1 Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi

Tabel 2.1 Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi

Kartu absensi dan

Magnetic tape

No Faktor Finger print scanner

mesin pencetak

reader / bar code

Kelemahan dan software absensi

terjadi. Dapat terjadi.Kartu Tidak mungkin terjadi. karyawan via

Seringkali

Sidik jari tidak dapat “buddy

Kartu

absensi Magnetic dapat

digunakan oleh rekan punching ”(teman sama.

digunakan bersama- digunakan

sekerja yang lain sekerja yang

bersama-sama

mencatat kehadiran)

2. Manipulasi atau

Tidak mungkin terjadi, hilangnya kartu

Mungkin terjadi.

Mungkin terjadi.

karena tidak mengunakan absensi

Kartu absensi dapat

Kartu magnetic

dapat dpertukarkan kartu. Sidik jari seseorang rekan sekerja / hilang antar rekan sekerja selalu unik (tidak ada yang sama). Dapat menggunakan lebih dari 1 jari sebagai Identifikasi.

dipertukarkan antar

3. Kesalahan /

Akurat. Pencatatan Akurat. Pencatatan waktu ketidak akuratan Pencetak waktu

Kurang akurat.

menggunakan komputer, pencatatan waktu dapat diset atau reset menggunakan

Waktu

sangat akurat kerja karyawan

manual, sehingga

komputer, sangat

pencatatan menjadi

akurat

tidak akurat

Otomatis dan integrasi ke sistem pelaporan Harus dilakukan

4. Otomatisasi

Secara manual.

Dapat secara

otomatis. Mungkin sistem kepegawaian. dan integrasi

Selalu dapat dilakukan dengan sistem

secara manual,

dapat

otomatisasi pelaporan, informasi

kemungkinan

diintegrasikan

menggunakan sistem yang kepegawaian

kesalahan penyalinan dengan sistem

data dari kartu

terkomputerisasi

terintegrasi.

absemsi cukup besar

Sumber : http: //www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric- untuk sistem-absensi-perkantoran/ November 2005

Dan berikut ini beberapa faktor mengapa memilih mesin absensi menggunakan mesin absensi sidik jari sebagai pilihan yang tepat dengan berbagai keunggulannya, yaitu :

1. sidik jari tiap individu adalah unik, belum pernah ditemukan ada persamaannya;

2. tidak ada titip dan rapel absen;

3. objektif (jam masuk dan pulang tercatat);

4. kenyamanan; Dimulai dari registrasi yang simpel, pegawai tidak perlu repot membawa kartu pegawai maupun kertas atau kartu. Setiap pegawai tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah di registrasi. Dalam berabsensi kita tidak pelu menekan password atau pin yang merepotkan. Yang dilakukan hanya menaruh jari pegawai tepat diatas sensor sidik jari. Atau tinggal “Place Finger!”

5. keamanan; Dengan menggunakan mesin absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan ketika kita menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan kartu.

6. menghindari penyalah gunaan daftar hadir;

7. mengurangi pekerjaan administratif secara manual;

8. pegawai lebih tepat waktu;

9. mendukung peningkatan produktivitas;

10. mendukung pembinaan kepegawaian;

11. Efektivitas Waktu Lihatlah perubahan pertama ketika instansi menggunakan mesin absensi sidik jari. pegawai atau pengguna akan datang lebih tepat waktu beda dengan hari sebelum menggunakan absensi sidik jari. Dalam penggunaan absensi lebih cepat dari pada amano, barcode apalagi tanda tangan manual. Absensi sidik jari pada umumnya mempunyai kecepatan pambacaan kurang dari 0,5 detik. Absensi sidik jari mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu database. Dengan mesin absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan kita tidak perlu repot merekap manual satu persatu. Semu anya bisa di bilang “Just Click!”. Dengan faktor ini kita bisa meningkatkan produktifitas berdasarkan kedisiplinan.

