Landasan Teori

2.1.6. Definisi Stabilitas Keuangan Internasional

Stabilitas keuangan internasional sangat penting artinya karena dalam sistem keuangan internasional yang stabil, lembaga-lembaga keuangan dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam kegiatan produktif, memprediksi sekaligus mengukur risiko finansial, dan ketahanan dalam menghadapi goncangan (shocks).

Pelajaran berharga pernah dialami Indonesia ketika krisis keuangan 1998. Saat itu biaya yang harus dikorbankan sekitar 50% dari pertumbuhan PDB atau Pelajaran berharga pernah dialami Indonesia ketika krisis keuangan 1998. Saat itu biaya yang harus dikorbankan sekitar 50% dari pertumbuhan PDB atau

Dengan demikian dapat dikatakan instabilitas sistem keuangan dapat mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak menguntungkan seperti, (Sumber Bank Indonesia)

1. Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal sehingga kebijakan moneter menjadi tidak efektif

2. Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya akibat alokasi dana yang tidak tepat sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi

3. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.

4. Sangat tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik. Stabilitas keuangan secara luas dapat diartikan sebagai menghindari

kegagalan lembaga keuangan dalam skala besar, dan menghindari gangguan serius terhadap fungsi intermediasi dari sistem keuangan (IMF-WB, 2005). Menurut Bank Indonesia, Stabilitas keuangan adalah : (1) sistem keuangan yang mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan, (2) sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan kegagalan lembaga keuangan dalam skala besar, dan menghindari gangguan serius terhadap fungsi intermediasi dari sistem keuangan (IMF-WB, 2005). Menurut Bank Indonesia, Stabilitas keuangan adalah : (1) sistem keuangan yang mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan, (2) sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan

Walaupun belum ada definisi yang universal mengenai financial stability, Andrew Crockett (BIS) mengemukakan bahwa untuk memahami financial stability, perlu dibedakan antara stabilitas moneter dengan stabilitas keuangan (financial stability). Bila stabilitas moneter mengacu pada kestabilan nilai mata uang, maka stabilitas keuangan mengacu pada kestabilan institusi keuangan dan stabilitas pasar yang tergabung dalam sistem keuangan. Pada intinya, financial stability is avoidance of crises” seperti ungkapan I.J. Mcfarlane, Gubernur Reserve Bank of Australia. Dengan demikian ada kaitan erat, dimana stabilitas moneter hanya bisa di capai dengan sistem keuangan yang stabil.

Keterkaitan monetary dan financial stability erat kaitannya dengan keterbukaan perekonomian sebab semakin terbuka cenderung lebih rentan terhadap gangguan eksternal. Sehingga dalam praktiknya, untuk mencapai kestabilan makro secara komprehensif, maka diperlukan perpaduan kebijakan ekonomi makro (seperti kebijakan fiskal, moneter, mata uang, dan sektoral) menuju pencapaian kestabilan internal dan kestabilan eksternal.

Disisi lain penyatuan fungsi finansial stability tersebut dalam menjaga kestabilan moneter dinilai kurang kurang efektif, dikarenakan hal-hal berikut :

1. Kompleksitas usaha lembaga keuangan/bank telah berkembang begitu pesat sehingga sulit menentukan posisi unit usaha dalam konglomerasi yang besar.

Disamping itu, kompleksitas instrumen keuangan dan luasnya cakupan daerah operasi

2. Dengan semakin majunya sistem informasi dan globalisasi operasi perusahaan keuangan/bank, permasalahan yang terjadi di pasar internasional dapat berdampak langsung terhadap kondisi pasar domestik (contagion effect)

3. Capital outflow dan inflow semakin sulit untuk dikendalikan

4. Kebijakan moneter dan fiskal yang kurang tepat memungkinkan untuk menimbulkan permasalahan di sektor keuangan dan bank

5. Hutang luar negeri yang jatuh tempo di masa mendatang menyebabkan tekanan terhadap pasar valas sebab permintaan valas tak diimbangi dengan penawaran

6. Struktur ekonomi yang terkonsentrasi pada beberapa kelompok usaha (konglomerat) akan dapat memberikan tekanan pada financial stability.

