Hasil Penelitian

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Telaah Soal Secara Diskriptif

Telaah secara diskriptif ini dilakukan berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu telaah dari segi materi, konstruksi, bahasa, kebenaran kunci jawaban serta pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Pada penelitian ini telaah soal dilakukan oleh ahli, yaitu: dosen pembimbing Dr Nonoh Siti Aminah,M.Pd dan Ibu Elvin Yusliana Ekawati, M.Pd serta guru bidang studi Bapak Hernowo,M.Pd. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat memperaiki kualitas soal yang dibuat. Berikut ini adalah rangkuman telaah diskriptif soal: Tabel 4.1 Rangkuman Telaah Diskriptif Soal yang Tidak Memenuhi Kriteria

Aspek yang ditelaah

Paket A

Paket B

Nomor Soal

Jumlah

Nomor soal Jumlah Materi

Item nomor 14, 16, 28, dan 33 paket A serta soal nomor 44 paket B mengalami kesalahan pada aspek materi yaitu pilihan jawaban terutama sebagai pengecoh yang dibuat tidak homogen dan logis sehingga dikhawatirkan pengecoh tersebut nantinya tidak berfungsi solusi masalah tersebut adalah pilihan jawaban khususnya pengecoh perlu direvisi.

Untuk soal paket A nomor 1, 5, 10, 48 dan paket B nomor 2, 5, 10, 48 adalah soal yang menggunakan gambar tetapi pada pernytaaan soal soal gambar tidak diberi nomor dan justru diberi petunjuk “di atas” atau “di bawah” sehingga pernyataan soal sebaiknya direvisi dengan menambah nomor gambar dan menghilangkan petunjuk posisi. Item paket A nomor 6, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15,

commit to user

menggunakaan kata yang kurang efektif sehingga pernyataan soal terkesan berbelit-belit dan kurang singkat dan jelas sehingga soal perlu direvisi dari segi redaksinya. Sementara untuk soal paket A nomor 6, 12, 45 dan paket B nomor 9 pada pilihan jawaban “semua benar” sehingga pilihan jawaban tersebut sebaiknya diganti. Item soal paket A nomor 11 dan paket B nomor 26, 32, 34 memiliki panjang pilihan jawaban yang tidak sama hal ini akan membuat siswa yang kurang menguasai materi cenderung memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

Soal Paket A nomor 9, 16, 20, 22, 23, 27, 29, 32, 36 dan paket B nomor 12, 13, 17, 19, 35, 36, 46, 47 menggunakan kata-kata yang kurang komunikatif sehingga perlu perbaikan kata-kata. Untuk soal paket A nomor 12,

18, 26, 27, 29, 31, 37, 38, 39, 40, 41, 46, 49, 50 dan paket B nomor 14, 15, 16,

31, 33, 38, 39, 40, 41, 42 penulisan pernyataan soal tidak sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa indonesia (EYD) kesalahan tersebut terutama terjadi pada penulisan satuan khususnya untuk satuan suhu. Riancian kesalahan pada soal serta revisi untuk masing masing kesalahan disajikan pada Lampiran 4.

2. Analisis Butir Soal Tes

Analisis soal pada penelitian ini menggunakan program MicroCat ITEMAN versi 3.00 dimana program ini secara otomatis akan memberikan nilai reliabilitas soal, daya beda, taraf kesukaran dan keefektifan pengecoh. Di samping telaah kualitatif, telaah juga dilakukan berdasarkan data empiris. Data empiris ini untuk mengetahui koefisien reliabilitas soal dan analisis butir soal. Lima puluh (50) butir yang diuji cobakan bila butir yang benar diberi skor satu berarti skala pengukurannya mulai dari nol sampai dengan lima puluh. Butir soal yang diujicobakan ternyata terdapat beberapa butir yang diberi peringatan bahwa kunci jawaban yang ditetapkan sudah betul atau belum.

a. Hasil Analisis Uji I

Uji coba pertama dilakukan di SMA Negeri 1 Girimarto dengan menggunakan dua kelas, masing-masing kelas mengerjakan paket soal

commit to user

uji pertama adalah X.1 dan X.3. Dimana kelas X.1 mengerjakan soal paket

A dan kalas X.3 Mengerjakan soal paket B. Berikut adalah grafik skor siswa untuk masing –masing paket soal:

Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Skor Peserta

Uji Soal A

Gambar 4.2 Histogram Skor Peserta Uji Soal A

Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Skor Peserta

Uji Soal B

Gambar 4.4 Histogram Skor Peserta Uji Soal B

Gambar 4.5 Grafik Frekuensi Skor Uji

Kedua

Gambar 4.6 Hisogram Hasil Uji Kedua

Gambar 4.1 hingga Gambar 4.6 memperlihatkan grafik dan histogram frekuensi dan skor siswa tiap uji. Uji pertama soal paket A dan

B memiliki kecenderungan miring ke kanan ini berarti sebagian besar peserta uji mempunyai skor rendah atau siswa mengalami kesulitan untuk

Skor Sisw a

Skor sisw a

Skor sisw a

Skor sisw a

Skor sisw a

Skor sisw a

commit to user

orang terlihat menghasilkan grafik yang relatif normal. Rangkuman hasil analisis soal menggunakan program MicroCat ITEMAN versi 3.00 disajikan dalam Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji I

Kriteria

Soal Paket A

Soal Paket B Jumlah soal Jumlah peserta tes Skor rata-rata Varian Standar deviasi Kemiringan distribusi skor Puncak distribusi skor Skor terendah Skor tertinggi Median Koefisisen reliabilitas Kesalahan pengukuran Rata-rata tingkat kesukaran Rata-rata daya beda semua soal Rata-rata daya beda korelasi biserial

Hasil analisis data uji I dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 4.2 tentang hasil ujicoba yang dilakukan di dua kelas yang berbeda maka dapat ditentukan apakah soal yang di ujicoba ini sudah baik atau belum. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas terhadap item tes.

Reliabilitas maksudnya adalah apakah soal yang dibuat akan memberikan hasil yang sama apabila di ujikan pada siswa lain yang kemampuannya juga berlainan. Teknik analisis reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik formula Kuder-Richardson -20 atau KR-

20. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya reliabilitas soal paket

A adalah 0,4972 sedangkan untuk soal paket B sebesar 0,6765 (Lampran 9). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan reliabilitas hasil ITEMAN yaitu untuk soal paket A bernilai 0,477 dan untuk soal paket B bernilai 0,668 Ini berarti reliabilits soal paket A tergolong cukup sedangkan reliabilitas soal paket B tergolong tinggi.

commit to user

aspek taraf kesukaran, daya beda dan keefektifan pengecoh. Dari analisis terhadap ketiga aspek tersebut maka dapat dibuat tabel rangkuman keputusan hasil uji coba, berikut adalah tabel rangkuman analisis butir soal: Tabel 4.3 Rangkuman Keputusan Uji Coba I Soal Paket A dan B

Katagori

Paket A

Paket B

Nomor Soal

Jumlah

Nomor Soal jumlah Diterima

50 soal Uji coba pertama menggunakan sampel uji sejumlah satu kelas

untuk masing-masing paket soal, dengan jumlah siswa untuk masing- masing kelas adalah 30 siswa. Dari Tabel 4.3 terlihat rangkuman hasil analisis kuantitaif soal paket A dan B. Dimana untuk soal paket A yang diterimana sebanyak 42%, direvisi 42% dan ditolak 16% sementara untuk paket B soal yang diterima 52%, direvisi 46% dan ditolak 2%. Jadi secara keseluruhan soal paket B lebih baik dari paket A.