12. Efisiensi Biaya Absensi Sidik Jari lebih efisien jika dibandingkan dengan identifikasi dengan suara maupun retina mata. atau dengan amano yang setiap bulanya harus mengeluarkan biaya membeli kertas, tinta maupun maintenance 12. Efisiensi Biaya Absensi Sidik Jari lebih efisien jika dibandingkan dengan identifikasi dengan suara maupun retina mata. atau dengan amano yang setiap bulanya harus mengeluarkan biaya membeli kertas, tinta maupun maintenance

2.3.2. Tujuan Penggunaan FingerPrint

Tujuan dari penggunaan fingerprint sebagai mesin absensi, yaitu :

1. Meningkatkan produktifitas pegawai terhadap organisasi yang berawal dari kedisiplinan atas kehadiran pegawai di tempat kerja.

2. Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi pada kapegawaian dan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan absensi bagi unit kerja, khususnya bagian kepegawaian.

3. Meningkatkan sistem paperless pada organisasi yang dimulai dengan sistem absensi sidik jari yang dapat mengurangi biaya dalam materi maupun operasional.

4. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian kepegawaian yang berhubungan dengan kedisiplinan pegawai berupa absensi kehadiran kerja yang merupakan salah satu dari syarat kerja serta memberikan informasi loyalitas pegawai yang dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja pegawai (www.absensisidikjari.com,2011).

Dalam rangka meningkatkan disiplin pegawai, maka upaya pengendalian dan pengawasan disiplin kerja pegawai perlu dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran pegawai yang secara periodik dievaluasi. Sistem pelaporan absensi manual yang selama ini dilakukan cenderung manipulasi dan tidak menyampaikan laporan kehadiran pegawai dengan apa adanya.

2.4. Teori Disiplin Pegawai

Potensi sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan suatu modal dasar pembangunan nasional. Namun, selama ini masih dirasakan masih bahwa potensi sumber daya manusia tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Keadaan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap sikap mental tenaga kerja di lingkungan kerjanya yang berakibat rendahnya hasil kerjanya. Hal ini berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu, usaha kearah peningkatan motivasi dan disiplin kerja bagi pegawai sangat diperlukan agar dapat meningkatkan produktivitas kerjanya (Muchidarsyah, 2003:133).

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (2005), Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib).

Menurut Muchidarsyah, (2003:133) disiplin adalah sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan/keputusan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan instansi dan norma- norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2002:193).

Disiplin adalah kondisi untuk melakukan koreksi atau hukum pegawai yang melanggar ketentuan atau prosedur yang telah ditetapakan organisasi. Disiplin merupakan bentuk pengendalian agar pelaksanaan pekerjaan pegawai selalu berada dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sedarmayanti, 2010:381).

Menurut Davis (Mangkunegara, 2001:129), disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Ada 2 bentuk disiplin kerja (2001:129), yaitu :

1. Disiplin prevektif adalah suatu upaya untuk mengerakan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang 1. Disiplin prevektif adalah suatu upaya untuk mengerakan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang

2. Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerkaan pegawai dalam menyatukan sutu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada instansi tersebut. Pada disiplin korektif pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

2.4.1. Indikator-Indikator Kedisiplian

Menurut Hasibuan (2002:197) pada dasarnya bayak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplian pegawai suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja sungguh- sungguh dan displin dalam mengerjakannnya.

2. Teladan pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan penting dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahanya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Balas Jasa Balas jasa sangat berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. Artinya semakin besar balas jasa semaikin baik kedisiplinan pegawai. Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan pegawai menjadi rendah. Pegawai sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi.

4. Keadilan Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. Pemimpin yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Jadi, keadialan harus diterapkan dengan baik pada setiap instansi supaya kedisiplinan pegawai organisasi baik pula.

5. Pengawasan Melekat (Waskat) Pengawasan melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dengan waksat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi bawahannya. Hal ini berarti atasan harus slalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika da bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6. Sanksi Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan instansi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Berat/ringatnya sanksi hukuman yang akan diterapakn ikut mempengaruhi baik-buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlaalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indispliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedispilinan dalam instansi.

7. Ketegasan Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap pegawai yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada instansi tersebut.