Mengingat sulitnya pencapaian stabilitas moneter, maka perlu dilakukan monitoring secara rutin terhadap komponen-komponen yang dapat memberikan tekanan. Monitoring yang dilakukan melalui kesepakatan lembaga terkait yang dapat di formulasikan dengan

Mencapai dan memelihara stabilitas harga dengan memelihara kestabilan Misi

moneter dan mendorong stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Indonesia yang berkesinambungan

Tujuan Mendorong sistem keuangan nasional yang sehat dan stabil

Strategi Koordinasi&

1. Safety Net Instrumen &

1. Koordinasi

Early Warning

1. Framework

Indikator

dengan OJK

Indicator (agr)

Sumber : Bank Indonesia

GAMBAR 2.9

FINANSIAL SISTEM STABILITY FRAMEWORK

2.1.7. Definisi Krisis Mata Uang

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaminsky et al. (1997) menyimpulkan “A crisis is defined as a situation in which an attack on the currency leads to a sharp depreciation of the currency, large decline in international reserve, or a combination of the two. A crisis so defined includes both succesfull and unsuccessful attacks on the currency. The definition is also comprehensive enough to include not only currency attacks under a fixed exchange rate buta also attack under other ecchange rate regimes. For example, Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaminsky et al. (1997) menyimpulkan “A crisis is defined as a situation in which an attack on the currency leads to a sharp depreciation of the currency, large decline in international reserve, or a combination of the two. A crisis so defined includes both succesfull and unsuccessful attacks on the currency. The definition is also comprehensive enough to include not only currency attacks under a fixed exchange rate buta also attack under other ecchange rate regimes. For example,

Dengan demikian, lebih spesifik krisis mata uang di identifikasikan sebagai perilaku indeks dari “ Exchange Market Pressure” (EMP I,t ) yaitu krisis mata uang pada negara tertentu dan periode tertentu. Berdasarkan Goldstein, Kaminsky dan Reinhart (2000) dan Edison (2000), definisi indeks pergolakan pasar valas (index of exchange market turbulence) yaitu rata-rata tertimbang dari perubahan nilai kurs (disimbolkan dengan δ ), tingkat perubahan cadangan et

devisa / rate of change of the reserve ( δ ). Bobot yang dipilih merupakan dua R t

komponen indeks yang sama dengan volatilitas sampel. Jika diumpamakan σ δ e

merupakan simpangan baku/ standar deviasi dari tingkat perubahan mata uang dan σ merupakan simpangan baku/ standar deviasi dari tingkat perubahan cadangan δ R

devisa, maka indeks tekanan pasar valas (EMP) didefinisikan dengan : ⎛ σ

EMP e t δ e ⎞

= δ − • δ R t ………………………………………………………(29) ⎜⎜⎝ σ δ R ⎟⎟⎠

Dimana δ e t =

dan δ R t =

Antara perubahan mata uang dan perubahan cadangan devisa, masing- masing berhubungan positif dan negatif dengan indeks tekanan pasar valas. Perekonomian dikatakan krisis jika EMP melebihi rata-ratanya ditambah dengan standar deviasi yang ditentukan, katakanlah sebesar m. Jika μ merupakan rata- EMP

rata dari indeks EMP dan σ EMP menunjukkan standar deviasi dari indeks EMP- rata dari indeks EMP dan σ EMP menunjukkan standar deviasi dari indeks EMP-

⎧ 1 , jika EMP 〉 μ EMP + m σ EMP

Crisis t = ⎨

⎩ 0 , jika EMP 〈 μ EMP + m σ EMP

Dalam identifikasi krisis mata uang isu yang krusial yang dicoba untuk dijawab adalah tidak hanya apakah akan terjadi krisis mata uang pada rentang waktu tertentu namun juga waktu kapan krisis itu terjadi. Oleh karena kemudian dibentuk model estimasi yang menggunakan banyak pendekatan dalam mentransformasi informasi menjadi suatu ukuran pendahulu.