Rincian keterwakilan indikator untuk tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 4.4 pada tabel tersebut dituliskan nomor soal untuk tiap indikator serta nomor soal yang masuk dalam katagori diterima baik untuk soal Paket A maupun soal Paket B.

commit to user

Indikator

Paket A

Paket B Awal Diterima Awal Diterima

3.1.1 Mengidentifikasi fungsi, bagian, dan karakteristik mata

1, 2

1, 2 2

3.1.2 Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata

3, 4

3 3, 4 4

3.1.3 Menjelaskan jenis cacat mata dan lensa yang menolongnya

5, 6

5, 6

3.1.4 Menghitung kekuatan lensa kacamata pada penderita miopi dan hipermetropi

7,8

7 7,8 7

3.1.5 Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik kamera, mikroskop, dan teropong

3.1.6 Menganalisis perbedaan pengamatan tanpa akomodasi dan akomodasi maksimum

12, 13 12, 13 12, 13 12, 13

3.1.7 Menghitung perbesaran pada lup, mikroskop, dan teropong

3.2.1 Membedakan penggunaan alat optik kamera, lup, mikroskop, dan teleskop pada kehidupan sehari-hari

4.1.1 Mengidentifikasi perbedaan suhu dan kalor

23 23 23 -

4.1.2 Mengklasifikasikan termometer berdasarkan jenis dan skala yang digunakan

4.1.3 Menganalisis pengaruh perubahan suhu terhadap ukuran panjang, luas dan volume benda (pemuaian)

4.1.4 Membedakan besar pemuaaian (panjang, luas, dan volum) pada zat padat, cair, dan gas secara kuantitatif

4.1.5 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda (zat cair)

32, 33

32 32, 33 -

4.1.6 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda dari padat ke cair

4.2.1 Membedakan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi

4.2.2 Menyebutkan contoh peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari

4.2.3 Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa perpindahan kalor melalui konduksi, konveksi dan radiasi

4.3.1 Menghitung kuantitas kalor dalam berbagai keadaan (suhu atau wujudnya berubah)

37, 38

37, 38

4.3.2 Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas pada benda

39, 40 39, 40 39, 40 40

4.3.3 Mengaplikasikan prinsip asas Black pada peristiwa pertukaran kalor

41, 42

42 41, 42 41, 42

commit to user

berikut:

1) Taraf kesukaran item

Taraf kesukaran soal dalam analisis data menggunakan ITEMAN ini ditunjukkan dengan besarnya P (Prop. correct). Sesuai dengan simpulan Thorndike dan Hagen (1961) bahwa tingkat kesukaran yang baik adalah 0,3 sampai 0,7 atau katagori sedang, taraf kesukaran dibawah 0,3 dianggap sukar dan taraf kesukaran diatas 0,7 butir soal dianggap mudah (Sudijono, 2005: 327) Tabel 4.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal paket A dan B

Klasifikasi

Paket A

Paket B

Nomor soal

Jumlah

Nomor soal Jumlah Mudah

50 50 Analisis taraf kesukaran untuk uji pertama untuk paket soal A

diperoleh 6% soal tergolong mudah, 42% soal masuk katagori sedang, dan 52% soal masuk katagori sukar. Sedangkan untuk soal paket B diperoleh hasil 46% soal masuk katagori sedang dan 54% soal masuk katagori sukar. Ini berarti dari segi taraf kesukaran paket soal A dan B hampir setara hanya saja untuk soal B sedikit lebih sukar dari soal A. Hal tersebut terlihat dari soal paket A terdapat 6% soal yang masuk katagori mudah sedangkan untuk soal B tidak ada. Sementara jumlah soal untuk katagori sedang soal paket B sedikit lebih banyak yaitu berselisih 2 butir dan untuk soal katagori sukar baik soal paket A

commit to user

hanya selisih 1 butir.

2) Daya pembeda item

Analisis daya beda soal bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok atas dan kelompok bawah Perhitungan daya pembeda soal pada progam ITEMAN menggunakan rumus biserial. Pengambilan keputusan menggunakan acuan pengelompokan indeks daya pembeda berikut: Tabel 4.6. Kriteria Daya Pembeda Soal

Poor (jelek)

Daya pembeda lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik

0,20 – 0,39

Satisfactory (cukup)

Memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)

0,40 – 0,69

Good (baik)

Memiliki daya pembeda yang baik 0,70 – 1,00

Excellent (baik sekali)

Memiliki daya pembeda yang baik sekali

Bertanda negatif

Daya pembedanya jelek (Sumber : Suharsimi Arikunto, 2011 :218)