8. Hubungan kemanusiaan Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua pegawai. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada instansi. Jadi, kedisiplinan pegawai akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

2.4.2. Aturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipli (PNS) sebagai abdi negara dan masyarakat perlu mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku akan hal ini. Dalam hal Disiplin PNS, Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia mempunyai Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil. Selama ini seluruh kewajiban dan larangan bagi PNS mengacu pada koridor-koridor pada Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1980 tersebut. Pada tahun 2010, peraturan tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 ini diberlakukan pada bulan Juni 2010 hingga saat ini, sehingga segala hal yang berhubungan dengan Disiplin Pegawai Negeri Sipil mengacunya pada peraturan tersebut. Jadi, bentuk disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil adalah yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yang berisi 17 kewajiban dan 15 larangan, sebagai penyempurnaan atas 26 kewajiban dan 18 larangan sebagaimana Pegawai Negeri Sipil pahami dulu dalam Peraturan Pemerintah sebelumnya (PP No. 30 Tahun 1980).

Pegawai Negeri Sipil dikatakan disiplin apabila melaksanakan kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai pasal (3), berikut ini kewajiban Pegawai Negeri Sipil :

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,dan martabat PNS;

7. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara;

10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil;

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dan sebaik- baiknya;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan;

17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Perihal tidak masuk kerja, dipertegas dengan definisi tidak masuk kerja baik terus menerus maupun tidak menerus, dengan rincian sanksi sebagai berikut pada Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 :

Tabel 2.2.

Pelanggaran-Pelanggaran Sanksi Disiplin sesuai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Lama

Tidak Masuk

Sanksi Menurut PP No. Kategori Hukuman

Kerja Tanpa Alasan

No.53 Tahun 2010

Yang Sah

1. Hukuman Disiplin Ringan

5 hari

Teguran lisan

6 – 10 hari

Teguran tertulis Pernyataan tidak puas

11 – 15 hari

secara tertulis Penundaan Kenaikan

2. Hukuman Disiplin Sedang

16 – 20 hari

Gaji Berkala Penundaan Kenaikan

21 – 25 hari

Pangkat Penurunan Pangkat setingkat

lebih

rendah paling lama 1 tahun Penurunan pangkat

3. Hukuman Disiplin Berat

31 – 35 hari

paling lama 3 tahun Pemindahan (mutasi)

dalam rangka

36 – 40 hari

penurunan jabatan (eselon)

setingkat lebih rendah Pembebasan

41 – 45 hari

dari

jabatan Pemberhentian

> 46 hari

dengan hormat atau tidak dengan hormat

(Sumber : PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil)

Catatan:

1. Penghitungan hari kerja selama hitungan masa tidak masuk kerja adalah secara kumulatif dan berkelanjutan (Januari s/d Desember dalam satu tahun) dengan penghitungan dikonversi 1 hari kerja = 7,5 jam;

2. PNS mempunyai hak untuk tidak masuk kerja paling lama 4 hari dalam 1 tahun;

3. Yang dimaksud tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah adalah alasan ketidak hadirannya tidak dapat diterima oleh akal sehat.

2.5. Kerangka Berfikir

Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Untuk kepentingan penelitian ini, disiplin pegawai dipandang sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi.

Selain itu, penulis ingin menekankan bahwa disiplin yang ada pada setiap orang/pegawai pada hakikatnya akan berbeda-beda tergantung sifat orang/pegawai tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan disipin pegawai perlu adanya sanksi atau peraturan yang tegas. Dalam hal ini, penulis berbicara tentang penerapan absensi finger print, bahwa absensi finger print digunakan untuk meningkatkan disiplin pegawai.

Berikut adalah kerangka pemikiran dari Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupeten Lebak :

Skema Kerangka Berfikir

Permasalahan Absensi Finger Print dan Kedisiplinan Pegawai di Permasalahan Kedisiplinan Pegawai di Sekretariat Daerah Kab. Lebak

Sekretariat Daerah Kab. Lebak

1. Tidak mengikuti apel pagi;

1. Tidak mengikuti apel pagi; 2. Membolos / tanpa keterangan; 2. Membolos / tanpa keterangan;

3. Meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan;

3. Meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan; 4. Datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam kerja; 4. Datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam kerja;

5. Kembali dari istirahat tidak sesuai dengan waktu yang telah

5. Kembali dari istirahat tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, ditentukan, bahkan pegawai kembali mendekati waktu pulang. bahkan pegawai kembali mendekati waktu pulang.\

(Sumber, Peneliti, 2010-2011)

Variabel Y

Variabel X Disiplin Pegawai

Efektivitas Absensi Sidik

Indikatornya, antara lain:

Jari (FingerPrint)

