5 Jadwal Penelitian Waktu Pelaksanaan

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian Waktu Pelaksanaan

No. Kegiatan

Okt Nov Des

Feb Mar Apr Mei Jan „12 Juni

1. Judul Skripsi

Observasi

2. Awal

Penyusunan 3. Proposal

Bimbingan dan 4. Perbaikan Proposal Seminar

5. Proposal

6. Revisi Proposal Observasi Lapangan dan

7. Penyebaran

Kuisoner Penyusunan

8. Bab IV-V

Bimbingan dan 9. Perbaikan

10. Sidang Skripsi

Revisi dan 11. Laporan penyelesaian

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

Kabupaten Lebak terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'- 106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Pemerintah Kabupaten Lebak beserta seluruh aparat serta dukungan

seluruh masyarakat Kabupaten Lebak melalui wakil-wakilnya di DPRD Kabupaten Lebak, telah berhasil menentukan hari jadi Kabupaten Lebak dengan lahirnya keputusan DPRD Kabupaten Lebak nomor 14/172.2/D-II/SK/X/1986, yang memutuskan untuk menerima dan menyetujui bahwa hari jadi Kabupaten Lebak jatuh pada tanggal 2 Desember 1828 beserta rancangan peraturan daerahnya. Pada tahun 1851, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, nomor 15 tanggal 17 Januari 1849, Ibukota Kabupaten Lebak yang saat itu berada di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung.

Pelaksanaan pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1851. Kabupaten Lebak memiliki visi dan misi sebagai berikut :

1) VISI Kab lebak menjadi daerah kondusif untuk berinvestasi yang berorientasi

pada pembangunan perdesaan.

2) MISI

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Kabupaten Lebak yang produktif dan berdaya saing

2. Meningkatkan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal

3. Meningkatan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah

4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan

5. Meningkatkan efektifitas pemerintahan daerah dan kualitas demokrasi Selain memiliki visi dan misi Kabupaten Lebak memiliki tujuan dan sasaran, sebagai berikut : Tujuan 1 : Mendorong tingkat pendidikan, derajat kesehatan, dan kompetensi

kerja masyarakat Kabupaten Lebak. Sasaran :

1. Terkendalinya pertumbuhan dan persebaran penduduk;

2. Meningkatnya akses, mutu dan citra pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar 9 (sembilan) tahun dan 2. Meningkatnya akses, mutu dan citra pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar 9 (sembilan) tahun dan

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak;

4. Meningkatnya kesetaraan gender dan peran pemuda dan olahraga dalam berbagai aspek dan proses pembangunan;

Tujuan 2 : Menjadikan masyarakat Kabupaten Lebak yang agamis dan berbudaya. Sasaran :

1. Meningkatnya aktifitas kehidupan beragama dan solidaritas sosial;

2. Berkembangnya implementasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

Tujuan 3 : Meningkatnya daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal. Sasaran :

1. Meningkatnya aktivitas ekonomi daerah berbasis potensi lokal;

2. Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja;

3. Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja;

Tujuan 4 : Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.

Sasaran :

1. Tersedianya infrastruktur perdesaan melalui pendekatan kewilayahan dalam rangka percepatan pembangunan desa tertinggal;

2. Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan orang, barang dan jasa;

3. Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air.

4. Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Kabupaten Lebak;

5. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah).

Tujuan 5 : Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (keseimbangan ekologi - sosial - ekonomi). Sasaran :

1. Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana;

2. Meningkatnya fungsi kawasan penyangga, konservasi dan lindung;

3. Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan. Tujuan 6 : Melanjutkan reformasi birokrasi agar semakin profesional dan akuntabel. Sasaran :

1. Meningkatnya kinerja aparatur yang berbasis kompetensi;

2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta pengelolaan keuangan yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi;

3. Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;

4. Meningkatnya kinerja pemerintahan, pembangunan dan pengembangan wilayah perdesaan;

5. Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hokum;

6. Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat

7. Meningkatnya kerjasama daerah dalam pembangunan, sebanyak 4 kerjasama pada tahun 2014.

Tujuan 7 : Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat kebangsaan. Sasaran :

1. Meningkatnya peran dan fungsi partai politik;

2. Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik.

Struktur organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Lebak, yaitu :

Bupati

DPRD

Wakil Bupati

SEKDA

Instansi Lembaga Dinas

Setda Sek.

(Sumber : Sekretariat Daerah Bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak, Tahun 2011)

Gambar 4.1

4.1.2. Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak adalah unsur staf yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Lebak melalui wakil Bupati Lebak dalam penyusunan kebijakan serta membina hubungan kerja dengan dinas daerah, lembaga teknis daerah, dan unit pelaksana teknis lainnya di daerah Kabupaten Lebak. Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah.

Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak berada di alun-alun Kota Rangkasbitung, dimana kantornya satu gedung dengan kantor Bupati Lebak dan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak berada di alun-alun Kota Rangkasbitung, dimana kantornya satu gedung dengan kantor Bupati Lebak dan

Struktur Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

Sekretaris Daerah

Staf Ahli Bupati : Asisten : 1. Pemerintah

1. Bidang Pemerintahan

2. Perekonomian dan Pembangunan

2. Bidang Pembangunan

3. Bidang Ekonomi dan 3. Administrasi umum Keuangan

4. Humas dan Kesra

4. Hukum dan Politik

5. Bidang Kemasyarakatan dan SDM

Kepala Bagian

Sub Kepala Bagian

Kelompok Jabatan Fungsional

(Sumber : Sekretariat Daerah Bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak, Tahun 2011)

Gambar 4.2

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.09 tahun 2007 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak menyatakan tugas, fungsi dan kewenangan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sebagai berikut :

1) Tugas Pokok Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak memiliki tugas pokok membantu

Bupati Lebak dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Serta membantu Bupati Lebak dalam menyelenggarakan Administrasi Pembangunan Daerah.

2) Fungsi Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak Untuk menyelengarakan tugas pokok, Sekretariat Daerah Kabupaten

Lebak mempunyai fungsi :

1. Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;

2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas dan lembaga teknis dinas;

3. Pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah;

4. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah;

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Kewenangan Untuk melaksanakan fungsi, Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

mempunyai kewenangan sebagai berikut :

1. Koordinasi staf terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah dalam rangka penyelenggaraan administrasi pemerintahan;

2. Pembinaan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dalam arti mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan program dan petunjuk teknis serta memantau perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat;

3. Pembinaan administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh Perangkat Daerah;

4. Koordinasi perumusan peraturan perundang-undangan yang menyangkut tugas pemerintahan daerah;

5. Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga. Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak memiliki pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, Tenaga Kerja Kontrak, maupun Tenaga Kerja Sukarela, berikut ini rincian jumlah pegawai :

Tabel 4.1 Jumlah Seluruh Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

KETERANGAN No

SKPD

PNS TKK TKS

1 Sekretaris Daerah

2 Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik

3 Staf Ahli Bupati Bid. Pembangunan

4 Staf Ahli Bupati Bid. Pemerintahan

5 Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan

6 Staf Ahli Bupati Bid Kemasyarakatan & SDM

7 Asisten Pemerintah

8 - Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

9 - Bagian Hukum dan Perundang-Undangan

10 - Bagian Organisasi dan Tata Laksana

11 Asisten Perekonomian dan Pembangunan

12 - Bagian Administrasi Pembangunan

14 2 5 - Bagian Administrasi Perekonomian dan

16 2 Sumber Daya Alam

14 Asisten administrasi umum

15 - Bagian Umum dan Protokol

16 - Bagian Keuangan

17 - Bagian Perelengkapan dan Aset Daerah

18 Asisten Humas dan Kesra

19 - Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat

20 1 3 Jumlah

20 - Bagian Humas dan Komunikasi

Jumlah Total 214

(Sumber, Sekretariat Daerah bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak)

4.2. Deskripsi Data

4.2.1 Pengujian Persyarat Statistik

4.2.2.1. Hasil Uji Validitas

Pada penelitian ini, tahap awal proses analisis data adalah melakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu kuesioner yang menjadi alat ukur dalam penelitian ini. Instrumen yang valid menggambarkan bahwa suatu instrument benar-benar mampu dalam mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep penelitian dengan hasil pengukuran.

Pada uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 164 responden. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui valid atau tidaknya data sebelum data tersebut diolah. Selain itu, uji validitas dilakukan agar lebih mengefisienkan waktu dalam pengambilan data di lapangan. Artinya, apabila 164 sampel yang didapat hasilnya valid secara keseluruhan, maka semua indikator telah mewakili semua instrumen. Tetapi bila terdapat sampel yang tidak valid dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrumen tersebut diganti dengan instrumen baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid. Kemudian kuesioner tersebut disebar kembali untuk menghasilkan instrument yang valid. Tetapi apabila ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun, tetap mewakili indikator, maka instrumen tersebut dihapus. Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini, adalah dengan menggunakan statistik korelasi product moment dari

Pearson dengan bantuan SPPS versi 15. Item pernyataan disebut valid apabila nilai r hitung ≥ r tabel dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid. Adapun hasil-hasil pengujian validitas dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X)

No.Instrumen r hitung r tabel Keputusan

Tidak Valid

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui dari 24 butir pernyataan dari variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X) dapat diketahui bahwa terdapat satu butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu butir pernyataan nomor 7 ( r hitung = 0,124 ) dimana nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari r tabel 0,148 Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui dari 24 butir pernyataan dari variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X) dapat diketahui bahwa terdapat satu butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu butir pernyataan nomor 7 ( r hitung = 0,124 ) dimana nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari r tabel 0,148

Hasil pengujian validitas instrumen penelitian yang valid sebanyak 23 butir pernyataan dan yang tidak valid 1 butir pernyataan, artinya pernyataan tersebut dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator instrumen dapat terukur dengan butir pernyataan lainnya yang mengukur aspek yang sama, yaitu Efektivitas Absensi Finger Print (X). Berikutnya hasil uji validitas instrument variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) :

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y)

No.Instrumen r hitung r tabel Keputusan

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui dari 20 butir pernyataan dari variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) dapat diketahui bahwa semuanya valid karena nilai koefisien korelasinya lebih tinggi dari r tabel yang menunjukan angka

sebesar 0,148. Untuk butir pernyataan yang mempunyai validitas paling tinggi adalah pernyataan nomor 30 dengan nilai r hitung sebesar 0,653, sedangkan butir pernyataan yang validitasnya paling rendah adalah pernyataan nomor 35 dengan nilai r hitung sebesar 0,196.

Hasil pengujian validitas instrument penelitian yang valid mengandung pengertian secara statistika instrument variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) memiliki konssistensi internal, artinya pernyataan-pernyataan pada instrument ini mengukur aspek yang sama yaitu Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4.2.1.2. Hasil Uji Reliabilitas

Guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam pengukuran reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan SPPS 15. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X), yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Reliabilitas Efektivitas Absensi Finger Print (X)

Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's

Alpha

N of Items

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai koefisien Alpha adalah sebesar 0,793. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30 (Sugiyono,2008:126). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,793 > dari 0,30 sehingga instrumen yang diuji sudah reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas instrument yang hasilnya reliabel mengandung pengertian bahwa apabila instrument pada suatu saat akan digunakan kembali untuk mengukur variabel yang sama, yaitu Efektivitas Absensi Finger Print (X) maka hasilnya relatif akan sama. Dengan kata lain ada konsistensi dari hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen yang sama. Berikutnya hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y), yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Reliabilitas Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y)

Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's

Alpha

N of Items

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai koefisien Alpha adalah sebesar 0,854. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30 (Sugiyono,2008:126). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,854 > dari 0,30 sehingga instrumen yang diuji bisa reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas instrument yang hasilnya reliabel mengandung pengertian bahwa apabila instrument pada suatu saat akan digunakan kembali untuk mengukur variabel yang sama, yaitu disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) maka hasilnya relatif akan sama. Dengan kata lain ada konsistensi dari hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen yang sama.

4.2.1.3. Uji Normalitas

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang data hasil penelitian variabel X dan variabel Y, maka peneliti mencoba untuk melakukan perhitungan mean, median, dan modus serta normalitas guna menjaga ketepatan metode statistik yang digunakan, karena apabila data yang dihasilkan tidak normal maka statistik yang digunakan adalah statistic non parametric sedangkan apabila data yang dihasilkan adalah normal maka statistik yang digunakan adalah statistic parametric (Sugiyono,2010:172). Pengelolaan data dalam penelitian ini adalah menggunakan program SPSS 15, agar lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Normalitas Variabel X dan Variabel Y

Statistics

Ef ektiv itas

Disiplin Finger Print

Absensi

Pegawai N

70.74 64.40 Std. Error of Mean

.391 .455 Median

71.00 64.00 Mode

72 59 Std. Dev iat ion

5.001 5.823 Variance

25.014 33.911 Skewness

.952 .415 Std. Error of Skewness

.190 .190 Kurt osis

2.110 -.204 Std. Error of Kurtosis

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah jumlah data (N) adalah 164, dan masing-masing variabel memiliki nilai rata-rata 70,74 untuk variabel X dan 64,40 untuk variabel Y. Standar error of mean, yaitu nilai Variabel X sebesar 0,391 dan variabel Y sebesar 0,455. Median variabel X sebesar 71,00 dan Variabel Y sebesar 64,00. Mode variabel X sebesar 74 dan variabel Y sebesar 72. Variance variabel X sebesar 25.014 dan Variabel Y sebesar 33.911. Standar deviasi variabel X sebesar 5,001 dan standar deviasi variabel Y sebesar 5,823. Range variabel X sebesar 25 dan Variabel Y sebesar 26. Minimum dan maximum variabel X sebesar 61 dan 86 dan Variabel Y sebesar

53 dan 79.

Untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak, maka dapat dilihat nilai skewness dengan standar error of skewnnes dan kurtosis dengan standar error of kurtosis. Maka diperoleh nilai untuk variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X) skewness sebesar 0,952, standar error of skewnnes sebesar 0,190, kurtosis sebesar 2,110 dan standar error of kurtosis sebesar 0,377, sedangkan variabel Disiplin Pegawai (Y) skewness sebesar 0,415, standar error of skewnnes sebesar 0,190, kurtosis sebesar-0,204 dan standar error of kurtosis sebesar 0,377. Karena besarnya nilai berada di antara -2 sampai 2, maka data berdistribusi normal.

Dapat dilihat bahwa kurva histrogram membentuk seperti gunung atau lonceng, sehingga dapat dikatakan data berdistribusi dengan normal. Berikut normalitas data masing-masing variabel dapat dijelaskan dari histrogram dibawah ini :

Diagram 4.1 Kurva Normal Variabel Efektivitas Absensi Finger Print (X)

Efektivitas Absensi Finger Print

Frequency

1 Mean =70.74

Std. Dev. =5.001

N =164

Efektivitas Absensi Finger Print

Diagram 4.2 Kurva Normal Variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y)

Disiplin Pegawai

Std. Dev. =5.823 N =164

Disiplin Pegawai

4.2.2. Identitas Responden

Responden merupakan salah satu faktor penting dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini jumlah populasi seluruhnya berjumlah 214 pegawai yang terdiri dari 164 Pegawai Negeri Sipil, 8 Tenaga Kerja Kontrak, 42 Tenaga Kerja Sukarela di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang diambil dalam penelitian ini hanya Pegawai Negeri Sipil dan peneliti menggunakan teknik Nonprobability Sampling dengan menentukan sampel peneliti menggunakan sampel jenuh, sehingga seluruh Pegawai Negeri Sipil yang berada di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dijadikan sampel. Pegawai Negeri Sipil dari tiap-tiap unsur organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, yaitu :

Tabel 4.7 Jumlah Sampel yang Diambil

No Nama Unsur Instansi / Organisasi Jumlah

1 Sekretaris Daerah

2 Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik

3 Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan

4 Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan

5 Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan

6 Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan & SDM

7 Asisten Pemerintah

8 - Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

9 - Bagian Hukum dan Perundang-Undangan

10 - Bagian Organisasi dan Tata Laksana

11 Asisten Perekonomian dan Pembangunan

12 - Bagian Administrasi Pembangunan

13 - Bagian Administrasi Perekonomian dan Sumber

16 Daya Alam

14 Asisten administrasi umum

15 - Bagian Umum dan Protokol

16 - Bagian Keuangan

17 - Bagian Perelengkapan dan Aset Daerah

18 Asisten Humas dan Kesra

19 - Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat

20 - Bagian Humas dan Komunikasi

Jumlah Total 164

(Sumber : Sekretariat Daerah Bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak)

Dalam mengisi kuisioner, responden diminta untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang data. Dimana identitas diri meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir dan jabatan.

4.2.2.1. Karakteristik Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden penelitian terdiri dari laki- laki dan perempuan. Adapun data mengenai hal tersebut tersaji pada tabel sebagai berikut:

Diagram 4.3

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2012

Berdasarkan diagram 4.3 di atas maka dapat diketahui jumlah responden sebanyak 164 orang, terdiri dari 115 laki-laki dan 49 perempuan. Dengan lebih banyaknya identitas responden yang berjenis kelamin laki-laki maka pandangan dari golongan perempuan kurang mewakili dalam memberikan penilaian terhadap pengaruh efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Hal ini disebabkan karena jumlah pegawai yang berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dari pada Berdasarkan diagram 4.3 di atas maka dapat diketahui jumlah responden sebanyak 164 orang, terdiri dari 115 laki-laki dan 49 perempuan. Dengan lebih banyaknya identitas responden yang berjenis kelamin laki-laki maka pandangan dari golongan perempuan kurang mewakili dalam memberikan penilaian terhadap pengaruh efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Hal ini disebabkan karena jumlah pegawai yang berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dari pada

4.2.2.2. Karakteristik Usia

Berdasarkan data yang terhimpun dari penelitian dapat diketahui variasi usia responden, sebagaimana tersaji pada tabel berikut ini :

Diagram 4.4

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2012

Berdasarkan diagram 4.4 diatas, maka dapat dilihat dari 164 identitas responden berdasarkan tingkat usia diperoleh dengan rincian tingkat usia 20-29 tahun sebanyak 13 orang dari keseluruhan sampel, tingkat usia 30-39 tahun sebanyak 46 orang dari kesluruhan sampel, tingkat usia 40-49 tahun sebanyak 75 orang dari keseluruhan sampel, tingkat usia 50-59 tahun sebanyak 30 orang dari keseluruhan sampel. Dengan demikian pegawai yang banyak terlibat dalam

memberikan penilaian terhadap efektivitas penerapan absensi finger print

terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dilihat dari tingkat usia yang paling banyak yaitu berusia 40-49 tahun.

4.2.2.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan merupakan aspek substansi bagi seorang pegawai menjadi salah satu persyaratan utama ketika proses rekriotmen dan banyak mempengaruhi perjalanan karier. Adapun data mengenai tingkat pendidikan responden, yaitu :

Diagram 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2012

Berdasarkan data diagram 4.5 di atas, maka dapat dilihat bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda. Penjabarannya adalah sebagai berikut responden dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) tidak ada, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) yang berlatar pendidikan terakhir ada 1 orang, kemudian yang berlatar belakang Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 50 orang, kemudian yang berlatar belakang D1-D2-D3 berjumlah 10 orang, lalu yang berlatar belakang S1 berjumlah 79 orang, dan yang terakhir ialah yang berlatar belakang S2 keatas berjumlah 24 orang. Sehingga Berdasarkan data diagram 4.5 di atas, maka dapat dilihat bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda. Penjabarannya adalah sebagai berikut responden dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) tidak ada, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) yang berlatar pendidikan terakhir ada 1 orang, kemudian yang berlatar belakang Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 50 orang, kemudian yang berlatar belakang D1-D2-D3 berjumlah 10 orang, lalu yang berlatar belakang S1 berjumlah 79 orang, dan yang terakhir ialah yang berlatar belakang S2 keatas berjumlah 24 orang. Sehingga

4.2.2.4. Karakteristik Jabatan

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden penelitian terdiri dari Sekretaris Daerah, Staf Ahli Bupati Bidang Hukum Dan Politik, Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan, Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Asisten Pemerintahan, Asisten Administrasi Umum, Asisten Perekonominian Pembangunan, Asisten Humas an Kesra, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian dan Pelaksana. Adapun data mengenai hal tersebut tersaji pada tabel :

Diagram 4.6

Identitas Responden Berdasarkan Jabatan Responden

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2012

Berdasarkan diagram 4.6 di atas maka dapat diketahui jumlah responden sebanyak 164 orang, terdiri dari seorang sekretaris daerah, seorang staf ahli bupati bidang hukum dan politik, seorang staf ahli bupati bid. pembangunan, seorang staf ahli bupati bid. pemerintahan, seorang staf ahli bupati bidang ekonomi dan keuangan, seorang staf ahli bupati bid kemasyarakatan & sdm, seorang asisten pemerintahan, seorang asisten administrasi umum, seorang asisten perekonominian pembangunan, seorang asisten humas dan kesra, 10 kepala bagian, 30 kepala sub bagian dan 114 pelaksana. Dengan demikian semua bagian memberikan penilaian dan yang lebih banyak identitas responden yang menjabat sebagai pelaksana.

4.2.3. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti dengan cara mendeskripsikan data hasil wawancara dan penyebaran kuisioner kepada para Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, untuk mengetahui

tanggapan mereka mengenai sejauh mana penilaian terhadap pengaruh efektivitas

penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Pada penelitian ini untuk variabel efektivitas (X) peneliti menggunakan 8 indikator terdiri dari 4 indikator menurut Tangkilisan, yaitu pencapaian target, kemampuan beradaptasi, kepuasaan kerja, dan tanggung jawab. Sedangkan 4 indikator berikutnya menurut Davis, yaitu perangkat keras (hardware), database, prosedur, dan personalia pengoprasian. Untuk variabel disiplin pegawai (Y) peneliti menggunakan 10 indikator menurut

Hasibuan, yang terdiri dari 8 indikator menurut Hasibuan, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jas, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Selanjutnya 2 indikator berdasarkan PP No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu menaati ketentuan jam kerja, dan mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan.

Untuk menjelaskannya lebih dalam, di bawah ini adalah pengaruh efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak terkait dengan 8 indikator variabel efektivitas (X) dan 10 indikator variabel disiplin pegawai (Y) dari teori yang dikemukakan diatas, yang sesuai dengan apa yang ditemukan dilapangan seperti sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun lebih lengkapnya peneliti menguraikannya dalam bentuk tabel disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui kuisioner kepada para responden dan diolah dengan SPSS 15.

4.2.3.1. Penyajian Data Variabel Efektivitas Absensi Finger Print ( X )

1. Pencapaian Target

Terdapat 3 pernyataan yang berhubungan dengan indikator pencapaian target, antara lain : Pertama , penerapan absensi finger print sudah mengarah pada tujuan organisasi yaitu untuk meningkatkan kehadiran pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.8 Penerapan Absensi Finger Print Sudah Mengarah Pada Tujuan Organisasi

X1

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 2 1.2 1.2 1.2 setuju

86 52.4 52.4 53.7 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 1)

Dari tabel 4.8 diatas adalah pernyataan yang ditujukan kepada pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang statusnya sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sebagian besar responden menjawab bahwa penerapan absensi finger print sudah mengarah pada tujuan organisasi, yaitu meningkatkan kehadiran pegawai. Hal ini terbukti pada tabel 4.8 bahwa 76 responden atau 46,3 persen menjawab sangat setuju dan 86 responden atau 52,4 persen menjawab setuju. Tetapi, menurut 2 responden atau 1,2 persen tidak setuju penerapan absensi finger print sudah mengarah pada tujuan dari instansi, karena menurut responden tersebut tingkat kehadiran masih mungkin bisa dimanipulasi.

Melihat kondisi ini dapat dilihat bahwa penerapan absensi finger print memang dapat meningkatkan kehadiran pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dan hal ini pula merupakan pencapaian target yang ingin dicapai oleh pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

Kedua , pegawai dalam bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.9 Pegawai Dalam Bekerja Sesuai Dengan Tujuan Organisasi

X2

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

61.0 61.0 61.0 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 2)

Berdasarkan tabel 4.9 ini dapat terlihat bahwa pegawai dalam bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Hal ini terbukti dengan jawaban responden yang sangat setuju sebanyak 64 responden atau 39 persen dan yang menjawab setuju terhadap pernyataan ini sebanyak 100 responden atau 61 persen. Dan menurut sebagian responden yang telah menjawab sangat setuju dan setuju, bekerja memang harus sesuai dengan tujuan organisasi kalau tidak buat apa bekerja disini (Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak).

Berarti pelaksanaan tujuan di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak terlaksana atau tercapai karena pegawai melakukan pekerjaan sudah sesuai dengan tujuan organisasi dan tidak ada satu orang pegawai pun yang menjawab sangat tidak setuju atau pun tidak setuju dengan pernyataan pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan organisasi. Ketiga , penerapan absensi finger print diterapkan kepada seluruh pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.10 Penerapan Absensi Finger Print Diterapkan Kepada Seluruh Pegawai

X3

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

tidak setuju

93 56.7 56.7 57.3 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 3)

Tabel 4.10 Diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju yaitu sebanyak 93 responden atau 56 persen dan 70 responden atau 42,7 persen menjawab sangat setuju, serta hanya 1 responden yang menjawab tidak setuju atas pernyataan bahwa penerapan absensi finger print diterapkan kepada seluruh pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak . Karena menurut sebagian responden yang telah menjawab sangat setuju dan setuju penerapan absensi print diterapkan kepada seluruh pegawai akan membuat semua pegawai tepat waktu datang ke Kantor Sekretariat Daerah dan ini pun akan adil tidak ada pegawai yang dibiarkan datang terlambat. Menurut Kepala Sub bagian Kepegawaian, penerapan absensi finger print sudah mulai diterapkan kepada seluruh instansi yang berada di wilayah Kabupaten Lebak.

Melihat kondisi ini seharusnya tingkat disiplin pegawai untuk hadir tepat waktu bisa lebih meningkat dibandingkan sebelum dilakukan penerapan absensi finger print . Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator pencapaian target yang Melihat kondisi ini seharusnya tingkat disiplin pegawai untuk hadir tepat waktu bisa lebih meningkat dibandingkan sebelum dilakukan penerapan absensi finger print . Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator pencapaian target yang

Tabel 4.11 Frekuensi Indikator Pencapaian Target

Pilihan

Frekuensi Jawaban Responden Per

No Jawaban

Jumlah % responden

Indikator Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 1, 2, dan 3 tahun 2012.