2.1.7.1. Pendekatan Leading Indikator

Dalam penelitian EWS krisis mata uang sudah dilakukan metode yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pendekatan pertama dengan mengekstrak sinyal awal dari seperangkat indikator. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan indikator utama (leading indikator approach) yang digagas pertama kali oleh Kaminsky dan Reinhart (1996), Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1999). Dalam pendekatan ini beberapa indikator diamati dan ditransformasikan ke dalam sepasang sinyal (binary signals). Jika indikator tertentu memotong (cross) ambang batas kritis, maka hal itu berarti pertanda sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah signaling horizon, yaitu periode dimana beberapa indikator diharapkan memiliki kemampuan untuk mengantisipasi krisis. Periode ini mengacu pada horizon waktu dimana krisis tepat untuk diprediksi sehingga indikator yang utama dapat mentranfer sinyal tepat (good sinyal) dan meminimalisasi sinyal palsu (false Dalam penelitian EWS krisis mata uang sudah dilakukan metode yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pendekatan pertama dengan mengekstrak sinyal awal dari seperangkat indikator. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan indikator utama (leading indikator approach) yang digagas pertama kali oleh Kaminsky dan Reinhart (1996), Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1999). Dalam pendekatan ini beberapa indikator diamati dan ditransformasikan ke dalam sepasang sinyal (binary signals). Jika indikator tertentu memotong (cross) ambang batas kritis, maka hal itu berarti pertanda sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah signaling horizon, yaitu periode dimana beberapa indikator diharapkan memiliki kemampuan untuk mengantisipasi krisis. Periode ini mengacu pada horizon waktu dimana krisis tepat untuk diprediksi sehingga indikator yang utama dapat mentranfer sinyal tepat (good sinyal) dan meminimalisasi sinyal palsu (false

Dalam minimalisasi noise to signal ratio ada beberapa dilema (trade-off) oleh pembuat kebijakan. Trade-off itu karena sinyal yang terbentuk dibenturkan dengan ambang batas yang optimal. Oleh karenanya dalam EWS dengan sinyal approach diupayakan threshold dari setiap leading indikator adalah optimal threshold. Alasan dipilihnya threshold yang optimal karena bila yang dipilih threshold yang rendah, akan banyak sinyal yang terkirim, akan tetapi akan meningkatkan jumlah sinyal salah (type 2 error). Sebaliknya level threshold yang terlalu tinggi mengurangi sinyal salah (wrong signals), tetapi akan meningkatkan potensi terjadinya sinyal hilang (missed signals). Sebagai contoh ketiadaan sinyal ketika suatu krisis benar-benar terjadi setelah X bulan (type 1 error). Tabel berikut mengilustrasikan trade-off ini :

TABEL 2.3. PERMASALAHAN TRADE-OFF PADA PEMILIHAN OPTIMAL THRESHOLD

S i,t = 0;

S i,t = 1;

Signal was issued Y i,t = 0;

No signal was issued

No crisis within X

Correct call of non-event

Type 2 error-wrong

Crisis within X months

Type 1 error-missing

Correct call of crisis

signal

Sumber : Kaminsky et al, 1998 Pemilihan suatu level threshold menjadikan fenomena terjadinya type 1&2 error. Secara umum, type 2 error memiliki kecenderungan mengakibatkan kekhawatiran yang kurang begitu berbahaya dari sudut pandang pembuat kebijakan. Alasan pertama, tipe 2 error memiliki kecenderungan kehilangan biaya

yang tidak begitu besar kaitannya dalam perspektif kesejahteraan daripada tipe 2 error. Karena kehilangan biaya hanya biaya antisipasi akibat potensi terjadinya krisis. Sebaliknya, dalam missing signal seringkali mengorbankan biaya kesejahteraan yang tinggi sebab akibat/dampak dari missing signal lebih besar terhadap bangunan perekonomian suatu negara. Alasan kedua, tipe 2 error mungkin tidak selalu karena kegagalan prediksi dalam model, tetapi fakta yang merefleksikan bahwa walaupun fundamental sungguh bergejolak, inisiatif kebijakan yang tepat dapat segera diambil untuk memperbaiki dan mengembalikan roda ekonomi menuju normal dalam rangka pencegahan krisis.