1. Tujuan dan kemampuan Indikatornya, antara lain:

2. Teladan pimpinan

3. Balas Jasa

1. Pencapaian Target

4. Keadilan

2. Kemampuan Adaptasi

5. Pengawasan Melekat

3. Kepuasan Kerja (Waskat)

4. Tanggung Jawab

6. Sanksi hukuman (Tangkilisan,

7. Ketegasan 2005:141)

8. Hubungan kemanusiaan

5. Perangkat Keras (Hasibuan, 2002:197) Komputer (Hardware)

9. Menaati Ketentuan Jam

6. Database Kerja

7. Prosedur

10. Mengutamakan

8. Personalia kepentingan negara Pengoprasian

(PP No.53 Tahun 2010) (Davis,1992:3)

Gambar. 2.2

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti dan akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan dasil dari tefleksi peneliti berdasarkan landasan teori yang digunakan sebagai argumentasi berdasarkan rumusan masalah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis hubungan (asosiatif), yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih. Dimana penulis memiliki hipotesis bahwa :

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara efektivitas penerapan absensi finger printer terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji secara statistik sehingga bentuknya

menjadi : Ha :  ≠0

Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara efektivitas penerapan absensi finger printer terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

Ho : =0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara efektivitas penerapan absensi finger printer terhadap disiplin

Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang digunakan untuk mengetahui metode ilmiah . Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu pendekatan yang menjelaskan nilai suatu variabel dengan mengolah data-data yang ada kedalam suatu angka. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2010:11-12). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai efektivitas penerapan absensi finger print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

3.2. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel X efektivitas absensi finger print dan variabel Y disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peneliti mencoba manggambarkan variable tersebut dengan beberapa indikator yang mempengaruhinya:

Tabel 3.1 Indikator Variabel

Sub Indikator No.item Efektivitas

Tujuan - Penyesuaian

- Penyesuaian 6,7 Diri Eksternal

Organisasi

(Tangkilisan, 2005:141)

- Motivasi Pekerjaan

3. Kepuasan Kerja

8, 9,10 - Kenyamanan

- Sistem Insentif - Kemampuan

- Kemampuan 13,14 Menyelesaiakan

Masalah

1. Perangkat Keras

16 - Menyimpan

- Prosedur 19,20 - Operator

Disiplin Pegawai

berdisiplin baik, jujur dan adil

- Kompensasi

3. Balas Jasa

dalam bentuk

30 - Tunjangan

gaji dan insentif

4. Keadilan

- Perlakuan sama terhadap

perilaku, moral, 33,34

(Waskat)

sikap, kerja, dan prestasi pegawai

6. Sanksi hukuman

- Berdaasarkan PP No. 53

35,36 Tahun 2010

7. Ketegasan

- Berani bertindak

tegas memberikan hukuman

37,38 kepada pegawai

yang melanggar peraturan instansi

8. Hubungan

- Lingkungan dan

kemanusiaan

suasana kerja 39,40 yang harmonis

9. Menaati

- Ketentuan Jam

Ketentuan Jam

negara dari

negara

PP No. 53 Tahun 2010

pada kepentingan

sendiri, seseorang, dan/atau golongan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel sebanyak dua variabel. Sedang skala pengukuran instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah diterapkan secara Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel sebanyak dua variabel. Sedang skala pengukuran instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah diterapkan secara

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang digunakan skala Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang jawaban setiap item diberi skor, seperti berikut :

Tabel 3.2 Skor dalam Penelitian

Skor Pernyataan

Sangat Setuju

4 1 Setuju

3 2 Tidak Setuju

2 3 Sangat Tidak Setuju

1 4 (Sumber, Sugiyono 2010:108)

3.2.1. Sumber data

Mengenai sumber data yang diperoleh dalam mendapatkan informasi yang dijadikan sebagai sumber dalam memperoleh data maka sumber data ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subyek atau obyek yang diteliti (sampel atau responden)

2. data sekunder adalah data yang bersumber dari informasi media yang dimiliki relevansi dengan masalah penelitian dan layak dijadikan referensi, dokumentasi internal dalam melakukan penelitian. dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu. Data primer biasanya bersifat masih mentah karena belum diolah atau diinterpretasikan sifat dan kualifikasinya.

a. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu Sekretariat Daerah bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak.

b. Studi Kepustakaan, menurut Singarimbun (1989:70) adalah pemanfaatan bahan-bahan referensi sebagai rujukan teori dan asumsi yang berkaitan serta menunjang penelitian. Studi kepustakaan ini meliputi data-data yang didapat dari dokumen- dokumen yang sudah tersedia.