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 42,4 persen responden yang menjawab A, 57 persen responden yang menjawab B, 0,6 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Tangkilisan tentang efektivitas pada indikator pencapaian target sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dan dapat disimpulkan bahwa penerapan absensi finger print cukup baik berpengaruh untuk pencapaian target yang ingin dicapai oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dari segi persentase yang ada.

2. Kemampuan Beradaptasi

Terdapat 3 pernyataan yang berhubungan dengan indikator kemampuan beradaptasi, antara lain :

Pertama , pegawai mudah menyesuaikan diri dengan perubahan absensi dari manual ke absensi finger print. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.12 Pegawai Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan Absensi

X4

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 45 27.4 27.4 27.4 setuju

65.2 65.2 92.7 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 4)

Berdasarkan tabel 4.12 bahwa kemampuan beradaptasi pegawai dengan absensi finger print masih rendah, hal ini terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju hanya 12 responden atau 7,3 persen, yang menjawab setuju 107 responden atau 65,2 persen dan sebanyak 45 responden atau 27,4 persen tidak setuju dengan pernyataan ini. Berarti masih adanya reSponden yang menjawab tidak setuju ini menunjukan pegawai belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan absensi dari manual ke absensi finger print. Ketidaksetujuan pegawai terhadap perubahan absensi dari manual ke absensi finger print karena menurut ke 45 responden, kehadiran pegawai harus tepat waktu karena bila terlambat satu menit pun akan tercatat pada mesin absensi finger print dan hal tersebut perlu penyesuaian. Padahal penerapan absensi finger print sudah terlaksana 1 tahun 5 bulan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dan seharusnya ke 45 responden tersebut sudah bisa menyesuaikan diri .

Kedua , adanya pelatihan atau sosialisasi bagi pegawai mengenai absensi finger print . Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.13 Pelatihan Atau Sosialisasi Bagi Pegawai

X5

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 21 12.8 12.8 12.8 setuju

78.7 78.7 91.5 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 5)

Masalah utama kemampuan beradaptasi pegawai dengan penerapan absensi finger print yaitu dengan adanya pelatihan atau sosialisasi bagi pegawai mengenai absensi finger print. Berdasarkan tabel 4.13 pegawai setuju dengan pernyataan ini, hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 129 responden atau 78,7 persen dan 14 responden atau 8,5 persen sangat setuju. Akan tetapi, bagi sebagian pegawai tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini terbukti dengan 21 responden atau 12,8 persen yang menjawab tidak setuju.

Kondisi ini menunjukan bahwa pelatihan atau sosialisasi mengenai absensi finger print di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak masih kurang dipahami oleh ke 21 responden tersebut. Hal tersebut pun terbukti di lapangan bahwa sebagian besar pegawai hanya tahu cara absensi saja untuk input datanya pegawai banyak yang tidak paham atau tidak mengerti.

Ketiga , penerapan absensi finger print sesuai dengan perkembangan teknologi. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.14 Absensi Finger Print Sesuai Dengan Perkembangan Teknologi

X6

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 3 1.8 1.8 1.8 setuju

73.8 73.8 75.6 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 6)

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 121 responden atau 73,8 persen menjawab setuju dan 40 responden atau 24,4 persen menjawab sangat setuju serta 3 responden atau 1,8 persen menjawab tidak setuju penerapan absensi finger di lingkungan Sekretariat

Daerah Kabupaten Lebak sudah sesuai dengan perkembangan teknologi. Karena ke 3 responden tersebut kurang mengetahui tentang perkembangan teknologi pada mesin absensi finger print. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak penerapannya sudah sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini dan hal tersebut menunjukkan penyesuaian diri terhadap eksternal organisasinya cukup bagus. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator pencapaian target yang berdasarkan teori dari Tangkilisan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.15 Frekuensi Indikator Kemampuan Beradaptasi Pilihan

Frekuensi Jawaban Responden Per

No Jawaban

Jumlah % responden

Indikator Pertanyaan Nomor

357 72,6% 3 C 45 21 3 69 14% 4 D 0 0 0 0 0%

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 4, 5, dan 6 tahun 2012.

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 13,4 persen responden yang menjawab A, 72,6 persen responden yang menjawab

B, 14 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Tangkilisan tentang efektivitas pada indikator kemampuan beradaptasi sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Walaupun dalam indikator ini ada satu pernyataan yaitu nomor 7 yang tidak valid, tapi tidak berpengaruh besar pada indikator ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai memberikan sikap baik atau setuju dengan penerapan absensi finger print. Hal ini terbukti dengan kemampuan beradaptasi pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dengan absensi finger print cukup tinggi dilihat dari segi persentase yang ada.

3. Kepuasan Kerja

Terdapat 3 pernyataan yang berhubungan dengan indikator kekepuasan kerja antara lain : Pertama , adanya absensi finger print memotivasi pegawai dalam berdisiplin diri, responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.16 Absensi Finger Print Memotivasi Pegawai

X8

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat tidak setuju 4 2.4 2.4 2.4 tidak setuju

12 7.3 7.3 9.8 setuju

98 59.8 59.8 69.5 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 8)

Dilihat dari tabel 4.16 menunjukkan bahwa sebanyak 98 responden atau 59,8 persen menjawab setuju, sebanyak 50 responden atau 30,5 persen menjawab sangat setuju dengan adanya absensi finger print memotivasi pegawai dalam berdisiplin diri. Akan tetapi, ada beberapa pegawai yang tidak setuju kalau absensi finger print memotivasi pegawai dalam berdisiplin diri yaitu sebanyak 4 responden atau 2,4 persen menjawab sangat tidak setuju dan 12 responden atau 7,3 persen menjawab tidak setuju, karena menurut mereka pegawai masih saja ada yang tidak disiplin walaupun sudah diterapkan absensi finger print dan hal ini berarti menurut mereka absensi finger print tidak bisa dikatakan bisa memotivasi pegawai untuk disiplin terutama masalah jam kerja. Sehingga dapat disimpulkan Dilihat dari tabel 4.16 menunjukkan bahwa sebanyak 98 responden atau 59,8 persen menjawab setuju, sebanyak 50 responden atau 30,5 persen menjawab sangat setuju dengan adanya absensi finger print memotivasi pegawai dalam berdisiplin diri. Akan tetapi, ada beberapa pegawai yang tidak setuju kalau absensi finger print memotivasi pegawai dalam berdisiplin diri yaitu sebanyak 4 responden atau 2,4 persen menjawab sangat tidak setuju dan 12 responden atau 7,3 persen menjawab tidak setuju, karena menurut mereka pegawai masih saja ada yang tidak disiplin walaupun sudah diterapkan absensi finger print dan hal ini berarti menurut mereka absensi finger print tidak bisa dikatakan bisa memotivasi pegawai untuk disiplin terutama masalah jam kerja. Sehingga dapat disimpulkan

Kedua , tersedia fasilitas yang menunjang pekerjaan pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.17 Fasilitas Yang Menunjang Pekerjaan Pegawai

X9

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 14 8.5 8.5 8.5 setuju

78.0 78.0 86.6 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 9) Pekerjaan dapat terselesai dengan cepat dan hasilnya memuaskan bila

ditunjang dengan tersedianya fasiltas yang dapat menunjang pekerjaan tersebut. Dilihat dari tabel 4.17 bahwa sebanyak 128 responden atau 78 menjawab setuju persen, dan sebanyak 22 responden atau 13,4 persen menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini. Sedangkan menurut 14 responden atau 8,5 persen menjawab tidak setuju kalau di Sekretariat Daerah tersedia fasilitas yang menunjang pekerjaan pegawai misalnya fasilitas ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah pegawai dari masing-masing bagian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah tersedia fasilitas yang menunjang pekerjaan pegawainya seperti komputer, mesin ketik, dan alat untuk ditunjang dengan tersedianya fasiltas yang dapat menunjang pekerjaan tersebut. Dilihat dari tabel 4.17 bahwa sebanyak 128 responden atau 78 menjawab setuju persen, dan sebanyak 22 responden atau 13,4 persen menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini. Sedangkan menurut 14 responden atau 8,5 persen menjawab tidak setuju kalau di Sekretariat Daerah tersedia fasilitas yang menunjang pekerjaan pegawai misalnya fasilitas ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah pegawai dari masing-masing bagian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah tersedia fasilitas yang menunjang pekerjaan pegawainya seperti komputer, mesin ketik, dan alat untuk

Ketiga , terdapat kesesuaian sistem insentif dengan beban kerja setiap pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.18 Kesesuaian Sistem Insentif Dengan Beban Kerja Setiap Pegawai

X10

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat tidak setuju 4 2.4 2.4 2.4 tidak setuju

59 36.0 36.0 38.4 setuju

88 53.7 53.7 92.1 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 10)

Berdasarkan tabel 4.18 Diatas bahwa sebanyak 4 responden atau 2,4 persen menjawab sangat tidak setuju, sebanyak 59 responden atau 36 persen menjawab tidak setuju, sebanyak 88 responden atau 53,7 persen menjawab setuju dan sebanyak 13 responden atau 7,9 persen menjawab sangat setuju. Hal ini berarti menunjukkan bahwa beragam pendapat yang dikemukakan oleh para pegawai mengenai pernyataan ini. Berbedanya pendapat para pegawai dikarenakan masing-masing pegawai memperoleh kepuasaan tersendiri yang pegawai rasakan dalam bekerja terutama mengenai kesesuaian sistem insentif yang diberikan oleh pimpinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja Berdasarkan tabel 4.18 Diatas bahwa sebanyak 4 responden atau 2,4 persen menjawab sangat tidak setuju, sebanyak 59 responden atau 36 persen menjawab tidak setuju, sebanyak 88 responden atau 53,7 persen menjawab setuju dan sebanyak 13 responden atau 7,9 persen menjawab sangat setuju. Hal ini berarti menunjukkan bahwa beragam pendapat yang dikemukakan oleh para pegawai mengenai pernyataan ini. Berbedanya pendapat para pegawai dikarenakan masing-masing pegawai memperoleh kepuasaan tersendiri yang pegawai rasakan dalam bekerja terutama mengenai kesesuaian sistem insentif yang diberikan oleh pimpinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

Tabel 4.19 Frekuensi Indikator Kepuasan Kerja

Pilihan

Frekuensi Jawaban Responden Per

No Jawaban

Jumlah % responden

Indikator Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 8, 9, 10 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 16,3 persen responden yang menjawab A, 67,3 persen responden yang menjawab

B, 14,6 persen yang menjawab C dan 1,8 persen reponden menjawab D. Sehingga dalam teori Tangkilisan tentang efektivitas pada indikator kepuasan kerja sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai berbeda-beda terbukti dengan B, 14,6 persen yang menjawab C dan 1,8 persen reponden menjawab D. Sehingga dalam teori Tangkilisan tentang efektivitas pada indikator kepuasan kerja sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai berbeda-beda terbukti dengan

4. Tanggung Jawab

Terdapat 4 pernyataan yang berhubungan dengan indikator tanggung jawab antara lain : Pertama , sumber daya manusia / pegawai operator belum optimal. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.20 Sumber Daya Manusia / Pegawai Operator Belum Optimal

X11

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat setuju 12 7.3 7.3 7.3 setuju

84 51.2 51.2 58.5 tidak setuju

63 38.4 38.4 97.0 sangat tidak setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 11) Absensi finger print dapat berjalan efektiv bila tanggung jawab

pengoprasian atau operator diserahkan kepada pegawai yang berkualitas. Menurut pegawai, operator absen finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak belum optimal dalam pengoprasiannya. Hal ini terbukti pada tabel 4.20 bahwa sebanyak 12 responden atau 7,3 persen menjawab sangat setuju dan sebanyak 84 responden atau 51,2 persen menajawab setuju. Akan tetapi, sebagian pegawai mengatakan bahwa operator sudah bekerja secara optimal dalam pengoprasian pengoprasian atau operator diserahkan kepada pegawai yang berkualitas. Menurut pegawai, operator absen finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak belum optimal dalam pengoprasiannya. Hal ini terbukti pada tabel 4.20 bahwa sebanyak 12 responden atau 7,3 persen menjawab sangat setuju dan sebanyak 84 responden atau 51,2 persen menajawab setuju. Akan tetapi, sebagian pegawai mengatakan bahwa operator sudah bekerja secara optimal dalam pengoprasian

3 persen menjawab sangat tidak setuju. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pegawai yang mengatakan setuju lebih banyak berarti dapat dikatakan operator absensi finger print belum optimal dalam menjalakan tugasnya. Hal tersebut dikarena pegawai operator statusnya masih tenaga kerja sukarela (TKS) dan memiliki latar belakang pendidikan SLTA, sehingga dalam bekerja masih memerlukan bantuan kepada kepala bagian kepegawaian yang paham mengenai absensi finger print. Kedua , pegawai melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.21 Pegawai melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu

X12

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 16 9.8 9.8 9.8 setuju

78.0 78.0 87.8 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 12)