2.1.7.2. Limited Dependent Variabel - Logit Model

Dalam analisis EWS variabel yang akan diduga bersifat kualitatif. Dalam analisis EWS dikenal sebagai binary variabel (0 = no crisis dan 1= krisis). Sebagai intrumen analisis maka dapat menggunakan pendekatan model logit. Karena dalam model logit dapat menjelaskan perilaku variabel dependen yang merupakan sebuah respon kualitatif bersifat dikotomis. Variabel yang mengambil nilai seperti 0 dan 1 disebut juga variabel indikator, variabel binary, variabel bersifat kategori, variabel kualitatif, atau variabel yang membagi dua (dichotomous). Dengan demikian dalam model logit dapat menjelaskan perilaku variabel pada masa normal (tranquil period) dan masa krisis (crisis period).

Analisis dalam logit model dibentuk berdasarkan pada indikator krisis. Pada penelitian ini, akan dipaparkan indikator yang telah digagas oleh masa studi empirik, yaitu Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998&2000), yaitu dengan Analisis dalam logit model dibentuk berdasarkan pada indikator krisis. Pada penelitian ini, akan dipaparkan indikator yang telah digagas oleh masa studi empirik, yaitu Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998&2000), yaitu dengan

1. Indikator neraca berjalan (Current Account) : rasio keseimbangan neraca berjalan terhadap GDI, nilai ekspor, nilai impor, tingkat mata uang efektif, tingkat mata uang riil terhadap US dollar, rasio neraca perdagangan terhadap GDP

2. Indikator neraca modal (Capital Account) : rasio simpanan dalam BIS banks terhadap cadangan luar negeri, perbedaan tingkat suku bunga riil domestik dari tingkat bunga US, rasio hutang luar negeri terhadap aset luar negeri dari sektor perbankan, cadangan luar negeri, rasio M2 terhadap cadangan luar negeri, rasio arus modal jangka pendek terhadap GDP, rasio hutang eksternal jangka pendek terhadap cadangan luar negeri

3. Indikator sektor finansial : rasio simpanan terhadap M2, rasio domestik kredit terhadap GDP, perbedaan tingkat pinjaman terhadap simpanan, rasio pinjaman terhadap simpanan, rasio M1 terhadap GDP, pengganda M2, simpanan riil bank komersial, tingkat suku bunga domestik riil

4. Indikator sektor riil : indek harga konsumen (CPI), indeks produksi industrial, dan indek harga saham

5. Indikator sektor fiskal : rasio kredit bank sentral pada publik sektor terhadap GDP, rasio keseimbangan fiskal terhadap GDP, rasio konsumsi pemerintah terhadap GDP, rasio kredit bersih pada sektor publik terhadap GDP

6. Indikator Ekonomi global : harga minyak dunia, rasio mata uang riil USD terhadap rupiah, tingkat suku bunga riil AS, tingkat pertumbuhan AS Pilihan beberapa indikator sebagai prediktor terjadinya krisis berdasarkan

rasionalisasi ekonomi pada saat itu. Karenanya pilihan indikator tersebut menjadi variabel yang menjelaskan mekanisme peluang terjadinya krisis serta menimbulkan hipotesis dampak dari perubahan variabel baik secara kelompok maupun individual. Secara lugas Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998), Berg dan Pattilo (1999), Kamin, Schindler dan Samuel (2001), dan Edison (2003) memberikan gambaran perilaku indikator terhadap peluang terjadinya krisis finansial :

TABEL 2.4 INDIKATOR PENENTU KRISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KRISIS

Indikator dan

Referensi hubungannya

Interpretasi

dgn krisis

Indikator Neraca Transaksi Berjalan

Kaminsky et al (1998, Digunakan untuk mengukur perubahan persaingan

internasional dan proxy untuk over (under) 2001); Berg & Pattillo Mata uang Riil

(1999), Edison (2003); valuation. Mata uang riil yang overvalue memiliki (+) kemungkinan besar menyebabkan terjadinya krisis

Eichengreen & Arteta (2000), Adiningsih et al

financial

(2002) Digunakan untuk mengukur persaingan di pasar Pertumbuhan

barang internasional. Menurunnya pertumbuhan Kaminsky et al (1998, 2001); Berg & Pattillo

Ekspor ekspor mungkin disebabkan oleh mata uang (-)

domestik yang overvalue dan bisa menjadi (1999); Edison (2003); Marchesi (2003)

indikator utama terjadinya devaluasi. Sektor eksternal yang lemah menjadi sebab krisis

Pertumbuhan Kaminsky et al (1998, Impor

finansial. Pertumbuhan impor yang meningkat bisa 2001); Berg & Pattillo menyebabkan memburuknya neraca transaksi (+)

(1999); Edison (2003)

berjalan.