3.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:90). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang merupakan unsur pembantu kepala daerah dalam penyusunan kebijakan serta membina hubungan kerja dengan dinas daerah, lembaga teknis daerah, dan unit pelaksana teknis lainnya di daerah Kabupaten Lebak,yaitu :

Tabel 3.3

Jumlah Seluruh Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

KETERANGAN No

SKPD

PNS TKK TKS

1 Sekretaris Daerah

2 Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik

3 Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan

4 Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan

5 Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan

6 Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM

7 Asisten Pemerintah

8 - Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

9 - Bagian Hukum dan Perundang-Undangan

10 - Bagian Organisasi dan Tata Laksana

11 Asisten Perekonomian dan Pembangunan

12 - Bagian Administrasi Pembangunan

14 2 5 - Bagian Administrasi Perekonomian dan

13

16 2 Sumber Daya Alam

14 Asisten administrasi umum

15 - Bagian Umum dan Protokol

31 4 25

16 - Bagian Keuangan

14 2

17 - Bagian Perelengkapan dan Aset Daerah

14 2

18 Asisten Humas dan Kesra

19 - Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat

14 1

20 1 3 Jumlah

20 - Bagian Humas dan Komunikasi

164

8 42

Jumlah Total 214

(Sumber, Sekretariat Daerah bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak, 2011)

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh pegawai di 20 SKPD / bagian Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak berjumlah 214 pegawai yang dapat dikelompokan berdasarkan pangkat / golongan, yaitu PNS = 164, TKK = 8, TKS = 42 (populasinya berstrata). Karena Penelitian ini mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka jumlah populasi yang diambil sebanyak 164 Pegawai Negeri Sipil.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun teknik yang digunakan untuk penentuan sampel penelitian adalah menggunakan Nonprobability Sampling. Nonprobability

Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2010 : 95). Dalam teknik Nonprobability Sampling terdapat beberapa teknik pengambilan sampel, teknik yang dipakai oleh peneliti yaitu Sampling Jenuh. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil (Sugiyono, 2010 : 96). Dengan menggunakan Sampling Jenuh, maka populasi yang 164 diambil semua menjadi sampel.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh mengenai Efektivitas Penerapan Absensi FingerPrint terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak mempunyai indikator-indikator yang dijadikan sebagai dasar dalam menyusun item-item yang dapat dijadikan sumber dalam memperoleh data, yaitu dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti, sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu serangkain pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap subjek atau objek penelitian melalui mata, telinga, dan perasaan. Dengan melihat fakta-fakta fisik dari objek yang diteliti. Observasi pada penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

2. Angket (Kuisioner), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan atau 2. Angket (Kuisioner), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan atau

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan percakapan secara langsung dengan responden, tujuannya untuk mendalami data yang diperoleh melalui kuesioner dan mendapatkan data yang jawabannya memerlukan pendeskripsian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak struktur, yaitu wawancara yang bebas atau bersifat Insidental. Peneltiti tidak menggunakan pedoman wawancar yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Wawancara dilakukan kepada pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.

4. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

5. Studi kepustakaan, yaitu studi atau teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh atau mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan maupun jurnal-jurnal ilmiah (Sugiyono, 2010:156).

3.5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses pengolahan data merupakan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan, Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses pengolahan data merupakan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan,

1. Coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu.

2. Editing, yaitu tahap mengoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus dilakukan secara berulang-ulang dan cermat.

3. Tabulating, yaitu tahap penyusunan data berdasarkan jenis-jenis data, serta perhitungan kualitas dan frekuensi data yang disajikan dalam bentuk tabel- tabel. Setelah itu dilakukan Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen. Uji

Validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrument benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran. Rumus uji validitas ini adalah :

Dimana : r

= Koefisien korelasi Product Moment ΣX

= Jumlah skor dalam sebaran X ΣY

= Jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan

ΣX 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X

ΣY 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y n

= Jumlah sampel

Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa inggris ’rely’, yang berarti percaya, dan reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan (Purwanto, 2007:161). Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan internal konsistensi dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi di antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0.30. Dengan dilakukan uji relibilitas maka akan menghasilkan suatau instrumen yang benar- benar tepat/akurat dan mantap. Apabila koefisien reliabilitas instumen yang dihasilkan lebih besar berarti instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik.