Berdasarkan tabel 4.21 diatas dapat dilihat jawaban responden lebih mendominasi pada jawaban setuju dengan jumlah responden sebanyak 128 responden atau 78 persen dan untuk jawaban sangat setuju sebanyak 20 responden atau 12,2. Sedangakan 16 responden atau 9,8 persen lainnya menjawab tidak

setuju dengan pernyataan bahwa pegawai melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu, karena menurut mereka ada beberapa pegawai yang masih menunda pekerjaannya dan otomatis pekerjaan yang harus sudah selesai malah belum selesai dengan waktu yang telah dijanjikan. Hal ini pun terbukti dilapangan ketika peneliti meminta surat balasan penelitian dan sertifikat saat magang memutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Kejadian ini pula tidak hanya dirasakan peneliti tapi oleh sebagian pegawai pun. Sehingga dengan melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai di Sekretariat daerah dalam melaksanakan pekerjaan masih kurang bertanggung jawab meskipun jawaban responden lebih mendominasi. Ketiga , pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah selalu berkoordinasi dengan pimpinan. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.22 Pengambilan Keputusan Selalu Berkoordinasi Dengan Pimpinan

X13

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 12 7.3 7.3 7.3 setuju

73.2 73.2 80.5 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 13)

Dilihat dari tabel 4.22 dapat diketahui jumlah responden yang menjawab setuju 120 responden atau 73,2 persen dan yang menjawab sangat setuju sebanyak

32 responden 19,5 persen dengan pernyataan ini. Sedangakan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 12 responden atau 7,3 persen. Dengan jumlah responden yang menjawab setuju lebih mendominasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah pegawai Sekretariat Daerah selalu berkoordinasi terlebih dahulu dengan pimpinan. Hal ini pun terbukti di lapangan ketika ada masalah mengenai absensi finger print seperti penginputan data, koneksi ke komputer, dan masalah pegawai yang absen tetapi jarinya tidak bisa terbaca oleh mesin absensi finger print, operator akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pimpinan yaitu Kepala Sub Bagian Kepegawaian di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Keempat , pegawai berinisiatif mengambil keputusan apabila dalam pelaksanaan absensi melalui mesin absensi finger print terdapat permasalahan. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.23 Pegawai Berinisiatif Mengambil Keputusan Terdapat Permasalahan

X14

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 34 20.7 20.7 20.7 setuju

65.2 65.2 86.0 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 14)

Berdasarkan tabel 4.23 diatas jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 107 responden atau 65,2 persen, sangat setuju sebanyak 23 responden

atau 14 persen dan tidak setuju sebanyak 34 responden atau20,7 persen. Sehingga dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa pegawai lebih setuju dengan pernyataan bahwa bila terjadi permasalahan dalam pelaksanaan absensi melalui mesin absensi finger print pegawai langsung berinisatif mengambil suatu keputusan. Akan tetapi, setiap inisatif yang diambil oleh pegawai selalu terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pimpinan. Hal ini berarti menunjukan bahwa tanggung jawab pegawai cukup besar terhadap penerapan mesin absensi finger print. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator tanggung jawab yang berdasarkan teori dari Tangkilisan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.24 Frekuensi Indikator Tanggung Jawab

Pilihan

Frekuensi Jawaban Responden

No Jawaban Per Indikator Pertanyaan Nomor Jumlah % responden

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 11, 12, 13, dan 14 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 11,6 persen responden yang menjawab A, 64 persen responden yang menjawab B,

23 persen yang menjawab C dan 1,4 persen reponden menjawab D. Sehingga dalam teori Tangkilisan tentang efektivitas pada indikator tanggung jawab sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah cukup baik terlebih tanggung jawab terhadap keputusan untuk menerapan absensi finger print di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

5. Perangkat Keras (Hardware)

Terdapat 2 pernyataan yang berhubungan dengan indikator perangkat keras (hardware) antara lain : Pertama , mesin absensi finger print dan komputer yang digunakan sudah terstandarisasi dengan baik. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.25 Mesin Absensi Finger Print Dan Komputer Terstandarisasi Dengan Baik

X15

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat tidak setuju 4 2.4 2.4 2.4 tidak setuju

13 7.9 7.9 10.4 setuju

78.0 78.0 88.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 15)

Dilihat dari tabel 4.25 jawaban responden cukup beragam dengan pernyataan yang diberikan peneliti, yaitu jawaban responden yang menjawab Dilihat dari tabel 4.25 jawaban responden cukup beragam dengan pernyataan yang diberikan peneliti, yaitu jawaban responden yang menjawab

13 responden atau 7,9 persen, setuju sebanyak 128 responden atau 78 persen dan sangat setuju sebanyak 19 responden atau 11,6 persen. Dari perbedaan jawaban diatas menunjukkan bahwa sebagian pegawai belum mengetahui atau menganggap mesin absensi finger print belum terstandarisasi dengan baik di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Akan tetapi, dengan jumlah jawaban yang mendominasi yaitu jawaban setuju, berarti dapat disimpulkan bahwa mesin absensi finger print dan komputer yang digunakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah terstandarisasi dengan baik.

Kedua , jaringan yang terhubung antara mesin absensi finger print dan komputer terkoneksi dengan baik. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.26 Jaringan Terkoneksi Dengan Baik

X16

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 21 12.8 12.8 12.8 setuju

76.2 76.2 89.0 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 16)

Absensi melalui mesin absensi finger print dapat terlihat seluruhnya dengan menggunakan komputer, sehingga antara mesin absensi finger print dengan komputer harus terkoneksi dengan baik jaringannya. Berdasarkan tabel

4.26 diatas dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai pernyataan ini yaitu responden yang menjawab setuju sebanyak 125 responden atau 76,2 persen, sangat setuju sebanyak 18 responden atau 11 persen, dan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 21 responden atau 12,8 persen.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan yang terhubung antara mesin absensi finger print dengan komputer khususnya komputer yang digunakan operator terkoneksi dengan baik bila dilihat dari jawaban responden yang mendominasi jawaban setuju. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator perangkat keras (hardware) yang berdasarkan teori dari Davis dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.27 Frekuensi Indikator Perangkat Keras (Hardware) Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 15 dan 16 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.27 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 12,8 persen responden yang menjawab A, 71,7 persen responden yang menjawab

B, 14,3 persen yang menjawab C dan 1,2 persen reponden menjawab D. Sehingga dalam teori Davis tentang efektivitas absensi finger print pada indikator perangkat keras (hardware) sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat keras (hardware) di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah cukup baik terlebih dalam hal penerapan absensi finger print, karena tanpa perangkat keras (hardware) yang baik absensi melalui mesin absensi finger print akan terjadi permasalahan yang timbul dan hasil input data bisa tidak sesuai. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

6. Database

Terdapat 2 pernyataan yang berhubungan dengan indikator database antara lain : Pertama , pegawai selalu menggunakan database dalam mencari data/kehadiran pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.28 Pegawai Selalu Menggunakan Database

X17

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 17 10.4 10.4 10.4 setuju

79.9 79.9 90.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 17)

Berdasrkan tabel 4.28 diatas jawaban responden mengenai pernyataan nomor 17 yaitu sebanyak 131 responden atau 79,9 persen menjawab setuju, sangat

setuju sebanyak 16 responden atau 9,8 persendan tidak setuju sebanyak 17 responden atau 10,4 persen. Dari jawaban responden yang mendominasi yaitu jawaban setuju, berarti menunjukkan bahwa banyak pegawai yang menggunakan database dalam mencari atau ataupun kehadiran pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Sehingga, database di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak berjalan efektif untuk mencari data ataupun kehadiran pegawai.

Kedua , database kepegawaiaan selalu update sehingga tercipta data yang akurat. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.29 Database Kepegawaiaan Selalu Update

X18

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 13 7.9 7.9 7.9 setuju

76.2 76.2 84.1 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 18)

Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak selalu menggunakan database dalam mencari data atau kehadiran pegawai, sehingga diperlukan data yang akurat dengan cara selalu mengupdate data tersebut. Dilihat dari tabel 4.29 Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak selalu menggunakan database dalam mencari data atau kehadiran pegawai, sehingga diperlukan data yang akurat dengan cara selalu mengupdate data tersebut. Dilihat dari tabel 4.29

Hal ini menunjukan bahwa database kepegawaian selalu update sehingga tercipta data yang akurat di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dengan jawaban yang mendominasi yaitu jawabant setuju dengan pernyataan nomor 18. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator database yang berdasarkan teori dari Davis dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.30 Frekuensi Indikator Database Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

256 78% 3 C 21 17 38 11,6% 4 D 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 17 dan 18 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.30 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 10,4 persen responden yang menjawab A, 78 persen responden yang menjawab B,

11,6 persen yang menjawab C dan 11,6 persen reponden menjawab D. Sehingga dalam teori Davis tentang efektivitas absensi finger print pada indikator database sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan database di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah baik dan efektif untuk mencari data atau kehadiran pegawai terlebih data yang dihasilkan selalu update sehingga kemungkinan kecil tidak ada kesalahan dalam data absensi di database Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

7. Prosedur

Terdapat 2 pernyataan yang berhubungan dengan indikator prosedur antara lain : Pertama , penerapan mesin absensi finger print sesuai dengan prosedur yang berlaku. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.31 Penerapan Mesin Absensi Finger Print Sesuai Dengan Prosedur

X19

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

78.7 78.7 78.7 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 19)

Sebelum menerapkan absensi finger print Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak harus mengetahui prosedur yang berlaku, sehingga tidak asal menerapkan saja. Berdasarkan tabel 4.31 diatas menunjukan bahwa responden menjawab setuju sebanyak 129 responden atau 78.7 persen, sangat setuju sebanyak 35 responden atau 21,3 persen dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan absensi melalui mesin absensi finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga penerapan absensi finger print dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kedua , prosedur mengenai absensi finger print mudah dipahami oleh pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.32 Prosedur Mengenai Absensi Finger Print Mudah Dipahami

X20

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 2 1.2 1.2 1.2 setuju

86.0 86.0 87.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 20)

Sebelum menerapkan mesin absensi finger print terlebih dahulu suatu instansi harus mengetahui prosedur yang berlaku, sehingga prosedur mengenai Sebelum menerapkan mesin absensi finger print terlebih dahulu suatu instansi harus mengetahui prosedur yang berlaku, sehingga prosedur mengenai

Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator prosedur yang berdasarkan teori dari Davis dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.33 Frekuensi Indikator Prosedur Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

270 82,4% 3 C 0 2 2 0,6% 4 D 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 19 dan 20 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.33 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 17 persen responden yang menjawab A, 82,4 persen responden yang menjawab B, Berdasarkan tabel 4.33 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 17 persen responden yang menjawab A, 82,4 persen responden yang menjawab B,

8. Personalia Pengoprasian

Terdapat 4 pernyataan yang berhubungan dengan indikator personalia pengoprasian antara lain : Pertama , operator absensi finger print dari pegawai lingkungan Sekertariat Daerah Kabupaten Lebak. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.34

Operator Absensi Finger Print Dari Pegawai Lingkungan Sekertariat Daerah

Kabupaten Lebak

X21

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

76.2 76.2 76.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 21)

Dalam penerapan absensi finger print dibutuhkan sumber daya manusia untuk mengoprasian absensi finger print dan personalia pengoperasian biasanya dari instansi itu sendiri. Berdasarkan tabel 4.34 diatas responden menjawab setuju

sebnayak 125 responden atau 76, 2 persen dan sangat setuju sebanyak 39 responden atau 23,8 persen dengan pernyataan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pegawai setuju operator absensi finger print dari pegawai lingkungan Sekertariat Daerah Kabupaten Lebak, karena dapat menjaga kerahasiaan data absensi pegawai. Akan tetapi jumlah operator absensi finger print hanya ada satu yaitu di bagian organisasi dan tatalaksana Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dan operator absensi finger print masih berstatus tenaga sukarela. Kedua , operator absensi finger print dalam melaksanakan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.35 Operator Absensi Finger Bekerja Sesuai Dengan Prosedur

X22

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 3 1.8 1.8 1.8 setuju

70.7 70.7 72.6 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 22)

Dilihat dari tabel 4.35 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang menjawab setuju sebanyak 116 responden atau 70,7 persen dan sangat setuju sebanyak 45 responden atau 27,4 persen kalau operator absensi finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah bekerja sesuai prosedur yang berlaku. Akan tetapi, bagi responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 responden atau 1,8 persen dikarenakan responden tidak mengetahui apakah operator absensi Dilihat dari tabel 4.35 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang menjawab setuju sebanyak 116 responden atau 70,7 persen dan sangat setuju sebanyak 45 responden atau 27,4 persen kalau operator absensi finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah bekerja sesuai prosedur yang berlaku. Akan tetapi, bagi responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 responden atau 1,8 persen dikarenakan responden tidak mengetahui apakah operator absensi

Tabel 4.36 Teknisi Secara Rutin Melakukan Perawatan Dan Pemeliharaan Program

X23

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 20 12.2 12.2 12.2 setuju

76.2 76.2 88.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 23)

Mesin absensi finger print perlu secara rutin dicek programnya sehingga menghasilkan data yang akurat, maka diperlukan seorang teknisi mengenai absensi finger print. Berdasarkan tabel 4.36 diatas menunjukkan jawaban yang mendominasi yaitu setuju sebanyak 125 responden atau 76,2 persen kalau teknisi secara rutin melakukan perawatan dan pemeliharaan program pada Mesin absensi finger print . Sedangkan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 20 responden atau 12,2 persen dan sangat setuju 19 responden atau 11,6 persen. Dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak seorang teknisi secara rutin melakukan perawatan dan pemeliharaan program pada mesin Mesin absensi finger print perlu secara rutin dicek programnya sehingga menghasilkan data yang akurat, maka diperlukan seorang teknisi mengenai absensi finger print. Berdasarkan tabel 4.36 diatas menunjukkan jawaban yang mendominasi yaitu setuju sebanyak 125 responden atau 76,2 persen kalau teknisi secara rutin melakukan perawatan dan pemeliharaan program pada Mesin absensi finger print . Sedangkan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 20 responden atau 12,2 persen dan sangat setuju 19 responden atau 11,6 persen. Dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak seorang teknisi secara rutin melakukan perawatan dan pemeliharaan program pada mesin

Tabel 4.37 Sumber Daya Manusia Khusus Sebagai Teknisi

X24

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 5 3.0 3.0 3.0 setuju

65.2 65.2 68.3 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 24)

Dilihat dari tabel 4.37 diatas dapat diketahui jawaban responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 responden atau 3 persen karena menurut responden tersebut operator sebaiknya merangkap jadi teknisi pula agar lebih efisien. Oleh karena itu seorang operator mesin absensi finger print harus benar- benar paham tentang teknologi informasi (mesin absensi finger print). Akan tetapi, jawaban yang lebih mendominasi pada pernyataan ini yaitu jawaban setuju sebanyak 107 responden atau 65,2 persen, dan sangat setuju sebanyak 52 responden atau 31,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak setuju bila diperlukannya sumber daya manusia atau pegawai khusus sebagai teknisi untuk absensi finger print.

Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator personalia pengoprasian yang berdasarkan teori dari Davis dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan:

Tabel 4.38 Frekuensi Indikator Personalia Pengoprasian Pilihan

Frekuensi Jawaban Responden Per

No Jawaban

Jumlah % responden

Indikator Pertanyaan Nomor

473 72,1% 3 C 0 3 20 5 28 4,3% 4 D 0 0 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuisoner Nomor 21, 22, 23, dan 24 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.38 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 23,6 persen responden yang menjawab A, 72,1 persen responden yang menjawab

B, 4,3 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Davis tentang efektivitas pada indikator personalia pengoprasian sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat drai tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa personalia pengoprasian mesin absensi finger print sudah cukup baik terlebih diambil dari pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bukan dari pihak luar. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

4.2.3.2. Analisis Variabel Efektivitas Absensi Finger Print ( X )

Setelah dilakukan analisis validitas dari 24 instrumen untuk variabel efektivitas absensi finger print ( X ). Maka data yang valid terdiri dari 23 instrumen, maka terdapat hasil sebagai berikut :

1) Bila setiap butir pernyataan mendapat skor tertinggi, yaitu : 4 x 23 x 164 = 15.088

2) Bila setiap butir pernyataan mendapat skor terendah, yaitu 1 x 23 x 164 = 3.772

Keterangan : Skor tertinggi

Skor terendah

Jumlah responden

Jumlah skor pengumpulan data variabel x = 11.602 Rata- rata skor ideal = Jumlah skor tertinggi = 15.088 = 92

Jumlah responden

Menurut 164 responden mengenai efektivitas penerapan absensi finger print, yaitu : Jumlah Skor Variabel x X 100% = 11.602 x 100 % = 76,9 % Jumlah skor tertinggi

Dari hasil 76,9 persen yang ditetapkan, hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori(Sugiyono, 2010: 110), sebagai berikut :

Gambar 4.3 Kontinum Interprestasi Skor

Sangat tidak baik

tidak baik

cukup baik

baik sangat baik

Keterangan interprestasi skor: Angka 0% - 20%

= sangat tidak baik

Angka 21% - 40%

= tidak baik

Angka 41% - 60%

= cukup baik

Angka 61% - 80%

= baik

Angka 81% - 100% = sangat baik

Dari perhitungan dan keterangan gambar diatas dapat diketahui bahwa efektivitas absensi finger print yang sudah diterapkan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dalam rangka meningkatkan kehadiran pegawai dan tingkat kedisiplinan pegawai untuk mematuhi jam kerja sudah baik. Hal ini terlihat dari nilai 76,9 persen termasuk kategori baik. Dapat dikatakan baik karena pernyataan yang diberikan oleh peneliti mengenai efektivitas absensi finger print rata-rata menjawab setuju. Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.4 Kategori Penilaian Efektivitas Absensi Finger Print 11.602

D C B A 3.772

Keterangan : A = Sangat setuju

B = Setuju

C = Tidak Setuju

D = Sangat Tidak Setuju

4.2.3.3. Penyajian Data Variabel Disiplin Pegawai ( Y )

1. Tujuan dan Kemampuan

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator tujuan dan kemampuan, antara lain : Pertama , Pegawai harus mengetahui tujuan yang ingin dicapai oleh pimpinan. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.39 Pegawai Harus Mengetahui Tujuan Pimpinan

Y25

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 4 2.4 2.4 2.4 setuju

61.0 61.0 63.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 25)

Dari tabel 4.39 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 100 responden atau 61 persen, sangat setuju sebanyak 60 responden atau 36,6 persen, dan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 4 responden atau 2,4 persen. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa responden setuju dan sangat setuju yang telah diakumulatifkan yaitu 160 responden dan bagi responden tersebut pegawai harus mengetahui tujuan yang ingin dicapai oleh pimpinan, sedangakan bagi 4 responden lainnya menganggap bahwa pegawai tidak harus mengatahui tujuan yang ingin dicapai oleh pimpinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten

Lebak sudah diketahui oleh bawahan dan ini menunjukan tingkat disiplin pegawai mengenai tujuan pimpinan yaitu baik. Kedua , pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan setiap pegawai. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.40 Pekerjaan yang Diberikan Sesuai Dengan Kemampuan

Y26

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 11 6.7 6.7 6.7 setuju

95 57.9 57.9 64.6 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 26)

Dari tabel 4.40 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 95 responden atau 57,9 persen, sangat setuju sebanyak 58 responden atau 35,4 persen, dan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 11 responden atau 6,7 persen. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut 153 pegawai pekerjaan yang diberikan pimpinan sesuai dengan kemampuan setiap pegawai. Akan tetapi, menurut 11 responden antara pekerjaan dengan kemampuan pegawai belum sesuai. Sehingga pimpian perlu melihat lagi pekerjaan yang diberikan kepada 11 pegawai tersebut apakah benar pekerjaaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut. Karena apabila benar hal tersebut dapat menghambat dan berpengaruh pada hasil pekerjaan maupun tingkat disiplin pegawai tersebut. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator tujuan dan Dari tabel 4.40 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 95 responden atau 57,9 persen, sangat setuju sebanyak 58 responden atau 35,4 persen, dan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 11 responden atau 6,7 persen. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut 153 pegawai pekerjaan yang diberikan pimpinan sesuai dengan kemampuan setiap pegawai. Akan tetapi, menurut 11 responden antara pekerjaan dengan kemampuan pegawai belum sesuai. Sehingga pimpian perlu melihat lagi pekerjaan yang diberikan kepada 11 pegawai tersebut apakah benar pekerjaaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut. Karena apabila benar hal tersebut dapat menghambat dan berpengaruh pada hasil pekerjaan maupun tingkat disiplin pegawai tersebut. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator tujuan dan

Tabel 4.41 Frekuensi Indikator Tujuan dan Kemapuan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

95 195 59,5% 3 C 4 11 15 4,5% 4 D 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 25 dan 26 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.41 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 36 persen responden yang menjawab A, 59,5 persen responden yang menjawab B, dan 4,5 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator tujuan dan kemampuan dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak tidak baik dalam bekerja, karena hasil persentasen tertinggi hanya 59,5 persen. Oleh karena itu, pimpinan harus memberikan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing pegawai agar tingkat disiplinnya bisa mencapai 80 persen.

2. Teladan Pimpinan

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator teladan pimpinan, antara lain : Pertama , Pimpinan selalu memberikan contoh berdisiplin baik, jujur, dan adil kepada bawahannya. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.42 Pimpinan Selalu Memberikan Contoh Berdisiplin

Y27

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 10 6.1 6.1 6.1 setuju

79 48.2 48.2 54.3 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 27)

Tingkat disiplin pegawai bisa meningkat bila pimpinan bisa menjadi seorang telandan atau memberikan contoh kepada bawahannya. Berdasarkan tabel

4.42 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 79 responden atau 48,2 persen dan sangat setuju sebanyak 75 responden atau 45,7 persen menyatakan bahwa pimpinan selama ini selalu memberikan contoh berdisiplin baik, jujur, dan adil kepada bawahannya. Sedangkan menurut responden yang tidak setuju 10 responden atau 6,1 persen tidak setuju dengan pernyataan ini, karena menurut responden tersebut ada pimpinan yang tidak berdisiplin waktu dan tidak adil kepada bawahannya. Akan tetapi dari tabel tersebut, menunjukkan bahwa pimpinan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak selalu memberikan 4.42 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 79 responden atau 48,2 persen dan sangat setuju sebanyak 75 responden atau 45,7 persen menyatakan bahwa pimpinan selama ini selalu memberikan contoh berdisiplin baik, jujur, dan adil kepada bawahannya. Sedangkan menurut responden yang tidak setuju 10 responden atau 6,1 persen tidak setuju dengan pernyataan ini, karena menurut responden tersebut ada pimpinan yang tidak berdisiplin waktu dan tidak adil kepada bawahannya. Akan tetapi dari tabel tersebut, menunjukkan bahwa pimpinan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak selalu memberikan

Kedua , Pimpinan tidak melakukan tindakan Korupsi Kolusi Nepotisme. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.43 Pimpinan Tidak Melakukan Tindakan KKN

Y28

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 14 8.5 8.5 8.5 setuju

89 54.3 54.3 62.8 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 28)

Dari tabel 4.43 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 89 responden atau 54,3 persen, sangat setuju sebanyak 61 responden atau 37,2 persen, tidak setuju sebanyak 14 responden atau 8,5 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masih ada pegawai yang tidak setuju bila pimpinan tidak melakukan tindakan KKN, hal ini menunjukan 14 pegawai tersebut bisa dikatakan kurang disiplin dan kurang mengetahui apakah pimpinan melakukan tindakan KKN atau tidak. Sehingga dapat disimpulkan teladan seorang pimpinan masih diragukan walaupun jawaban responden yang mendominasi yaitu setuju kalau Dari tabel 4.43 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 89 responden atau 54,3 persen, sangat setuju sebanyak 61 responden atau 37,2 persen, tidak setuju sebanyak 14 responden atau 8,5 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masih ada pegawai yang tidak setuju bila pimpinan tidak melakukan tindakan KKN, hal ini menunjukan 14 pegawai tersebut bisa dikatakan kurang disiplin dan kurang mengetahui apakah pimpinan melakukan tindakan KKN atau tidak. Sehingga dapat disimpulkan teladan seorang pimpinan masih diragukan walaupun jawaban responden yang mendominasi yaitu setuju kalau

Tabel 4.44 Frekuensi Indikator Teladan Pimpinan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

responden

1 A 75 61 136 41,5% 2 B 79 89 168

51,2% 3 C 10 14 24 7,3% 4 D 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 27 dan 28 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.44 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 41,5 persen responden yang menjawab A, 51,2 persen responden yang menjawab

B, dan 7,3 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator teladan pimpinan dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut menunjukan persentase tertinggi sebesar 51,2 persen. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bila dilihat dari teladan seorang pimpinan dapat dikatakan tidak baik, karena pimpinan kurang dapat memberikan contoh B, dan 7,3 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator teladan pimpinan dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut menunjukan persentase tertinggi sebesar 51,2 persen. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bila dilihat dari teladan seorang pimpinan dapat dikatakan tidak baik, karena pimpinan kurang dapat memberikan contoh

3. Balas Jasa

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator balas jasa, antara lain : Pertama , Pemberian gaji dan insentif yang adil bagi pegawai membuat pegawai lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.45 Pemberian Gaji dan Insentif yang Adil Bagi Pegawai

Y29

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

63.4 63.4 63.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 29)

Berdasarkan tabel 4.45 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 104 responden atau 63,4 persen, dan sangat setuju sebanyak 60 responden atau 36,6 persen dengan pernyataan bahwa pemberian gaji dan insentif yang adil bagi pegawai membuat pegawai lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Dari tabel tersebut, menunjukkan tingkat disiplin pegawai harusnya sangat baik karena tidak ada seorang responden pun yang tidak setuju dengan pernyataan nomor 29 mengenai balas jasa. Hal ini pun berarti pemberian gaji dan Berdasarkan tabel 4.45 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 104 responden atau 63,4 persen, dan sangat setuju sebanyak 60 responden atau 36,6 persen dengan pernyataan bahwa pemberian gaji dan insentif yang adil bagi pegawai membuat pegawai lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Dari tabel tersebut, menunjukkan tingkat disiplin pegawai harusnya sangat baik karena tidak ada seorang responden pun yang tidak setuju dengan pernyataan nomor 29 mengenai balas jasa. Hal ini pun berarti pemberian gaji dan