Kaminsky et al (1998, Peningkatan pada terms of trade akan memperkuat

2001); Berg & Pattillo posisi neraca pembayaran suatu negara dan

(1999); Kamin et al. Terms of Trade karenanya menurunkan kemungkinan terjadinya

(2001); Dermirguc- (-) krisis. Kemerosotan terms of trade memungkinkan

Kunt, and Detragiache

mempercepat krisis mata uang

(2000); Lanoie and Lemarbre (1996)

Peningkatan pada rasio ini biasanya dihubungkan dengan besarnya masuknya modal eksternal yang

Berg & Pattillo (1999); Rasio neraca

diperantarai oleh sistem keuangan domestik Kamin et al. (2001); berjalan terhadap

sehingga dapat meningkatkan harga aset dan Einchen-green and GDP

lonjakan kredit. Peningkatan dalam suplus neraca Arteta (2000); Lanoie (-)

berjalan diharapkan merupakan indikasi untuk and Lemarbre (1996); mengurangi kemungkinan devaluasi dan demikian

Marchesi (2003) dapat menurunkan kemungkinan terjadinya krisis

Indikator Neraca Modal

Kaminsky et al (1998, Digunakan untuk menangkap seberapa besar

2001); Berg & Pattillo Rasio M2/

kewajiban sistem perbankan dilindungi oleh (1999), Edison (2003); Cadangan devisa Cadangan devisa. Pada masa krisis, seseorang akan

Kamis et al. (2001); (+)

melakukan “rush” untuk mengganti deposito Dermirguc-Kunt and

rupiah ke dalam mata uang asing.

Detragiache and Arteta (2000)

Penurunan cadangan devisa asing adalah suatu indikator penting yang mengakibatkan mata uang berada dalam tekanan devaluasi. Kemerosotan dalam cadangan devisa tidak selalu diikuti oleh Pertumbuhan

devaluasi, karena bank sentral mungkin sukses Kaminsky et al (1998, cadangan mata

2001); Berg & Pattillo uang luar negeri

mempertahankannya dengan penetapan,

mengeluarkan jumlah yang besar dari cadangan (1999), Edison (2003); (-)

selama proses devaluasi. Sebaliknya, kebanyakan

Marchesi (2003)

mata uang mengalami kemerosotan lebih dahulu selama periode dimana upaya peningkatan untuk mempertahankan mata uang dilakukan, dimana diputuskan dengan menurunkan cadangan devisa

Indikator Sektor Finansial

Pertumbuhan Indikator ini digunakan untuk mengukur likuiditas. Kelebihan likuiditas bisa menyebabkan terjadinya

Kaminsky et al (1998, M1&M2

(+) serangan spekulatif terhadap valas dan berpotensi 2001);

terjadinya krisis mata uang Indikator ini dihubungkan dengan liberalisasi

Kaminsky et al (1998); Multiplier M2

keuangan. Peningkatan yang besar dalam

multiplier uang dapat dijelaskan dengan

Berg & Pattillo (1999),; Edison (2003)

pengurangan dalam cadangan yang disyaratkan Kaminsky et al (1998,

Sangat tingginya pertumbuhan dari kredit 2001); Berg & Pattillo Rasio kredit

(1999), Edison (2003); domestik mengakibatkan liarnya perilaku indikator domestik dalam sistem perbankan. Situasi ini mendorong

Kamis et al. (2001); terhadap GDP

Dermirguc-Kunt and

bank sentral untuk memasok uang untuk

(+) menyokong ketahanan finansial perbankan Detragiache and Arteta (2000); Eichen-green and Arteta (2000) Kelebihan

Kaminsky et al (1998, keseimbangan

Longgarnya kebijakan moneter dapat mendorong 2001); Berg & Pattillo

terjadinya krisis mata uang

riil M1 (+) (1999), Edison (2003) Tingkat suku bunga riil dapat dipertimbangkan

Kaminsky et al (1998, Tingkat suku

sebagai “proxy” dari liberalisasi keuangan, dimana 2001); Berg & Pattillo proses liberalisasi itu sendiri berkecenderungan