Keputusan aitem soal dapat diterima jika daya beda bernilai ≥ 0,2 sedangkan apabila daya beda bernilai < 0,2 maka butir soal tersebut perlu direvisi/ ditolak

Hasil analisis daya pembeda soal diperoleh hasil uji I pada 30 responden untuk setiap paket soal, untuk paket soal A diperoleh 4% soal memiliki daya beda excellent, 26% soal memiliki daya beda good, 30% soal memiliki daya beda satisfactory, 20% soal memiliki daya beda poor, dan 20% soal ditolak. Sedangkan untuk paket soal B diperoleh 20% soal memiliki daya beda excellent, 18% soal memiliki daya beda good, 32% soal memiliki daya beda satisfactory, 18% soal memiliki daya beda poor, dan 12% soal ditolak.

commit to user

Klasifikasi

Paket A

Paket B

Keputusan Nomor soal Jumlah Nomor soal Jumlah

Diterima A ( 60%) B (70 %)

Direvisi/ ditolak A ( 40%) Jelek sekali B (30 % )

50 50 Daya beda soal dikatakan baik apabila bernilai positif dan tinggi. Dari angka presentase daya pembeda untuk tiap paket soal dapat disimpulkan bahwa dari segi daya beda soal paket B lebih baik dari soal paket A, terlihat dari 70% soal peket B diterima, sedangkan soal paket

A hanya 60%, dari segi distribusi 20% soal B tergolong excellent (baik sekali) sedangkan untuk paket A hanya 4%. Lebih besarnya angka persentase daya pembeda tersebut menunjukkan bahwa soal paket B lebih bisa membedakan siswa kelompok kelas atas dan kelas bawah.

3) Keefektifan distraktor

Alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi (Azwar, 2002:151). Karena hal ini mengindikasikan bahwa pengecoh (distraktor) dipilih oleh siswa dari kelompok bawah di samping itu Fernandes (1984) menyimpulkan pengecoh dapat berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes (Ekawati, 2010: 336).

commit to user

jawaban ditunjukkan oleh prop endorsing atau proporsi pemilih jawaban dan nilai alternative biser dimana distraktor dikatakan baik jika prop endorsing bernilai lebih dari 0,02 atau minimal dipilih oleh 2% testee serta alternative biser bernilai negatif tinggi. Nilai negatif pada alternative biser menunjukkan bahwa pemilih alternatif jawaban tersebut sebagian besar dari kelompok bawah.

Dari tabel distribusi pemilih jawaban tiap butir soal pada Lampiran 10 maka dapat dibuat tabel katagori item soal berdasarkan distribusi pengecoh item sebagai berikut: Tabel 4.8 Katagori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item

Pengecoh berfungsi

Paket A

Paket B

Tidak baik

2 1, 37,49, 50

4 (8%)

- Tidak baik

1 2, 20

2 (4%)

- Tidak baik

Tabel 4.8 memperlihatkan data jumlah pengecoh yang berfungsi untuk tiap butir soal dimana kriteria pengecoh dikatakan berfungsi jika dipilih minimal oleh 2% testee, sedangkan secara keseluruhan pengecoh dikatakan baik jika kesemua pengecoh (4 pengecoh) berfungsi apabila terdapat pengecoh yang tidak berfungsi maka pengecoh dikatagorikan tidak baik dan perlu direvisi. Soal Paket

A 60% soal 4 distraktor berfungsi, 28% soal 3 distraktor berfungsi, 8% soal 2 distraktor berfungsi dan 4% soal hanya 1 sistraktor yang berfungsi. Sementara untuk soal B 80% soal 4 distraktor berfungsi dan

commit to user

soal b lebih baik dari soal A.

4) Keterimaan

Pengambilan keputusan keterimaan soal dilakukan untuk menentukan butir soal mana yang disa langsung digunakan, digunakan tetapi perlu direvisi terlebih dahulu dan tidak bisa digunakan untuk tes lanjut (ditolak). Kriteria keputusan untuk penilaian item soal adalah:

1) Item soal diterima, apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria. Item soal yang terlalu sukar atau mudah, tetapi memiliki daya beda dan sistribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih.