Tabel 4.46 Tunjangan Pegawai yang Didapat Akan Mendorong Sikap Disiplin

Y30

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 16 9.8 9.8 9.8 setuju

64.6 64.6 74.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 30)

Motivasi seorang pegawai untuk disiplin salah satunya dengan adanya tunjangan. Dari tabel 4.46 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 106 responden atau 64, 6 persen, sangat setuju sebanyak 42 responden atau 25,6 persen, tidak setuju sebanyak 16 responden atau 9,8 persen. Hal ini menunjukan bahwa bagi 148 responden tunjangan yang diberikan kepada pegawai dapat mendorong sikap disiplin. Akan tetapi, bagi 16 responden lainnya tujangan yang diberikan tidak cukup dan berpengaruh terhadap sikap disiplin pegawai, karena menurut pegawai tersebut ada saja pegawai yang mendapat tunjangan besar tetapi disiplinnya rendah. Padahal seharusnya semakin tinggi tunjangan yang diberikan, semakin tinggi pula tingkat kedisiplinannya. Oleh sebab itu, Motivasi seorang pegawai untuk disiplin salah satunya dengan adanya tunjangan. Dari tabel 4.46 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 106 responden atau 64, 6 persen, sangat setuju sebanyak 42 responden atau 25,6 persen, tidak setuju sebanyak 16 responden atau 9,8 persen. Hal ini menunjukan bahwa bagi 148 responden tunjangan yang diberikan kepada pegawai dapat mendorong sikap disiplin. Akan tetapi, bagi 16 responden lainnya tujangan yang diberikan tidak cukup dan berpengaruh terhadap sikap disiplin pegawai, karena menurut pegawai tersebut ada saja pegawai yang mendapat tunjangan besar tetapi disiplinnya rendah. Padahal seharusnya semakin tinggi tunjangan yang diberikan, semakin tinggi pula tingkat kedisiplinannya. Oleh sebab itu,

Tabel 4.47 Frekuensi Indikator Balas Jasa Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 29 dan 30 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.47 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 31 persen responden yang menjawab A, 64 persen responden yang menjawab B, dan

5 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator balas jasa sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup baik, karena adanya motivasi dari balas jasa yang diberikan kepada pegawai dari pimpinan dan diberikan secara adil sesuai dengan golongan dan prestasi kerja 5 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator balas jasa sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup baik, karena adanya motivasi dari balas jasa yang diberikan kepada pegawai dari pimpinan dan diberikan secara adil sesuai dengan golongan dan prestasi kerja

4. Keadilan

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator keadilan, antara lain : Pertama , Perlakuan yang diberikan pimpinan sama terhadap semua pegawainya. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.48 Perlakuan yang Diberikan Pimpinan Sama Terhadap Semua Pegawainya

Y31

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat tidak setuju 11 6.7 6.7 6.7 tidak setuju

26 15.9 15.9 22.6 setuju

94 57.3 57.3 79.9 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 31)

Berdasarkan tabel 4.48 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 94 responden atau 57,3 persen, sangat setuju sebanyak 33 responden atau 20,1 persen, tidak setuju sebanyak 26 responden atau 15,9 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju sebanyak 11 responden atau 6,7 persen. Dari tabel tersebut, menunjukan jawaban responden berbeda-beda mengnai pernyataan nomor 31 tentang keadilan. Menurut 127 pegawai dari yang menjawab sangat setuju dan setuju pimpinan memberikan perlakuan yang sama kepada setiap Berdasarkan tabel 4.48 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 94 responden atau 57,3 persen, sangat setuju sebanyak 33 responden atau 20,1 persen, tidak setuju sebanyak 26 responden atau 15,9 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju sebanyak 11 responden atau 6,7 persen. Dari tabel tersebut, menunjukan jawaban responden berbeda-beda mengnai pernyataan nomor 31 tentang keadilan. Menurut 127 pegawai dari yang menjawab sangat setuju dan setuju pimpinan memberikan perlakuan yang sama kepada setiap

Kedua, pimpinan harus memberikan pekerjaan secara adil kepada bawahannya sesuai dengan TUPOKSI. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.49 Pimpinan Harus Memberikan Pekerjaan Secara Adil

Y32

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 8 4.9 4.9 4.9 setuju

61.0 61.0 65.9 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 32) Dari tabel 4.49 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju

sebanyak 100 responden atau 61 persen, sangat setuju sebanyak 56 responden atau 34,1 persen, tidak setuju sebanyak 8 atau 4,9 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Hal ini, menunjukan bahwa dari jawaban yang mendominasi, pegawai setuju bila pimpinan memberikan pekerjaan secara adil kepada pegawai atau bawahannya.

Dan berdasarkan tabel tersebut, menunjukan pula masih terdapat pegawai yang tidak setuju bila pekerjaan yang diberikan pimpinan itu secara adil kepada pegawai. Hal ini berarti 8 orang pegawai tersebut kurang disiplin dan kurang mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang diberikan pimpinan sudah diberikan secara Dan berdasarkan tabel tersebut, menunjukan pula masih terdapat pegawai yang tidak setuju bila pekerjaan yang diberikan pimpinan itu secara adil kepada pegawai. Hal ini berarti 8 orang pegawai tersebut kurang disiplin dan kurang mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang diberikan pimpinan sudah diberikan secara

Tabel 4.50 Frekuensi Indikator Keadilan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 31 dan 32 tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.50 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 38

persen responden yang menjawab A, 42,7 persen responden yang menjawab B, 14,5 persen yang menjawab C dan 4,8 persen responden menjawab D. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator keadilan dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan tidak baik, karena adanya perlaku yang kurang adil dari pimpinan, sehingga kurang dapat memotivasi pegawai untuk berdisiplin. Sikap kurang adil pimpinan ini ditunjukkan dengan tindakan pemberian tugas yang kurang sesuai dengan tugas dan fungsi pegawai tersebut. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

5. Pengawasan Melekat (Waskat)

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Pengawasan Melekat (Waskat) , antara lain : Pertama , Penilaian & pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kerja pegawai sudah diterapkan instansi. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.51 Penilaian & Pengawasan Sudah Diterapkan Instansi

Y33

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 40 24.4 24.4 24.4 setuju

62.8 62.8 87.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 33)

Berdasarkan tabel 4.51 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 103 responden atau 62,8 persen, sangat setuju sebanyak 21 responden atau 12,8 persen, tidak setuju sebanyak 40 responden atau 24,4 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa bagi responden yang menjawab setuju dan sangat setuju pimpinan sudah melakukan penilaian dan pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kinerja pegawai. Tetapi bagi 40 pegawai tidak setuju bila pimpinan sudah melakukan penilaian dan pengawasan terhadap sikap, perilaku dan kinerja pegawai. Hal ini berarti, pengawasan dan penilaian yang dilakukan pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak masih kurang karena masih terdapat responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan nomor 33. Padahal Berdasarkan tabel 4.51 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 103 responden atau 62,8 persen, sangat setuju sebanyak 21 responden atau 12,8 persen, tidak setuju sebanyak 40 responden atau 24,4 persen dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa bagi responden yang menjawab setuju dan sangat setuju pimpinan sudah melakukan penilaian dan pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kinerja pegawai. Tetapi bagi 40 pegawai tidak setuju bila pimpinan sudah melakukan penilaian dan pengawasan terhadap sikap, perilaku dan kinerja pegawai. Hal ini berarti, pengawasan dan penilaian yang dilakukan pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak masih kurang karena masih terdapat responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan nomor 33. Padahal

Tabel 4.52 Pimpinan Mengetahui Prestasi Kerja Dan Kesulitan Pekerjaan Pegawai

Y34

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 26 15.9 15.9 15.9 setuju

96 58.5 58.5 74.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 34)

Dari tabel 4.52 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang sangat setuju sebanyak 42 responden atau 25,6 persen, setuju sebanyak 96 responden atau 58,5 persen, dan tidak setuju 26 responden atau 15,9 persen. Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa bagi 138 pegawai setuju dan pimpinan sudah mengetahu prestasi dan kesulitan yang dihadapi pegawai lain. Tetapi bagi 26 pegawai yang menjawab tidak setuju, pimpinan tidak mengetahui kesulitan dan prestasi pegawainya. Hal ini menunjukan kurangnya pengawasan melekat yang dilakukan pimpinan. Padahal pengawasan mengenai prestasi dan kesulitan yang dihadapi pegawai berpengaruh baik untuk pegawai itu sendiri khususnya untuk Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Padahal seharusnya semakin tinggi tunjangan yang diberikan, semakin tinggi pula tingkat kedisiplinannya.

Oleh sebab itu, pimpinan memberikan insentif yang adil kepada pegawai dan ini terbukti dengan pernyataan sebeumnya di nomor 29. Dan berikut ini hasil Oleh sebab itu, pimpinan memberikan insentif yang adil kepada pegawai dan ini terbukti dengan pernyataan sebeumnya di nomor 29. Dan berikut ini hasil

Tabel 4.53 Frekuensi Indikator Pengawasan Melekat (Waskat) Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 33 dan 34 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.53 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 19,2 persen responden yang menjawab A, 60,7 persen responden yang menjawab

B, dan 20,1 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator pengawasan melekat (waskat) sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan yang telah diajukan. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup baik, karena pimpinan melakukan pengawasan yang melekat kepada bawahannya untuk mengetahui prestasi kerja atau pun kesulitan yang dialami oleh bawahannya. Dan adanya pengawasan yang melekat ini dapat motivasi pegawai untuk disiplin.Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

6. Sanksi Hukuman

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Sanksi Hukuman, antara lain : Pertama , Pegawai harus mengetahui Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.54 Pegawai Mengetahui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010

Y35

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

76.2 76.2 76.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 35)

Disiplin Pegawai Negeri Sipil di atur dalam Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 dan di dalamnya terdapat sanksi hukuman bagi yang melanggar peraturan tersebut. Dari tabel 4.54 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 125 responden atau 76,2 persen, dan sangat setuju sebanyak 39 responden atau 23,8 persen. Hal ini menunjukan seluruh pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah mengetahui adanya peraturan mengenai dispilin Pegawai Negeri Sipil. Sehingga, pegawai tidak akan melakukan pelanggaran seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 karena dalam peraturan tersebut sudah jelas bagi yang melanggar ada sanksi yang harus ditanggungnya. Akan tetapi, semuanya tergantung dari ketegasan pimpinan pula dalam memberikan sanksi dan hasil observasi di lapangan pegawai mengetahui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tetapi pegawai pun masih terdapat Disiplin Pegawai Negeri Sipil di atur dalam Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 dan di dalamnya terdapat sanksi hukuman bagi yang melanggar peraturan tersebut. Dari tabel 4.54 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 125 responden atau 76,2 persen, dan sangat setuju sebanyak 39 responden atau 23,8 persen. Hal ini menunjukan seluruh pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah mengetahui adanya peraturan mengenai dispilin Pegawai Negeri Sipil. Sehingga, pegawai tidak akan melakukan pelanggaran seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 karena dalam peraturan tersebut sudah jelas bagi yang melanggar ada sanksi yang harus ditanggungnya. Akan tetapi, semuanya tergantung dari ketegasan pimpinan pula dalam memberikan sanksi dan hasil observasi di lapangan pegawai mengetahui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tetapi pegawai pun masih terdapat

Kedua , sanksi yang diberikan terhadap pelanggar disiplin harus berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.55 Sanksi yang Diberikan Berdasarkan PP No. 53 tahun 2010

Y36

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 4 2.4 2.4 2.4 setuju

62.8 62.8 65.2 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 36)

Berdasarkan tabel 4.55 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 103 respondenatau 62,8 persen, sangat setuju sebanyak 57 responden atau 34,8 persen, tidak setuju sebanyak 4 responden atau 2,4 persen, dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa pegawai setuju bila pegawai yang melanggar disiplin diberikan sanksi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sehingga, pegawai yang melanggar tidak mengulangi atau melakukan pelanggaran. Tetapi, menurut 4 pegawai tidak setuju bila sanksi yang diberikan harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Menurut pegawai tersebut sanksi yang diberikan kepada pelanggar disiplin ada dua yaitu beradasarkan Peraturan

Pemerintah No. 53 tahun 2010 dan kebijakan yang diberikan oleh pimpinan. Akan tetapi, kebijakan tersebut menurut beberapa pegawai diberikan karena faktor kekeluargaan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan selain sanksi hukuman peran pimpinan dalam menentukan kebijakkan sangat menentukan tingkat disiplin pegawai yang berada di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator sanksi hukuman yang berdasarkan teori dari Hasibuan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.56 Frekuensi Indikator Sanksi Hukuman Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

228 69,5% 3 C 0 4 4 1,2% 4 D 0 0 0 0

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 35 dan 36 tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.56 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat

29,3 persen responden yang menjawab A, 69,5 persen responden yang menjawab

B, dan 1,2 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator sanksi hukuman sudah dapat dikatakan cukup baik dalam yang telah diajukan. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup B, dan 1,2 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator sanksi hukuman sudah dapat dikatakan cukup baik dalam yang telah diajukan. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup

7. Ketegasan

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Ketegasan, antara lain : Pertama , Pimpinan berani bersikap tegas dalam memberikan hukuman kepada pegawai yang melanggar peraturan instansi. Responden menjawab sebagai berikut:

Tabel 4.57 Pimpinan Berani Bersikap Tegas Dalam Memberikan Hukuman

Y37

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

66.5 66.5 66.5 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 37)

Pimpinan selain memberikan contoh yang baik kepada bawahan, harus dapat bersikap tegas kepada bawahan yang melanggar dengan memberikan sanksi yang sesuai pelanggarannya. Dari tabel 4.57 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 109 responden atau 66,5 persen, sangat setuju sebanyak 55 responden atau 33,5 persen. Dari tabel tersebut, berarti pegawai setuju bila pimpinan bersikap tegas dalam memberikan hukuman kepada pegawai yang melanggar peraturan instansi. Hal ini pula menunjukan bahwa pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak siap menerima hukuman atau sanksi dari pimpinan bila melanggar peraturan instansi dan berarti pegawai disiplin pada peraturan yang berlaku di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Akan tetapi, kondisi di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa pegawai bahwa pimpinan kurang tegas dalam memberikan sanksi, hal tersebut dikarena adanya faktor kekeluargaan.