(1999), Edison (2003); bunga riil

domestik untuk mendorong tingginya suku bunga riil. Kamis et al. (2001); Tingginya suku bunga riil adalah pertanda

Dermirguc-Kunt and (+) kegentingan liquiditas atau sinyal untuk menahan

Detragiache and Arteta

serangan spekulasi

Peningkatan indikator ini melebihi level ambang Perbedaan

Kaminsky et al (1998, batas memungkinkan kemerosotan dalam risiko tingkat pinjaman

2001); Berg & Pattillo dan deposito (+)

kredit sehingga bank tak ingin untuk memberikan (1999), Edison (2003) pinjaman atau menurunkan kualitas pinjaman

Kaminsky et al (1998, Deposito Bank

Pelarian modal terbuka peluang untuk terjadinya Komersil (-)

arus modal keluar

2001); Berg & Pattillo (1999), Edison (2003)

Rasio Cadangan

Tekanan makroekonomi yang merugikan

Dermirguc-Kunt and bank terhadap

memungkinkan untuk menciptakan krisis dimana aset bank (-)

Detragiache (2000) Tingkat bunga

sistem perbankan liquid

Tingkat bunga riil menunjukkan liberalisasi Kaminsky et al (1998, keuangan. Tingginya tingkat bunga menunjukan riil

2001); Berg & Pattillo upaya untuk menahan serangan spekulatif dari

(1999),; Edison (2003)

kelebihan likuiditas

Sektor Riil dan sektor public

Rasio Defisit yang tinggi meningkatkan peluang Dermirguc-Kunt and keseimbangan

Detragiache (2000); terjadinya krisis, karena defisit meningkatkan fiskal terhadap

Eichen-green and Arteta GDP

kerentanan dan kepercayaan investor

(2000) Kamin et al. (2001);

Rasio utang Tingginya hutang meningkatkan harapan gejolak Lanoise and Lemarbre publik terhadap

karena dapat membalikkan arus modal masuk dan (1996); Eichengreen and GDP

karenanya meningkatkan kemungkinan krisis Arteta (2000)

Kaminsky et al (1998); Pertumbuhan

produksi industri

Berg & Pattillo (1999); Edison (2003) Perusahaan

Resesi merupakan awal finansial krisis

Kaminsky et al (1998); Ledakan dari harga aset menimbulkan kesemuan Dalam harga

Berg & Pattillo (1999); saham

Edison (2003) Tingkat inflasi sering dikaitkan dengan tingginya

dan menimbulkan potensi krisis

Dermirguc-Kunt and Detragiache

Tingkat Inflasi tingkat bunga nominal dan proxi dari salah (+)

manajemen makroekonomi yang mempengaruhi (2000);Lanoie& Lemarbre (1996),

perekonomian dan bank

Marchesi (2003) Negara berpenghasilan tinggi kecil kemungkinan untuk menjadwal ulang utang daripada negara

Dermirguc-Kunt and miskin karena biaya dari penjadwalan ulang

Detragiache (2000);

Eichengreen and Arteta GDP per kapita perkembangan ekonomi. Kemerosotan dari

memiliki kecenderungan untuk sulit bagi

(2000); Lanoie& aktivitas ekonomi domestik menimbulkan harapan

Lemarbre (1996);

untuk meningkatkan kemungkinan krisis

Lanoie& Lemarbre Tabungan

Tingginya tabungan nasional mungkin

menimbulkan harapan pada penurunan

(1996) Nasional

kemungkinan penjadwalan ulang hutang

Perekonomian Global

Kaminsky et al (1998, Tingkat bunga

AS Tingkat bunga internasional yang tinggi mampu 2001); Edison (2003);

meningkatkan terjadinya pelarian modal

Eichengreen dan Arteta

(2000) Pertumbuhan harga minyak

Tingginya harga minyak dikaitkan dengan resesi Edison (2003) dunia Pertumbuhan

Tingginya pertumbuhan output luar negeri Edison (2003); Kamin

GDP OECD seharusnya meningkatkan ekspor dan demikian et al. (2001);

mengurangi kemungkinan krisis

Eichengreen dan Arteta (2000)

Sumber : Kaminsky, et al (1999)