2) Item soal direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria

karakteristik item soal tidak diterima.

3) Item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang tidak memenuhi semua kriteria (Elvin Yusliana. E, 2010: 336-337).

Sehingga untuk soal tipe A dan B diperoleh keputusan sebagai berikut: Tabel 4.9 Rangkuman Keputusan Uji Coba I

Katagori

Soal Paket A

Soal Paket A

Nomor Soal

Jumlah

Nomor Soal Jumlah Diterima 3, 7, 10, 11, 12, 13,

50 soal Hasil uji coba I diperoleh hasil untuk soal A 42% soal diterima, 42% soal direvisi dan 8 soal ditolak. Sedangkan untuk soal B diperoleh hasil 52% soal diterima, 46% soal direvisi dan 2% soal ditolak. Sehingga secara umum soal paket B lebih baik dari soal A. Rincian keputusan uji I terdapat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.

commit to user

(revisi) soal kemudian merakit soal. Soal yang dirakit ini adalah soal yang akan digunakan untuk tes dengan jumlah soal 40 butir dan lama pengerjaan 90 menit. Empat puluh butir soal yang dirakit diperoleh dari soal tipe A dan B yang diterima atau hasil revisi dari soal tersebut dengan prioritas pilihan mewakili indikator, butir soal yang diterima (tanpa revisi), butir soal revisi (diutamakan yang mempunyai daya beda dan taraf kesukaran yang mendekati untuk diterima). Meskipun jumlah soal berkurang yaitu dari 50 pada tes awal dan diubah menjadi 40 pada tes sesungguhnya namun kisi-kisi yang digunakan tetap sama hanya saja proporsi soal untuk tiap indikator diubah. Berikut adalah rangkuman butir soal yang digunakan untuk uji ke dua:

Tebel 4.10 Rangkuman Butir Soal untuk Uji Kedua Kriteria

Soal Tipe A

Soal tipe B

Nomor soal

Jumlah Nomor Soal Jumlah Langsung digunakan

Direvisi pilihan jawaban

8, 20, 24

3 37, 48

2 Direvisi isi

Rincian revisi soal terdapat pada Lampiran 15, sedangkan kisi-kisi soal untuk uji II pada Lampiran 16. Kisi-kisi uji II pada hakikatnya sama dengan kisi-kisi untuk uji I hanya jumlah soal untuk tiap indikator sedikit mengalami perubahan karena jumlah total soal untuk uji II sebanyak 40 butir sedangkan pada uji I sebanyak 50 butir. Soal uji II terlampir pada Lampiran 17

b. Analisis Hasil Uji Coba II Menggunakan ITEMAN

Uji kedua dilaksanakan selama tiga hari,dengan peserta uji berasal dari kelas X.2 X.4 dan X.5 SMA Negeri 1 Girimarto. Pada uji kedua digunakan soal sebanyak 40 butir dengan lama waktu pengerjaan soal 90 menit. Dengan kata lain alokasi waktu pengerjaan tiap butir soal selam dua menit. Rangkuman ITEMAN uji II disajikan pada Tabel 4.11

commit to user

bernilai 0,282 ini berarti secara umum instrumen tes tersebut tergolong sukar, rata-rata daya beda bernilai 0,338 ini berarti daya beda soal cukup baik. Alfa atau koefisien reliabilitas bernilai 0,533 semantara hasil perhitungan reliabilitas dengan KR-20 memperoleh hasil 0,532 (Lampiran

20) ini berarti reliabilitas soal cukup bagus. Tabel 4.11 Rangkuman ITEMAN Uji Kedua Statistik

Nilai

Jumlah soal Jumlah peserta tes Skor rata-rata Varian Standar deviasi Kemiringan distribusi skor Puncak distribusi skor Skor terendah Skor tertinggi Median Koefisisen reliabilitas Kesalahan pengukuran Rata-rata tingkat kesukaran Rata-rata daya beda semua soal Rata-rata daya beda korelasi biserial

40 84 11.274 15.151 3.892 0.794 0.321 5.000 22.000 10.000 0.533 2.661 0.282 0.237 0.338

Dalam uji coba kedua digunakan sampel uji sejumlah tiga kelas yakni kelas X.2, X.4, dan X.5 SMA Negeri 1 Girimarto dengan jumlah total peserta tes 84 siswa. Hasil analisis dengan program ITEMAN versi 3.00 terdapat pada Lampiran 20.