Kedua, pimpinan harus tegas dalam memberikan contoh sikap disiplin kepada bawahannya. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.58 Pimpinan Harus Tegas Dalam Memberikan Contoh Sikap Disiplin

Y38

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

63.4 63.4 63.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 38)

Berdasarkan tabel 4.58 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 104 responden atau 63,4 persen, dan sangat setuju sebanyak 60 responden atau 36,6 persen. Dari tabel tersebut, berarti pegawai menyetujui kalau pimpinan memberikan contoh tegas kepada bawahannya untuk berdisiplin. Hal ini dilakukan pimpinan untuk bersikap tegas agar pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak mematuhi dan mengikuti contoh dari pimpinannya. Oleh karena itu, pimpinan harus tegas dalam memberikan contoh berdisiplin karena pegawai biasanya meniru atau mencontoh perilaku atasannya. Dan apabila pimpinan tidak bisa tegas, maka bawahan pun akan berprilaku seenaknya dalam bersikap.

Berikut ini hasil frekuensi dari indikator ketegasan yang berdasarkan teori dari Hasibuan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.59 Frekuensi Indikator Ketegasan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 37 dan 38 tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.59 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 35

persen responden yang menjawab A, dan 65 persen responden yang menjawab B. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator ketegasan

sudah dapat dikatakan cukup baik dalam pernyataan ini. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup baik bila dilihat dari indikator tersebut, karena pegawai bersikap disiplin di dorong dengan sikap pimpinan yang berprilaku tegas kepada bawahannya terlebih bagi pegawai yang melanggar. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut. Akan tetapi, kondisi di lapangan dan wawancara dengan beberapa pegawai bahwa pimpinan kurang tegas dalam memberikan sanksi terutama bagi pegawai yang datang terlambat dan pulang mendahului, hal tersebut dikarena adanya faktor kekeluargaan.

8. Hubungan Manusia

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Hubungan Manusia, antara lain : Pertama, Lingkungan dan suasana kerja yang nyaman akan membuat pegawai lebih disiplin. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.60 Lingkungan Dan Suasana Kerja yang Nyaman akan Membuat Pegawai Disiplin

Y39

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 5 3.0 3.0 3.0 setuju

81 49.4 49.4 52.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 39)

Dari tabel 4.60 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 81 responden atau 49,4 persen, sangat setuju sebanyak 78 responden

atau 47,6 persen, dan untuk jawaban tidak setuju sebanyak 5 responden atau 3 persen. Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa menurut responden yang tidak setuju lingkungan dan suasana kerja tidak berpengaruh terhadap pegawai untuk lebih disiplin. Akan tetapi, beda halnya dengan responden yang menjawab setuju dan sangat setuju, menurut mereka lingkungan dan suasana yang nyaman akan membuat pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dan dapat disimpulkan dari jawaban yang mendominasi bahwa lingkungan dan suasana kerja yang nyaman akan membuat pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak lebih disiplin. Hal ini bisa tercipta bila pimpinan dan pegawainya bekerjasama untuk memciptakan lingkungan dan suasana tempat kerja yang nyaman untuk melakukan pekerjaannya. Sehingga, tingkat kedisiplinan pegawai pun akan meningkat di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

Kedua , pegawai menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi antar pegawai lain. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.61 Pegawai Menciptakan Suasana Hubungan Kemanusiaan

Y40

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 7 4.3 4.3 4.3 setuju

70.1 70.1 74.4 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 40)

Berdasarkan tabel 4.61 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab setuju sebanyak 115 atau 70,1 persen, sangat setuju sebanyak 42 responden atau 25,6 persen, tidak setuju sebanyak 7 responden atau 4,3 persen, dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai setuju bila hubungan kerja sesama pegawai dapat menimbulkan sikap disiplin kepada pribadi masing-masing pegawai. Tetapi, ada pun 7 responden yang tidak setuju bila suatu hubungan kerja itu bisa menimbulkan sikap disiplin seorang pegawai dan hal ini pun menunjukan bahwa responden yang menjawab tidak setuju memiliki hubungan yang kurang serasi antar pegawai lainnya, beda halnya dengan responden yang menjawab setuju menunjukkan memiliki hubungan yang serasi antar pegawai lainnya ketika berada di lingkungan kantor maupun tidak berada di lingkungan kantor.

Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator hubungan kemanusiaan yang berdasarkan teori dari Hasibuan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan:

Tabel 4.62 Frekuensi Indikator Hubungan Kemanusiaan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

196 59,2% 3 C 5 7 12 3,6% 4 D 0 0 0 0%

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 39 dan 40 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.62 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 37,2 persen responden yang menjawab A, 59,2 persen responden yang menjawab

B, dan 3,6 persen yang menjawab C. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator hubungan kemanusiaan sudah dapat dikatakan cukup baik baik dalam pernyataan ini. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan cukup baik, karena dipengaruhi oleh suasana kerja yang nyaman dan pegawai dapat menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi antar pegawai. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

9. Menaati Ketentuan Jam Kerja

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Menaati Ketentuan Jam Kerja, antara lain : Pertama, Ketentuan Jam Kerja hari Senin s/d Kamis 07.30-16.00 dan hari Jumat

07.30 s/d 16.30. responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.63 Ketentuan Jam Kerja

Y41

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 3 1.8 1.8 1.8 setuju

77.4 77.4 79.3 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 41)

Berdasarkan tabel 4.63 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 127 responden atau 77,4 persen, sangat setuju sebanyak 34 responden atau 20,7 persen, tidak setuju 3 responden atau 1,8 persen, dan untuk jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab. Dari tabel tersebut, menunjukkan bahwa pegawai setuju dan sangat setuju bila Ketentuan Jam Kerja hari Senin s/d Kamis 07.30-16.00 dan hari Jumat 07.30 s/d 16.30. Dengan pegawai sangat setuju dan setuju dengan pernyataan, ini menunjukan bahwa responden tersebut seharusnya tidak ada yang datang terlambat, sehingga tingkat kedisiplinan pegawai bisa meningkat. Akan tetapi, 3 pegawai tidak setuju dengan ketentuan jam kerja hari Senin s/d Kamis 07.30-16.00 dan hari Jumat 07.30 s/d 16.30 yang diterapakan Sekretriat Daerah Kabupaten Lebak. Dan ini pun terbukti di lapangan bahwa masih ada pegawai yang datang tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan jam kerja. Ini dikarenakan menurut mereka itu terlalu pagi terlebih untuk rumah yang sangat jauh dari kantor Sekretriat Daerah Kabupaten Lebak dan belum lagi mereka harus apel pagi serta absen melalui mesin absensi finger print. Kedua, Pegawai datang terlambat dan pulang mendahului. Responden menjawab

sebagai berikut :

Tabel 4.64 Pegawai Datang Terlambat dan Pulang Mendahului

Y42

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat setuju 5 3.0 3.0 3.0 setuju

11 6.7 6.7 9.8 tidak setuju

62.2 62.2 72.0 sangat tidak setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 42)

Berdasarkan tabel 4.64 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 11 responden atau 6,7 persen, sangat tidak setuju sebanyak 5 responden atau 3 persen, tidak setuju sebanyak 102 responden 62,2 persen, dan untuk jawaban sangat tidak setuju sebanyak 46 responden atau 28 persen. Dari tabel tersebut, menunjukkan bahwa pegawai tidak setuju bila ada pegawai yang datang terlambat dan pulang mendahului atau tidak sesuai dengan jam kerja. Akan tetapi, masih ada pegawai yang setuju dengan pernyataan pegawai datang dan pulang mendahului, karena menurut pegawai tersebut bila ada suatu kepentingan otomatis datang ataupun pulang kerja terpaksa mendahului dan menurut pegawai yang menjawab setuju pun, bila tidak ada pekerjaan lagi atau bisa dikatkan pekerjaan sudah selesai dari pada diam di Kantor lebih baik pulang mendahului. Hal ini terbukti di lapangan masih terdapat beberapa pegawai yang datang terlambat dan pulang mendahului. Dan berikut ini hasil frekuensi dari indikator menaati ketentuan jam kerja yang berdasarkan teori dari Hasibuan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.65 Frekuensi Indikator Menaati Ketentuan Jam Kerja Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 41 dan 42 tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.65 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat 15 persen responden yang menjawab A, 40,6 persen responden yang menjawab B, 30,9 persen yang menjawab C, dan 13,5 persen yang menjawab D. Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator menaati ketentuan jam kerja sudah dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan tidak baik, karena masih terdapat pegawai yang tidak menaati ketentuan jam kerja, seperti datang terlambat, istirahat dan pulang tidak sesuai jam kerja yang telah ditentukan. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

10. Mengutamakan Kepentingan Negara dari pada Kepentingan sendiri, Seseorang, dan/atau Golongan

Terdapat 2 pernyatan yang berhubungan dengan indikator Mengutamakan Kepentingan Negara dari pada Kepentingan sendiri, Seseorang, dan/atau Golongan, antara lain : Pertama , Pegawai mengutamakan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi. Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.66 Pegawai Mengutamakan Kepentingan Organisasi

Y43

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

tidak setuju 3 1.8 1.8 1.8 setuju

72.0 72.0 73.8 sangat setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 43)

Berdasarkan tabel 4.66 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang setuju sebanyak 118 atau 72 persen, sangat setuju sebanyak 43 responden atau 26,2 persen, dan tidak setuju sebanyak 3 responden atau 1,8 persen. Dari tabel tersebut, berarti pegawai setuju kalau seorang pegawai negeri sipil harus mengutamakan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi dan ini sudah menjadi kewajiban seorang pegawai negeri sipil seperti tertuang pada Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3 ayat

7. Akan tetapi, masih terdapat pegawai yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan hal ini pun terbukti di lapangan bahwa ada pegawai yang sering keluar Kantor untuk mengurusin kepentingan pribadi. Berarti menunjukan pegawai tersebut tidak disiplin dan melanggar Peraturan Pemerintah No.53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kedua , pegawai meninggalkan pekerjaan untuk mengurus kepentingan di luar kantor (urusan pribadi). Responden menjawab sebagai berikut :

Tabel 4.67 Pegawai Meninggalkan Pekerjaan Untuk Mengurus Kepentingan Pribadi

Y44

Cumulat iv e

Valid Percent Percent Valid

Frequency

Percent

sangat setuju 5 3.0 3.0 3.0 setuju

33 20.1 20.1 23.2 tidak setuju

62.8 62.8 86.0 sangat tidak setuju

Sumber : Data Primer, 2012 (Pernyataan No. 44)

Berdasarkan tabel 4.67 diatas dapat dilihat responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 responden atau 3 persen, setuju sebanyak 33 responden atau 20,1 persen, tidak setuju sebanyak 103 responden atau 62,8 persen, dan sangat tidak setuju sebanyak 23 responden atau 14 persen. Hal ini menunjukan perbedaan pendapat diantara pegawai. Bagi pegawai yang sering meninggalkan pekerjaan untuk mengurus kepentingan di luar kantor ( urusan pribadi) menjawab setuju karena kepentingan di luar kantor apabila tidak bisa ditinggalkan otomatis pegawai mengutamakan urusan pribadinya terlebih apabila itu mengenai urusan keluarga. Tetapi, banyak pula pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang lebih mengutamakan kepentingan organisasi dari pada kepentingan sendiri, seseorang, atau golongan. Hal ini terbukti dengan jawaban responden lebih mendominasi tidak setuju pada pernyataan nomor 44.

Berikut ini hasil frekuensi dari indikator mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau golongan. yang berdasarkan teori dari Hasibuan dan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan :

Tabel 4.68 Frekuensi Indikator Mengutamakan Kepentingan Negara Dari Pada Kepentingan Sendiri, Seseorang Dan/Atau Golongan Frekuensi Jawaban

Pilihan

Responden Per Indikator

No Jawaban Jumlah %

Pertanyaan Nomor

Sumber: Pengolahan Nilai Kuesioner Nomor 43 dan 44 tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.68 dapat dilihat bahwa dari 164 responden terdapat

14,6 persen responden yang menjawab A, 45,8 persen responden yang menjawab

B, dan 32,2 persen yang menjawab C dan 7,2 persen responden yang menjawab D . Sehingga dalam teori Hasibuan tentang disiplin pegawai pada indikator mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau golongan dapat dikatakan tidak baik dalam pernyataan ini. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak bisa dikatakan tidak baik, karena adanya pegawai yang masih mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya dari pada pekerjaan yang dilakukan. Hal ini terbukti dengan dari segi persentase yang ada pada tabel tersebut.

