak 100 g daun pandan untuk 1 kg daun jeruju basah. Daun yang telah ditimbang, kemudian daun jeruju dan pandan dicampur menjadi satu. Penyangraian merupakan proses yang memakan waktu lama yaitu ± 2 jam, dalam pembuatannya harus selalu disangrai agar teh kering merata dan tidak gosong. Penyangraian dilakukan di dalam wajan dengan menggunakan api sedang, setelah disangrai kemudian teh didiamkan sebentar dengan tujuan untuk mendinginkan teh. a b Gambar 13. a Penimbangan Daun Jeruju dan Pandan b Penyangraian Teh Jeruju 4. Pengemasan Daun jeruju yang telah disangraiakan berwarna cokelat kehitaman. Setelah itu teh jeruju ditimbang ukuran 30 g dan dibungkus dengan kemasan plastik kecil. Setelah itu teh dimasukkan ke dalam kotak kemasan dengan kertas kecil berisi keterangan manfaat dari teh jeruju. Kemasan yang digunakan dibuat menarik dengan konsep membeli teh jeruju berarti telah membantu dalam pelestarian hutan mangrove, sehingga dengan konsep tersebut dapat menarik konsumen untuk membeli.1 kg jeruju basah yang disangrai akan menghasilkan 300 g jeruju kering. Teh jeruju kering 300 g dapat menghasilkan 10 bungkus teh jeruju siap jual. a b Gambar 14. a Jeruju yang Dikemas Ukuran 300 g b Produk Teh Jeruju Secara sederhana, proses pengolahan bahan baku daun jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju dapat digambarkan melalui bagan alur pada Gambar 15 dan 16: a. Kerupuk Jeruju Gambar 15. Bagan Alur Proses Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Kerupuk Pengambilan daun Pemotongan daun jeruju Penghalusan daun dan bumbu Pengulenan adonan Penggorengan Pencetakan adonan Pengemasan b. Teh Jeruju Gambar 16. Bagan Alur Proses Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Teh Analisis Finansial Agroindustri Olahan Daun Jeruju Analisis finansial digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengolahan daun jeruju menjadi berbagai produk olahan yang dilakukan di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut analisis finansial yang telah dilakukan pada agroindustri pengolahan daun jeruju tersebut. Biaya Produksi dan Pendapatan Besarnya biaya produksi dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pengolahan daun jeruju. Perhitungan setiap item dan biaya yang dikeluarkan dalam produksi selama satu kali produksi dari Pengambilan daun Pemisahan daun dari duri Pemotongan daun jeruju dan pandan Penyangraian Pengemasan olahan daun jeruju dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah nilainya tergantung pada jumlah produksi kerupuk dan teh, seperti : biaya bahan baku daun jeruju, dan biaya bahan tambahan, gas, tepung terigu, bawang putih, ketumbar, garam, gula pasir, daun pandan, kemasantempat, transportasi serta upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlah nilainya tidak tergantung pada jumlah produksi dari kerupuk dan tehyaitu berupa biaya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan pemeliharaan peralatan dan bangunan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel dalam satu kali produksi. Penerimaan total diperoleh dari volume produksi dalam satu kali produksi dikalikan dengan harga jual. Sedangkan pendapatan total dihasilkan dari pengurangan penerimaan dengan biaya total produksi. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan dapat ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5.Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Kerupuk Jeruju Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Uraian Nilai Persentase Biaya Tetap Total Rp 69.135 25,9 Biaya Variabel Total Rp 197.800 74,1 Biaya Total Rp 266.935 100 VolumeBungkus 52 Harga RpBungkus 6.000 Penerimaan Rp 314.000 Pendapatan Rp 47.065 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk terutama dalam penggunaan bahan pendukung utama seperti minyak makan, tepung terigu, bawang putih, ketumbar, kemasan, tenaga kerja.transportasi, dan gas sebagai bahan bakarLampiran 1. Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi kerupuk jeruju adalah sebesar Rp 314.000,- per produksi, yang merupakan hasil penjualan kerupuk sebanyak 52 bungkus dengan harga Rp 6.000,- per bungkus dan minyak makan sisa sebanyak 2 liter dengan harga Rp 6.000,- per liter . Sedangkan besaranya pendapatan yang diperoleh dalam 52 bungkus daun jeruju setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp 266.935 ,- adalah sebesar Rp 47.065,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk layak untuk dilakukan. Tabel 6.Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Teh Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Uraian Nilai Persentase Biaya Tetap Total Rp 51.164 27,4 Biaya Variabel Total Rp 135.400 72,6 Biaya Total Rp 186.564 100 VolumeBungkus 40 Harga RpBungkus 10.000 Penerimaan Rp 400.000 Pendapatan Rp 213.436 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi Teh. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk melancarkan proses produksi pengolahan daun jeruju seperti tenaga kerja, kemasan, transportasi, dan gas sebagai bahan bakar Lampiran 2. Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi teh jeruju adalah sebesar Rp 400.000,- per produksi. Sedangkan besaranya pendapatan yang diperoleh dalam 40 bungkus teh jeruju setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp 186.564 ,- adalah sebesar Rp 213.436,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju menjadi teh jeruju layak untuk dilakukan. Untuk menghitung biaya tetap dibutuhkan biaya penyusutan alat depresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai dari aset harta perusahaan yang digunakan dalam operasi perusahaan. Depresiasi menunjukkan penurunan nilai harta perusahaan yang berwujud tangible assets, misalnya gedung dan mesin. Menurut Betrianis 2006 untuk menghitung biaya penyusutan peralatan mesin dapat digunakan rumus sebagai berikut: Depresiasi = Harga beli Umur pakai Adapun perhitungan biaya penyusutan peralatan produksi di Kelompok Tani Muara Tanjung dapat dilihat pada Lampiran 7. Analisis RC Ratio Nilai RC ratio merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dan dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha ditinjau dari proporsi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan terhadap penerimaan yang akan diperoleh. Nilai RC ratio pada usaha pengolahan kerupuk jeruju dapat ditunjukkan pada Tabel berikut. Tabel 7.Analisis RC Ratio Kerupuk Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Uraian Jumlah Rp Penerimaan 314.000 Biaya Produksi Total 266.935 RC Ratio 1.17 Pada Tabel 7 diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah sebesar 1.17. Hal tesebut menunjukkan bahwa usaha tersebut nilai RC rationya lebih dari satu sehingga usaha tersebut akan mencapai keuntungan. Oleh karena itu, usaha pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hal ini berarti dengan modal sebesar Rp 266.935 akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,17 kali jumlah modal Tabel 8.Analisis RC Ratio Teh Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Uraian Jumlah Rp Penerimaan 400.000 Biaya Produksi Total 186.564 RC Ratio 2.14 Pada Tabel 8 diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi total adalah sebesar 2,14. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut nilai RC rationya lebih dari satu sehingga usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan. Oleh karena itu, usaha pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hal ini berarti dengan modal sebesar Rp 186.564 akan diperoleh hasil penjualan sebesar 2,14 kali jumlah modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut nilai RC rationya lebih besar dari satu sehingga usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuswadi 2006 yang menyatakan bahwa apabila hasil revenue cost ratio diperoleh lebih besar daripada satu berarti usaha tersebut memperoleh keuntungan dan layak dilakukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianturi, et al. 2012 tentang kajian bentuk pengolahan dan analisis finansial buah api-api Avicennia officinalis L sebagai bahan makanan dan minuman di Kabupaten Deli Serdang dengan nilai RC Ratio keripik sebesar 1,25, nilai RC Ratio donat sebesar 1,5, nilai RC Ratio bolu sebesar 1,64, dan nilai RC Ratio dawet sebesar 4,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut nilai RC rationya lebih dari satu sehingga usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan. Berdasarkan nilai ini maka pendapatan yang diperoleh cukup besar dari pengolahan mangrove baik jeruju maupun buah api-api, hal ini dipengaruhi oleh modal yang relatif kecil tetapi harga jual yang cukup tinggi. Namun, jika dilihat dari keberlanjutan industri pengolahan daun jeruju dan api-api. Pengolahan daun jeruju lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengolahan api-api, karena bahan baku api-api yang terbatas dan berbuah berdasarkan musim sehingga harus menunggu beberapa bulan untuk memanen bahan baku api-api. Sedangkan bahan baku jeruju tidak terbatas berdasarkan musim, sehingga produksi pengolahan jeruju dapat dilakukan secara berkelanjutan. Buah api-api juga mengandung racun yang sangat tinggi sehingga jika dikonsumsi terlalu banyak akan menyebabkan pusing. Industri pengolahan api-api ini juga memiliki kelemahan lain seperti akses pasar yang lemah dan kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam mengembangkan industri pengolahan mangrove berbasis rumah tangga di Kawasan Paluh Merbau, Kabupaten deli Serdang. Analisis Break Even Point BEP Untuk menilai kelayakan finansial suatu usaha juga dapat dilakukan melalui anlisis titik impas BEP. Analisis Break Even Point BEP diperlukan dalam studi kelayakan adalah untuk menunjukkan titik impas dimana usaha tidak rugi atau untung. Break Even Point BEP bertujuan untuk menunjukkan biaya yang sama dengan pendapatan. Perhitungan BEP untuk pengolahan kerupuk jeruju dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 9.Analisis Break Even Point Pada Usaha Kerupuk Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbuangan. Uraian Jumlah 1. Biaya Tetap Total Rp 69.135 2. Biaya Variabel Total Rp 197.800 3. Volume Produksi bungkus 52 4. Harga Jual Rpbungkus 6.000 5. Penerimaan Rp 314.000 6. BEP Volume Produksi bungkus 31 7. BEP Harga Rpbungkus 5.200 Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa titik impas usaha pengolahan kerupuk jeruju terjadi pada saat pengusaha memproduksi 31 bungkus kerupuk jeruju. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa berada dibawah jumlah produksi yang mampu diproduksi yaitu sebanyak 52 bungkus. Oleh karena itu, hal ini berarti bahwa usaha pengolahan agroindustri kerupuk jeruju jika diusahakan di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga Kecamatan Perbaunganakan mendatangkan keuntungan. Hasil perhitungan untuk nilai titik impas harga produk BEP yaitu sebesar Rp 5.200,-bungkus. Sedangkan harga produk yang mampu di jual seharga Rp 6.000,-bungkus. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual masih di atas harga pokok sehingga jika produk tersebut dijual akan mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha. Dengan demikian, hal ini merupakan peluang untuk pemasaran kerupuk jeruju karena bahan baku yg berasal dari tanaman mangrove sehingga menjadi daya tarik konsumen untuk membeli, apalagi ibu-ibu Kelompok Tani mempunyai strategi pemasaran yang baik yaitu di kawasan wisata Kampoeng Mangrove, Desa Sei Nagalawan. Tabel 10.Analisis Break Even Point Pada Usaha Teh Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, Kecamatan Perbuangan. Uraian Jumlah 1. Biaya Tetap Total Rp 51.164 2. Biaya Variabel Total Rp 135.400 3. Volume Produksi Bungkus 40 4. Harga Jual RpBungkus 10.000 5. Penerimaan Rp 400.000 6. BEP Volume Produksi Bungkus 7 7. BEP Harga RpBungkus 4.700 Pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa titik impas pengolahan daun jeruju menjadi teh pada saat diproduksi 7 bungkus teh jeruju.Jumlah tersebut menunjukkan bahwa berada di bawah jumlah produksi yaitu sebanyak 40 bungkus teh jeruju. Oleh karena itu, hal ini berarti bahwa usaha pengolahan teh jeruju jika akan di usahakan akan mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha. Hasil perhitungan untuk nilai titik impas harga produk BEP harga yaitu sebesar Rp. 4.700,- bungkus. Sedangkan harga jual yang mampu dijual seharga Rp. 10.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual masih di atas harga pokok sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarihoran, et al. 2012, tentang kajian analisis buah berembang Sonneratia caseolaris sebagai bahan makanan dan minuman di Kabupaten Deli Serdang dengan nilai Break Even Point BEP untuk dodol sebesar Rp 9.320,54 bungkus. Sedangkan harga jual yang mampu dijual seharga Rp 13.000 dan nilai Break Even Point BEP untuk sirup sebesar Rp 8.422,89 botol. Sedangkan harga jual yang mampu dijual seharga Rp 12.000. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual masih di atas harga pokok sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi pemilik usaha baik itu pengolahan jeruju maupun buah berembang. Namun, jika dilihat dari keberlanjutan industri pengolahan daun jeruju dan buah berembang. Pengolahan buah berembang memiliki kelemahan seperti produk sirup yang dihasilkan memiliki warna sirup yang kurang jernih sehingga menurunkan minat konsumen untuk membeli, akses pasar yang lemah, dan tidak adanya keinginan pengolah buah berembang untuk mengembangkan usaha karena belum memiliki izin BPOM dan tidak adanya dukungan pemerintah dalam mengembangkan usaha. Sedangkan usaha pengolahan daun jeruju memiliki akses pasar yang baik dan juga menerima pesanan dari luar daerah sehingga industri pengolahan daun jeruju memiliki prospek usaha yang baik. Analisis Nilai Tambah Produksi dilakukan sebanyak empat kali dalam seminggu.Adapun perhitungan strruktur biaya dan penerimaan pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk dan teh dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan bahan baku sebanyak 0,8 kg jeruju dan 4 kg tepung terigu untuk kerupuk jeruju bisa menghasilkan sampai 52 bungkus kerupuk jeruju, sedangkan untuk teh jeruju bahan baku sebesar 4 kg dapat menghasilkan 40 bungkus teh jeruju. Usaha ini juga mampu menyerap tenaga kerja 4 jamproduksi dan bahan baku yang digunakan untuk olahan diperoleh dari alam tanpa harus membeli namun di keluarkan biaya untuk mendapatkannya. Apabila harga output sebesar Rp 6.000,- bungkus dan faktor konversi sebesar 13, maka nilai produksi sebesar Rp. 78.000,-kg untuk kerupuk jeruju. Apabila harga output sebesar Rp 10.000,- bungkus dan faktor konversi sebesar 10, maka nilai produksi sebesar Rp 100.000,- kg untuk teh jeruju. Nilai produksi tersebut dialokasikan untuk bahan-bahan input yang dibutuhkan seperti tepung terigu, minyak makan, bawang putih, ketumbar, gas, transportasi, serta bahan untuk kemasan setiap produk yang dihasilkan. Dengan demikian, nilai tambah yang diperoleh dari satu kilogram daun jeruju untuk kerupuk adalah Rp 49.557,- kg dalam sekali produksi, dan untuk teh jeruju nilai tambah sebesar Rp 81.150,- kg dalam sekali produksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, et al. 2012, tentang analisis finansial serta prospek pengolahan buah nipah Nypa fruticans menjadi berbagai produk olahan yaitu apabila harga output sebesar Rp 7.500,- kg dan faktor konversi sebesar 1, maka nilai produksi sebesar Rp. 7.500,- untuk kolang kaling. Apabila harga output sebesar Rp 25.000,- kotak dan faktor konversi sebesar 2, maka nilai produksi sebesar Rp 50.000,- kotak untuk agar-agar, dan untuk manisan nipah apabila harga output sebesar Rp 30.000,- kg dan faktor konversi sebesar 2 maka nilai produk sebesar Rp 60.000,- kg. dengan nilai tambah yang diperoleh dari satu kilogram buah nipah untuk kolang-kaling Rp 5.250,-kg, nilai tambah untuk kolang kaling adalah untuk agar-agar sebesar Rp 38.725,-kotak, dan nilai tambah untuk untuk manisan sebesar Rp 42.900,-kg. Dengan demikian berarti pengolahan buah nipah menjadi berbagai produk olahan memperoleh hasil yang baik yang dilakukan oleh pelaku usaha dan meningkatkan kualitas produk begitu juga dengan pengolahan daun jeruju. Industri pengolahan nipah memiliki jumlah permintaan akan olahah nipah ini masih relatif sedikit, biasanya ada permintaan kalau ada acara pameran dan arisan. Permintaan terhadap produk olahan nipah biasanya meningkat pada saat bulan puasa karena masyarakat menggunkannnya untuk buka puasa. Industri pengolahan nipah memiliki akses pasar yang lemah karena hanya dipasarkan di daerah tersebut dan biasanya menjualnya di rumahnya dengan membuat tempat seadanya, sehingga masyarakat kurang mengenal olahan nipah. Sedangkan industri pengolahan jeruju memiliki aspek pasar yang cukup baik karena dipasarkan di kawasan wisata Kampoeng Mangrove, Desa Sei nagalawan dan biasanya menerima pesanan dari luar daerah tersebut. Distribusi Nilai Tambah Pada perhitungan nilai tambah Lampiran 4 dan 5 dapat diketahui bahwa nilai tambah yang diperoleh untuk kerupuk jeruju sebesar Rp 49.557,- kg, dan untuk teh jeruju nilai tambah sebesar Rp 81.150,- kg. Dari nilai tambah tersebut dapat diketahui distribusi nilai tambah untuk setiap faktor produksi. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi yaitu sebesar Rp 78.000,-kg untuk kerupuk jeruju, dan untuk teh jeruju Rp 100.000,- kg. Untuk sumbangan input lain sebesar 36 kerupuk jeruju, dan 18 teh jeruju. Berdasarkan distribusi margin tersebut dapat diketahui bahwa pangsa tenaga kerja dalam pengolahan kerupuk jeruju sebesar Rp. 12.500,- atau sebanyak 25 , sedangkan untuk teh jeruju sebesar Rp. 15.000,- atau sebesar 18 dari nilai produksi. Analisis lebih lanjut bagi pengolah menunjukkan bahwa rate keuntungan bagi pengolah adalah sebesar 74 dari nilai produksi kerupuk jeruju, dan 81 dari nilai produksi teh jeruju, artinya setiap 100 unit nilai produksi yang akan di produksikan akan diperoleh keuntungan sebesar 74 dan 81 unit. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, et al. 2012, tentang analisis finansial serta prospek pengolahan buah nipah Nypa fruticans menjadi berbagai produk olahan yaitu pangsa tenaga kerja dalam pengolahan kolang kaling sebesar Rp.1000,- atau sebanyak 13, sedangkan untuk agar-agar dan manisan nipah sebesar Rp. 2000,- atau sebesar 5 dari nilai produksi. Rate keuntungan yang diperoleh dari pengolahan buah nipah bagi pengolah adalah sebesar 88 dari nilai produksi kolang kaling, dan 95 dari nilai produksi agar- agar dan manisan nipah, artinya setiap 100 unit nilai produksi yang akan diproduksikan akan diperoleh keuntungan sebesar 88 dan 95 unit. Meskipun nilai tingkat keuntungan bagi pengusaha buah nipah dan jeruju sangat besar, akan tetapi dalam menilai rate keuntungan ini juga harus dipertimbangkan kemampuan jangka waktu investasi serta arus penerimaan, terlebih-lebih untuk penjualan berkelanjutan. Jika dilihat dari peluang pasar industri pengolahan nipah dipasarkan di daerah tersebut dan biasanya menjualnya di rumahnya dengan membuat tempat seadanya sehingga peluang pasar kurang tersampaikan kepada konsumen, walaupun dekat dengan kawasan wisata di daerah tersebut tetapi tidak langsung dipasarkan di kawasan wisata. Sedangkan pengolahan daun jeruju memiliki peluang pasar yang cukup baik karena dipasarkan langsung di kawasan wisata Kampoeng Mangrove, Desa Sei nagalawan dan biasanya menerima pesanan dari luar daerah tersebut. Permasalahan Pengembangan Produk Pemasaran Produk Dalam pelaksanaan pemasaran olahan jeruju masih relatif terbatas, dimana pemasaran produk hanya dilakukan di daerah itu saja, yang dilakukan di daerah kawasan wisata di desa tersebut.Hai ini dilakukan agar memberikan kemudahan dalam penjualan produk. Selain itu juga penjulan dilakukan keluar daerah jika ada permintaan pesanan dari Medan maupun luar Kota Medan sebagai oleh-oleh dari wisata Kampoeng Mangrove yang ada di desa tersebut, serta acara-acara tertentu seperti untuk pameran dalam memperkenalkan produk olahan mangrove yang dilakukan oleh LSM . Pada tahun 2013 Kelompok Tani Muara Tanjung pernah melakukan penjualan produk ke beberapa toko yang ada di pusat oleh-oleh Medan daerah bengkel, dengan cara menitip produk jeruju ke tiga toko yang ada di daerah bengkel tersebut. Tetapi usaha penjualan ini tidak berlangsung lama karena produk olahan mangrove yang tidak laku di pasaran, karena jeruju merupakan produk olahan mangrove yang baru dipasaran sehingga masyarakat merasa sangat asing dengan makananan ini dan juga penjual yang tidak mampu untuk mempromosikan produk tersebut sehingga masyarakat tidak tertarik dengan produk tersebut. Akibat kejadian tersebut Kelompok Tani Muara Tanjung menarik semua produknya dari toko di daerah bengkel karena mengalami kerugian. Langkah pemasaran produk utama yang dilakukan ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung yaitu dengan memasarkannya di kawasan wisata Kampoeng Mangrove di desa tersebut. Karena mereka melihat peluang pasar yang ada di desa tersebut, yang bisa dilihat dari jumlah pengunjung yang meningkat setiap tahunya. Wisata Kampoeng Mangrove merupakan tempat wisata pendidikan hutan mangrove dimana pengunjung yang datang di kawasan wisata tersebut akan diperkenalkan dengan berbagai tanamanan jenis mangrove sehingga menambah pengetahuan bagi pengunjung tentang jenis-jenis tanaman mangrove yang ada. Kelompok Tani Muara Tanjung juga memperkenalkan manfaat dari olahan mangrove yang berkhasiat bagi tubuh, kita ketahui bahwa sejak dulu tanaman mangrove digunakan sebagai tanaman obat-obatan bagi masyarakat. Sehingga dengan memperkenalkan produk olahan mangrove dapat menambah ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut, apalagi tanaman mangrove yang bisa diolah menjadi makananan sehingga menambah daya tarik konsumen. Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan dalam pemasaran produk olahan jeruju yang ada di daerah tersebut sangat kecil, karena industri pengolahan produk mangrove yang ada tidak begitu berkembang dengan baik. Industri pengolahan jeruju di daerah tersebut hanya diproduksi oleh ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung. Masalah utama dalam pengembangan produk olahan mangrove yang terjadi yaitu pemasarannya, karena produk olahan mangrove yang baru sehingga dalam pemasarannya harus dilakukan secara optimal. Dengan melihat permintaan dari konsumen yang terus meningkat serta ketersediaan bahan baku yang cukup maka pengembangan olahan produk jeruju sangat potensial di kembangkan di Desa Sei Nagalawan dan sudah memiliki sertifikasi halal dari MUI Majelis Ulama Indonesia. Selain itu pula, harga produk yang akan mampu bersaing dan permintaan yang terus ada sehingga ini akan menjadi suatu peluang usaha. Langkah yang harus dilakukan nuntuk mengembangkan produk jeruju ini yaitu dengan melakukan promosi dengan memperkenalkan produk olahan mangrove kepada konsumen. Selain itu dilakukan perbaikan kemasan seperti penambahan tanggal kadar luarsa makanan, perlu adanya izin dari BPOM, dan keterangan mengenai kandungan gizi dan manfaat. Apalagi melihat daerah tersebut yang merupakan daerah kawasan wisata, akan banyak wisatawan yang berkunjung kesana dan merupakan suatu pangsa pasar yang bagus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Pengolahan daun jeruju yang dikelola oleh ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 tiga, berupa kerupuk dan teh jeruju yang diusahakan dalam skala rumah tangga. 2. Usaha pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk dan teh jeruju menguntungkan secara ekonomi dan layak secara finansial, dengan nilai RC rationya 1,17 dan 2,14. 3. Nilai tambah yang dihasilkan dari olahan daun jeruju untuk kerupuk sebesar Rp 49.577,-kg dan untuk teh jeruju sebesar Rp 81.150,- kg dalam sekali produksi, atau nilai tambah sebesar Rp 49.577,-kg dan Rp 81.150,- kg bahan baku . Saran 1. Diperlukan langkah strategi dalam peningkatan kualitas produk jeruju pada perbaikan kemasan seperti penambahan tanggal kadar luarsa makanan, perlu adanya izin dari BPOM, dan keterangan mengenai kandungan gizi dan manfaat. 2. Usaha ini dapat berkembang dan meningkat, untuk itu perlu adanya perbaikan dan perapian buku administrasi keuangan sehingga bisa melakukan kerjasama dengan lembagainstansi untuk peminjaman modal usaha. 55 3. Peluang pasar masih sangat luas sehingga perlu adanya peran pengelolah daun jeruju untuk mempromosikan produk jeruju, sehingga dapat menambah pendapatan usaha, serta lokasi pasar yang strategis yakni lokasi wisata sehingga pemasaran bisa dilakukan secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, I. 2005. Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan. Jurnal Pembangunan Manusia. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang. Arief, S. 2006. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Penerbit Andi. Yogyakarta. Aziz, N. 2003. Pengantar Mikro Mikro Ekonomi. Bayumedia. Malang. Bandaranayake, W.M. 1998. Traditional and medicinal uses of mangroves. Mangroves and Salt Marshes 2: 133-148. Betrianis. 2006. Penyusutan dan Alokasi Biaya Overhead. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok Brown, B. 2006. Petunjuk Teknis Rehabilitasi Hidrologi Mangrove. Mangrove Action Project dan Yayasan Akar Rumput Laut Indonesia. Yogyakarta. Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI, Diterbitkan Untuk PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta. Djojodipuro, M. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Field, C. 1995. Journeys Amongst Mangroves; International Society for Mangrove Ecosystems, Okinawa, Japan. Hong Kong: South China Printing Co. Hardarani, N., Purwito, A., dan Sukma, D. 2012. Perbanyakan In Vitro Pada Tanaman Jeruju Hydrolea spinosa L. Dengan Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UNLAM : 6-7 Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kuswadi. 2006. Analisis Ekonomi Proyek. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Moerdiyanto. 2008. Diktat Studi Kelayakan Bisnis. UNY Press. Yogyakarta. Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. http:library.usu.ac.iddonwloadfbhutan-onrizal9.pdf. [12 September 2014]. Parlinah, N., Hery Purnomo dan Bramasto Nugroho. 