Dari hasi uji II diperoleh kepususan uji seperti ditampilkan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Rangkuman Keputusan Uji Coba II

Katagori

No. Item

Jumlah Diterima

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

20, 22, 25, 26, 27, 28, 29, 35, 39, 40

24 butir (60%) Direvisi

1, 4, 10, 12, 18, 21, 23, 24, 30, 31, 32, 33, 34,

36, 37, 38

16 butir (40%) Ditolak

- Jumlah

40 soal

commit to user

(langsung bisa digunakan), dan 40% soal dierevisi. Untuk lebih jelasnya tentang keterwakilan indikator dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Riancian Keterwakilan Indikator Tiap Butir Soal Uji I

Indikator

Nomor soal Awal Diterima

3.1.8 Mengidentifikasi fungsi, bagian, dan karakteristik mata

1 - 3.1.9 Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata 2 2

3.1.10 Menjelaskan jenis cacat mata dan lensa yang menolongnya

3.1.11 Menghitung kekuatan lensa kacamata pada penderita miopi dan hipermetropi

4, 5 5

3.1.12 Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik kamera, mikroskop, dan teropong

6, 7, 12, 15

7, 15

3.1.13 Menganalisis perbedaan pengamatan tanpa akomodasi dan akomodasi maksimum

3.1.14 Menghitung perbesaran pada lup, mikroskop, dan teropong

10, 13, 16

13, 16

3.2.2 Membedakan penggunaan alat optik kamera, lup,

mikroskop, dan teleskop pada kehidupan sehari-hari

8, 11, 14, 17

8, 11, 14, 17

4.2.4 Mengidentifikasi perbedaan suhu dan kalor

18 -

4.2.5 Mengklasifikasikan termometer berdasarkan jenis dan skala yang digunakan

19 19

4.2.6 Menganalisis pengaruh perubahan suhu terhadap ukuran panjang, luas dan volume benda (pemuaian)

20, 21 20

4.2.7 Membedakan besar pemuaaian (panjang, luas, dan volum) pada zat padat, cair, dan gas secara kuantitatif

22, 23, 24

22

4.2.8 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda (zat cair)

25 25

4.2.9 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda dari padat ke cair

27, 28 27, 28

4.3.1 Membedakan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi

34, 35 35

4.3.2 Menyebutkan contoh peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari

36, 37 -

4.3.3 Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa perpindahan kalor melalui konduksi, konveksi dan radiasi

38, 39, 40

39

4.3.4 Menghitung kuantitas kalor dalam berbagai keadaan (suhu atau wujudnya berubah)

29, 30 29

4.3.5 Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas pada benda

31 -

4.3.6 Mengaplikasikan prinsip asas Black pada peristiwa pertukaran kalor

32, 33 -

commit to user

taraf kesukaran, daya beda dan keefektifan distraktor. Berikut adalah hasil analisis untuk masing-masing aspek:

1) Taraf kesukaran item

Tabel 4.14 Hasil Analisis Taraf Kesukaran No

Kategori

No soal

40 Taraf kesukaran soal dalam analisis data menggunakan ITEMAN ini ditunjukkan sengan besarnya P (Prop. Correct). Sesuai dengan simpulan Thorndike dan Hagen (1961) bahwa tingkat kesukaran yang baik adalah 0,3 sampai 0,7 atau katagori sedang, taraf kesukaran dibawah 0,3 dianggap sukar dan taraf kesukaran diatas 0,7 butir soal dianggap mudah (Sudijono, 2005: 327). Hasil analisis taraf kesukaran diperlihatkan tabel berikut:

Dari hasil analisis diperoleh hasil tidak ada soal dalam katagori mudah, 17 soal dalam katagori sedang dan 23 soal dalam katagori sukar. Sedangkan menurut hasil analisis menggunakan program ITEMAN diperoleh nilai rata-rata taraf kesukaran adalah 0.282 atau secara keseluruhan soal tergolong sukar.