4.2.3.3. Analisis Variabel Disiplin Pegawai ( Y )

Setelah dilakukan analisis validitas dari 20 instrumen. Maka data yang valid terdiri dari 20 instrumen, maka terdapat hasil sebagai berikut :

1) Bila setiap butir pernyataan mendapat skor tertinggi, yaitu : 4 x 20 x 164 = 13.120

2) Bila setiap butir pernyataan mendapat skor terrendah, yaitu 1 x 20 x 164 = 3.280

Keterangan : Skor tertinggi

Skor terendah

Jumlah responden

Jumlah skor pengumpulan data variabel Y

Rata- rata skor ideal = Jumlah skor tertinggi = 13.120 = 80

Jumlah responden

Menurut 164 responden mengenai disiplin pegawai, yaitu : Jumlah Skor Variabel Y X 100% = 10.562 x 100 % = 80,50 %

Jumlah skor tertinggi

Dari hasil 80,50 persen yang ditetapkan, hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori (Sugiyono, 2010: 110), sebagai berikut :

Gambar 4.5 Kontinum Interprestasi Skor

Sangat tidak baik

tidak baik

cukup baik

baik sangat baik

Keterangan interprestasi skor: Angka 0% - 20%

= sangat tidak baik

Angka 21% - 40%

= tidak baik

Angka 41% - 60%

= cukup baik

Angka 61% - 80%

= baik

Angka 81% - 100% = sangat baik

Dari perhitungan dan keterangan gambar diatas dapat diketahui bahwa disiplin pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah baik. Hal ini terlihat dari nilai 80,50 persen termasuk kategori baik. Dapat dikatakan baik karena pernyataan yang diberikan oleh peneliti mengenai efektivitas absensi finger print rata-rata menjawab setuju. Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.6 Kategori Penilaian Disiplin Pegawai

D C B A 3.280

Keterangan : A = Sangat setuju

B = Setuju

C = Tidak Setuju

D = Sangat Tidak Setuju

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Koefisien Korelasi

Dalam penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment. Berikut ini pengujian koefisien korelasi product moment dengan menggunakan SPSS versi 15 :

Tabel 4.69

Koefisien Korelasi Product Moment

Correlati ons

Ef ektiv itas Absensi

Disiplin Finger Print

Pegawai Ef ektiv itas Absensi

1 .593** Finger Print

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

164 164 Disiplin Pegawai

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

**. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.50 diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,593 antara efetivitas absensi finger print (X) terhadap disiplin pegawai (Y). Untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi, dapat dibandingkan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.70 Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sumber : Sugiyono, 2010 : 214)

Mengacu pada tabel pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi, maka koefisien korelasi antara efektivitas absensi finger print (X) dan disiplin pegawai (Y) adalah sedang karena koefisien korelasinya menunjukkan angka 0,593 yang tergolong pada interval koefisien antara 0,40 – 0,599.

Korelasi antara X dan Y sebesar 0,593, artinya terdapat korelasi sedang antara efetivitas absensi finger print (X) dan disiplin pegawai (Y), dengan arah positif. Dari perbandingan tersebut r hitung ternyata menunjukkan angka sebesar 0,593 lebih besar dari pada r tabel (95% = 0.05) (dk = n – 2 = 164 – 2 = 162) sehingga menunjukan angka sebesar 0,148. Jadi, jika r hitung >r tabel maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang sedang antara efektivitas absensi finger print (X) dan disiplin pegawai (Y).

4.3.2. Uji Koefisien Determinan

Untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel efetivitas absensi finger print (X) terhadap variabel disiplin pegawai (Y), kemudian dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien yang ditentukan. Berikut adalah Model Summary berdasarkan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 15.

Tabel 4.71 Koefisien Determinan

Model Summary Adjusted

Std.Error of Model

R Square

R Square

the Estimate

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.52 koefisien korelasi product moment adalah sebesar 0,593, R Square adalah koefisien determinan yang didapat hasil sebesar 0,352 berarti kontribusi variabel efetivitas absensi finger print (X) terhadap variabel disiplin pegawai (Y) kecil yaitu sebesar 35,2 persen dan sisanya 64,8 persen dipengaruhi faktor-faktor lain. Hal ini menunjukan hubungan antar kedua variabel lemah karena semakin kecil angka R Square semakin lemah hubungan kedua variabel.

4.3.3. Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel efetivitas absensi finger print (X) dengan variabel disiplin pegawai (Y), maka menggunakan rumus regresi linear sebagai berikut :

Rumus

Y’ = a + bX

Keterangan : Y’ = Subjek atau nilai dalam dependen yang diprediksikan.

a = Harga Y, apabila X = 0 (harfa konstan).

b = Angka arah atau koefisien korelasi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi linier sederhana melalui SPSS versi 15, maka diperoleh nilai (a) dan (b), yaitu:

Tabel 4.72 Regresi Linear Sederhana

Coeffici ents a

Unstandardized

Standardized

Coef f icients

Coef f icients

Model

t Sig. 1 (Constant)

B Std. Error

Beta

2.973 .003 Ef ektiv itas Absensi Finger Print

9.383 .000 a. Dependent Variable: Disiplin Pegawai

(Sumber : Data Primer diolah tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.54 diatas maka dapat dilihat a = 15,527 dan b = 0,691 kemudian disusun persamaan regresinya yaitu : Y’ = a + bX

Y = 15,527 + 0,691X Keterangan:

Y : Disiplin Pegawai

X : Efektivitas Absensi Finger Print

a : Konstanta sebesar 15,527, artinya jika efektivitas absensi finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak (X) nilainya 0, maka nilai disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak (Y) nilainya positif sebesar 15,527.

b : Koefisien regresi sebesar 0,691, artinya jika efektivitas absensi finger print di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak (X) mengalami kenaikan 1, maka disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak (Y) mengalami peningkatan sebesar 0,691.

Diketahui dari hasil perhitungan efektivitas absensi finger print (X) sebesar 76,9 persen, maka persamaan regresinya, adalah:

Y’ = a + bX = 15,527 + 0,691 (76,9) = 15,527 + 53,137 = 68.66 Dari persamaan diatas dapat dilihat garis regresi dapat digambarkan

berdasarkan persamaan yang telah ditemukan, yaitu:

Gambar 4.8 Garis Regresi

40 Y= 15,527 + 0,691X

30 pertemuan antara rata-rata X dan Y

20 15,527 rata-rata X = 76,9 dan rata-rata Y = 15,527

Selanjutnya untuk menentukan pengaruh antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lebak, dapat dilihat perbandingannya antara skor dengan taraf k esalahan 0,05 (α = 5%). Adapun ketentuan tingkat signifikasi, yaitu P value (sign) > α = H o diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan H o P value (sign)

ditolak, sedangkan H a diterima. Lihat tabel koefisien di halaman sebelumnya bahwa nilai sign = 0,003, itu berarti nilai P value : 0,05 = 0,003 < 0,05. Dari perhitungan ini berarti H o ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

4.4. Interprestasi Hasil Penelitian

Dari hasil uji coba diatas diketahui interpretasi dari penelitian yang berjudul Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, yaitu untuk menguji koefisien korelasi

adalah jika r hitung lebih besar (≥) dari r tabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung lebih besar () dari r tabel , maka H O diterima dan Ha ditolak. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa r hitung 0,593 > r tabel 0,148 maka H O ditolak dan Ha diterima.

Untuk menghitung besarnya pengaruh antara efektivitas absensi finger print (X) dengan disiplin pegawai (Y), maka menggunakan rumus koefisien

2 determinan (R square) Cd = r 2 x 100% = 0,593 x 100% = 35,2%. Artinya besarnya pengaruh efektivitas absensi finger print (X) terhadap disiplin pegawai

(Y) yaitu 35,2 persen dan sisanya 64,8 persen dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Maka hipotesis yang dinyatakan bahwa terdapat hubungan (Y) yaitu 35,2 persen dan sisanya 64,8 persen dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Maka hipotesis yang dinyatakan bahwa terdapat hubungan

Untuk menghitung apakah ada pengaruh antara variabel X (independen) dan variabel Y (dependen), maka menggunakan rumus regresi linier yaitu Y = 15,527 + 0,691X. Artinya, nilai a adalah konstanta sebesar 15,527, jika efektivitas absensi finger print (X) nilainya 0 (nol), maka tingkat disiplin pegawai (Y) nilainya positif sebesar 15,527, nilai b adalah koefisien regresi sebesar 0,691, berarti jika efektivitas absensi finger print (X) mengalami kenaikan 1 (satu), maka tingkat disiplin pegawai mengalami peningkatan sebesar 0,691. Dari ketentuan

tingkat signifikasi, yaitu: Ho P value (sign) α = Ho ditolak, sedangkan Ha diterima. Lihat tabel koefisien di halaman sebelumnya bahwa nilai sign = 0,003,

itu berarti nilai P value : 0,05 = 0,003 < 0,05. Dari perhitungan ini berarti H o

ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara jika efektivitas absensi finger print (X) dengan disiplin pegawai (Y) di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal instrumen pada variabel X adalah 4 x 23 x 164 = 15.088. Bila setiap butir mendapatkan skor terendah yaitu : 1 x 23 x 164 = 3.772, (4 = nilai tertinggi, 1 = nilai terendah, 23 = jumlah item pernyataan yang valid, 164 = jumlah responden). Skor penelitian adalah jumlah skor pengumpulan data variabel X 11.602. Dengan demikian nilai pengaruh efektivitas absensi finger print adalah 11.602 : 15.088 = 0,769 maka dalam prosentase menjadi 76,9 persen.

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, skor instrumen pada variabel Y adalah 4 x 20 x 164 = 13.120. Bila setiap butir mendapatkan skor terendah, yaitu : 1 x 20 x 164 = 3.280 (4 = nilai tertinggi, 1 = nilai terendah, 164 = jumlah responden, dan 20 = jumlah item pernyataan), skor penelitian adalah jumlah skor pengumpulan data variabel Y sebesar 10.562. Dengan demikian nilai disiplin pegawai negeri sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak adalah 10.562 : 13.120 = 0,805 maka dalam prosentase menjadi 80,5 persen.

4.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan hipotesis, maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang sedang dan signifikan antara efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Selanjutnya peneliti mencoba menjawab rumusan masalah yang terdapat pada bab 1 (satu). Dan berdasarkan analisis diatas, maka jawaban atas pertanyaan perumusan masalah dalam skripsi ini adalah :

1) Adakah hubungan yang signifikan antara efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak?

Untuk menjawab rumusan masalah ini digunakan perhitungan hipotesis dengan koefisien korelasi, karena koefisien korelasi menggambarkan apakah ada hubungan antara efektivitas penerapan absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi product moment.

Berdasarkan perhitungan hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment dapat diketahui bahwa Ha diterima yang artinya terdapat hubungan positif dan signifikan sebesar 0,593 antara efektivitas absensi finger print (X) terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dan hal ini pun menunjukan bahwa variabel efektivitas absensi finger print (X) berpengaruh kecil terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, karena terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi disiplin Pegawai Negeri Sipil yang tidak diteliti oleh peneliti.

2) Seberapa besar pengaruh efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak?

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara hubungan efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, masih belum mampu melaksanakan efektivitas penerapan absensi finger print. Misalnya masih terdapat beberapa pegawai yang datang terlambat atau bahkan datang untuk absen kemudian keluar lagi meninggalkan kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak untuk mengurusin kepentingan pribadi pegawai tersebut. Dan masih terdapat pula pegawai yang datang selesai Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, masih belum mampu melaksanakan efektivitas penerapan absensi finger print. Misalnya masih terdapat beberapa pegawai yang datang terlambat atau bahkan datang untuk absen kemudian keluar lagi meninggalkan kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak untuk mengurusin kepentingan pribadi pegawai tersebut. Dan masih terdapat pula pegawai yang datang selesai

Tabel 4.73

Rekap Absensi Pegawai Pada Tahun 2011

Keterangan No

Jumlah

Bulan

Hari Kerja

(Sumber : Sekretariat Daerah Bagian Organisasi dan Taktalaksana Kabupaten Lebak, Tahun 2012)

Berdasarkan data-data diatas, maka peneliti menganalisis pelaksanaan efektivitas penerapan absensi finger print yang di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak memiliki pengaruh yang lemah signifikannya terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan dapat diketahui pula dari nilai determinan atau R Square yaitu sebesar 35,2 persen.

Adapun besarnya nilai efektivitas absensi finger print yang didapat dari jumlah skor variabel efektivitas menurut Tangkilisan dan Davis lalu dibagi jumlah skor tertinggi dan dikali 100 persen, maka hasilnya sebesar 76,9 persen dan besarnya disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah dari hasil jumlah skor variabel disiplin pegawai menurut Hasibuan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 lalu dibagi jumlah skror tertinggi dikali 100 persen yaitu sebesar 80,50 persen. Hal ini menunjukan data hasil perhitungan dengan observasi yang peneliti lakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak dan data absensi yang diperoleh oleh peneliti dari bagian Organisasi Dan Tatalaksana Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak terdapat perbedaan.

BAB V PENUTUP