2011. Distrbusi Nilai Tambah Pada Rantai Nilai Mebel Mahoni Jepara. Vol.8 No.2 juni 2011, hal 93-109. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Hutan. Pattiasina, T. A. 2011. Analisis Investasi Pengembangan Nipah Nypa fruticans dalam Mendukung Desa Mandiri Energi di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Plantamor. 2014. Jeruju. Diakses dari http:www.plantamor.com. [12 September 2014]. Priyono, A., D. Ilminingtyas., Mohson., L.S. Yuliani., dan T.L. Hakim. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. KeSEMAT. Semarang. Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKAWI-IP, Bogor. Santono, N., Bayu, C.N., Ahmad, F.S, dan Ida, F. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Lembaga Pengembangan dan Pengkajian Mangrove. Sianturi G., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012. Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api Avicennia officinalis L Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di Kabupaten Deli Serdang. Hal 105. http:ejournal.usu.ac.id [28 April 2015]. Siregar. S. B., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012. Analisis Finansial Serta Prospek Pengolahan Buah Nipah nypa fruticans Menjadi Berbagai Produk Olahan. Hal 105. http:ejournal.usu.ac.id [28 April 2015]. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok-Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta . _________. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. _________. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. _________. 2000. Pengantar Agroindustri.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekirman. 2013. Serdang Bedagai Kampung Kami, Kehidupan dan Keberadaan Masyarakat di Desa Sergai. Bangun Bangsa Yogyakarta. Yogyakarta. Sudiyono A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Sukarjo, S. 1984. Ekosistem Mangrove. Jurnal Lembaga Oseonologi Nasional, LIPI, Jakarta: 110 -111. Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Tambunan. P. 2009. Kajian Potensi Ekonomi Mangrove Studi Kasus di Desa Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan. Tarihoran I., A. Purwoko., dan K.S Hartini. 2012. Kajian Analisis Buah Berembang Sonneratia caseolaris Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di Kabupaten Deli Serdang. Hal 164. http:ejournal.usu.ac.id [28 April 2015]. Wafiroh. 2011. Pengaruh Salinitas Terhadap Tumbuhan Mangrove Acanthus ilicifolius. Tesis Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Jeruju Menjadi Kerupuk dalam Satu Kali Produksi di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Biaya Produksi : TC : TFC + TVC : Rp 69.135 + 197.800 : Rp 266.935,- Penerimaan : a.Kerupuk TR : P x Q : Rp6.000 x 52 : Rp312.000,- b. Minyak Makan Bekas Goreng 1 liter: Rp 6.000 TR: P x Q : Rp 6.000 x 2: Rp 12.000 Total Penerimaan: Rp 312.000,- + Rp 12.000 : Rp 314.000,- Keuntungan : I : TR- TC : Rp 314.000 – Rp 266.935 : Rp 47.065,- No Biaya Item Harga Satuan Rp Jumlah Rp 1. Biaya Tetap PenyusutanPeralatan 69.135 69.135 PemeliharaanPeralatandanBangunan - - SewaLahan - - Pajak - - Total 69.135 2. Biaya Variabel Daun Jeruju 800 g - Tenaga kerja 10 orang 5.000 50.000 Gas ukuran 3 kg 3x pakai 22.000 7.400 Plastik Kemasan 52 bungkus 600 31.200 Minyak Makan 2 liter 24.000 24.000 Tepung Terigu 4 kg 15.000 60.000 Bawang Putih400 gr 11.200 11.200 Ketumbar 80 gr 4.000 4.000 Ongkos transportasi 10.000 10.000 Total 197.800 Total Biaya 266.935 Lampiran 2. Analisis Biaya Produksi Jeruju Menjadi The Jeruju dalam Satu Kali Produksi di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten SerdangBedagai. Biaya Produksi : TC : TFC + TVC : Rp51.164 + 135.400 : Rp 186.564 Penerimaan:TR : P x Q : Rp10.000 x40 : Rp 400.000,- Keuntungan: I : TR- TC : Rp 400.000 – Rp 186.564 : Rp213.436,- No Biaya Item Harga Satuan Rp Jumlah Rp 1. Biaya Tetap PenyusutanPeralatan 51.164 51.164 PemeliharaanPeralatandanBangunan - - SewaLahan - - Pajak - - Total 51.164 2. Biaya Variabel DaunJeruju 4 kgjerujubasah Tenaga kerja 12 orang 5.000 60.000 Gas Ukuran 3 kg 3x pakai 22.000 7.400 Kemasan 40 bungkus 1.500 60.000 Ongkos transportasi 8.000 8.000 DaunPandan - Total 135.400 Total Biaya 186.564 Lampiran 3. Perhitungan RC Ratio dan Titik Impas Usaha Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Kerupuk Jeruju dan Teh jeruju.

Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Serta Prospek Pengolahan Buah Nipah (Nypa Fruticans) Menajadi Berbagai Produk Olahan

35 132 83

Jeruju (Acanthus ilicifolius): Biji, perkecambahan dan potensinya

0 0 8

Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

0 1 14

Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

0 0 12

ANALISIS FINANSIAL PEMANFATAN DAN PENGOLAHAN DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L) MENJADI BERBAGAI PRODUK OLAHAN

0 0 10

EFEK EKSTRAK METANOL DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) SERTA BUAH JERUJU DAN TAURIN DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN KOLESTEROL SERTA FERTILITAS MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 1 9

PENENTUAN AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL DAUN DAN BUNGA JERUJU (Acanthus ilicifolius) MENGGUNAKAN YES-ASSAY SKRIPSI

0 2 16

PENENTUAN AKTIVITAS ESTROGENIK FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) MENGGUNAKAN

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jeruju(Acanthus ilicifolius L.) 1. Karakteristik Umum Tanaman - PENENTUAN AKTIVITAS ESTROGENIK FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) MENGGUNAKAN YEAST ESTROGEN SCREEN (YES) ASSAY - repos

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tumbuhan Jeruju (Acanthus ilicifolius L) 2.1.1 Klasifikasi Jeruju - PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU ( Acanthus ilicifolius L ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO - repository perpustakaan

0 0 10