2) Daya pembeda item

Perhitungan daya pembeda soal pada progam ITEMAN menggunakan rumus biserial. Soal diterima jika nilai daya beda ≥ 0,20 dan direvisi/ diteliti jika daya beda < 0,20. Rangkuman hasil analisis daya pembeda soal disajikan pada Tabel 4.15.

commit to user

Klasifikasi

Nomor soal

Diterima 26 butir (65%)

Direvisi/ ditolak 14 butir (35 % )

Jelek sekali

Jumlah 40 Dari hasil uji II diperoleh hasil 26 soal atau 65% soal diterima,

14 soal atau 35% direvisi/ ditolak. Sedangkan nilai rata-rata daya beda hasil nalisis menggunakan program ITEMAN adalah 0,338 nilai ini tergolong cukup baik. Tabel 4.12 juga memperlihatkan bahwa secara umum distribusi soal sebagian besar pada katagori good yaitu sebanyak 35% sedangkan untuk katagori satisfactory dan poor hampir sama kaduanya hanya berselisih satu soal yaitu sebanyak 10 dan 11 butir soal, sementara untuk katagori excellent dan jalek sekali juga berselisih satu soal yakni 2 dan 3 butir soal.

3) Keefektifan distraktor

Alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi. Karena hal ini mengindikasikan bahwa pengecoh (distraktor) memang berasal dari siswa yang kurang baik di samping itu pengecoh dikatakan efektif bila dipilih oleh siswa paling sedikit 2% dari peserta yang mengikuti tes.

Dari keempat puluh item soal terdapat satu butir soal yang belum memenuhi kriteria distraktor yang baik yaitu pilihan jawaban D pada soal nomor 12. Pilihan jawaban tersebut hanya dipilih oleh 1,2% atau 1 orang peserta tes. Selebihnya semua pilihan jawaban minimal sudah dipilih oleh 2% peserta tes.

commit to user

Lampiran 15 maka dapat dibuat tabel katagori item soal berdasarkan distribusi pengecoh item sebagai berikut:

Tabel 4.16 Katagori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item Pengecoh

berfungsi

Nomor Soal

jumlah Keterangan

2 (5%) Tidak baik

Tidak baik

Tidak baik Tabel 4.16 memperlihatkan data jumlah pengecoh yang berfungsi untuk tiap butir soal dimana kriteria pengecoh dikatakan berfungsi jika dipilih minimal oleh 2% testee, sedangkan secara keseluruhan pengecoh dikatakan baik jika kesemua pengecoh (4 pengecoh) berfungsi apabila terdapat pengecoh yang tidak berfungsi maka pengecoh dikatagorikan tidak baik dan perlu direvisi. Sebagian besar pengecoh dapat berfungsi baik, hanya terdapat 2 soal yang pengecohnya tidak bekerja dengan baik yaitu soal nomor 1 dimana pengecoh yang tidak berfungsi pengecoh E dan nomor 12 dimna pengecoh yang tidak berfungsi adalah pengecoh D. kedua pengecoh tersebut dikatakan tidak berfungsi karena hanya dipilih oleh 1,2% testee.

4) Keterimaan

Dari hasil analisis terhadap aspek taraf kesukaran, daya beda dan keefektifan distraktor maka dari hasil uji II dapat diperoleh keputusan sebagai berikut:

Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Coba II Katagori

No. Item

Jumlah Diterima

16 butir (40%) Ditolak

- Jumlah

40 soal

commit to user

ֺDari hasil uji II diperoleh hasil 24 soal atau 60% soal diterima,

16 soal atau 40% direvisi dan tidak ada soal yang ditolak. Hasil ini sudah lebih baik dari hasil uji pertama dimana untuk uji pertama baik soal paket

A maupun B diperoleh hasil 42% soal diterima. 42% soal revisi dan 16% soal ditolak untuk soal paket A serta 46% soal direvisi dan 2% soal ditolak untuk soal paket B.