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

Dimana : n = Jumlah butir S i ² = Variasi butir S t ² = Variasi total

Pada penelitian ini untuk melihat normalitas data yaitu dengan membandingkan antara data hasil observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang data hasil penelitian variabel X dan variabel Y, maka dilakukan perhitungan mean, median, Pada penelitian ini untuk melihat normalitas data yaitu dengan membandingkan antara data hasil observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang data hasil penelitian variabel X dan variabel Y, maka dilakukan perhitungan mean, median,

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis adalah upaya peneliti untuk menyederhanakan dan menyajikan data dengan mengelompokkan dalam suatu bentuk yang berarti sehingga mudah dipahami dan diinterpretasi oleh pembaca atau penguji. Dalam hal ini peneliti dalam menganalisa dan menggunakan metode analisis data kuantitatif, yaitu suatu metode analisis data dengan menggunakan angka-angka pemecahan masalah dapat dihitung secara pasti dengan penghitungan matematis.

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif, yaitu dugaan adanya hubungan antar variabel dalam populasi, melalui data hubungan variabel dalam sampel. Langkah-langkah pembuktiannya, sebagai berikut :

3.6.1. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi menggambarkan apakah ada korelasi (hubungan) antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dalam penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment, yaitu teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hubungan dua variabel bila data kedua Koefisien korelasi menggambarkan apakah ada korelasi (hubungan) antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Dalam penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment, yaitu teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hubungan dua variabel bila data kedua

Rumus :

Dimana : r

= Koefisien korelasi Product Moment ΣX

= Jumlah skor dalam sebaran X ΣY

= Jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan ΣX 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X ΣY 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n = Jumlah sampel

Jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak, Ha diterima artinya hipotesis yang menyatkan bahwa ada hubungan antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Jika r hitung < r tabel maka Ho diterima, Ha titolak artinya hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara efektivitas absensi finger print dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Tabel 3.4

Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399

0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2010: 214)

3.6.2. Uji Koefisien Determinan

Uji koefisien determinan merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel x (efektivitas absensi Finger Print ) dengan variabel y (disiplin Pegawai Negeri Sipil), dengan cara menggunakan koefisien yang ditentukan, sebagaimana rumus di bawah ini : Rumus :

Cd = r 2 x 100%

(Sarwono, 2006 : 159) Dimana :

Cd = Koefisien determinan r 2 = Kuadrat Koefisien Pearson

3.6.3. Regresi Linear Sederhana

Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi

Rumus : 1 Y =a+bX

Dimana : Y 1 = Nilai yang diprediksikan

a = Konstan atau bila mana harga X = 0

b = Koefisien regresi

X = Nilai variabel independen

Untuk dapat menentukan persamaan regresi, maka harus dihitung terlebih dahulu harga a dan b. Cara menghitung harga a dan b, yaitu : Rumus :

2 a=( ΣY)( ΣX ) – (ΣX)( ΣXY)

2 2 π ΣX – (ΣX)

b= ΣXY – (ΣX)( ΣY)

2 π ΣX 2 – (ΣX)

Dimana :

a =Konstanta

b = Kofisien regresi Y

= Disiplin PNS (Variabel Y)

X = Efektivitas Absemsi Finger Print ( Variabel X)

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Ada beberapa alasan yang diasumsikan peneliti untuk mengangkat persoalan tentang efektivitas penerapan fingerprint karena masih banyak pegawai yang tidak mengikuti apel pagi, membolos / tanpa keterangan, meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan, datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Ada beberapa alasan yang diasumsikan peneliti untuk mengangkat persoalan tentang efektivitas penerapan fingerprint karena masih banyak pegawai yang tidak mengikuti apel pagi, membolos / tanpa keterangan, meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan, datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam

Penelitian ini akan dilakukan selama 8 (delapan) bulan yang dimulai pada bulan Oktober dengan tabel sebagai berikut :