Teknik Analisis Data

F.Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis secara kuantitatif. Analisis secara kuantitatif maksudnya dalah analisis butiir soal didasarkan pada data empiris dari butir soal yang bersangkutan. Data empiris ini diperoleh dari

commit to user

kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan secara modern. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara klasik. Beberapa hal yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain :

1. Validitas

Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap validitas isi intrumen tes yang disususn. Validitas isi dilakukan untuk mengetahui apakah butir-butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan indikator yang dibuat atau belum. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil telaah soal oleh dosen pembimbing dan guru bidang studi. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara tabel spesifikasi dengan butir soal dan masing-masing butir di analisis berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila butir tes telah mewakili bahan pelajaran.

2. Reliabilitas

Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek, atau untuk mengetahui keajegan instrumen, artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan instrumen tersebut maka seandainya hasilnya berubah, perubahan itu dianggap tak berarti.

Tenik analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitia ini adalah teknik formula Kuder-Richardson -20 atau KR-20, karena penskoran tes Fisika yang dikembangkan berbentuk dikotomi. Seperti yang sudah disebutkan di Bab

II besarnya reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi besarnya koefisien korelasi sebagai berikut :

0,800 < r 11 ≤ 1,00

: sangat tinggi

0,600 < r 11 ≤ 0,800 : tinggi 0,400 < r 11 ≤ 0,600 : cukup 0,200 < r 11 ≤ 0,400 : rendah 0,000 ≤ r 11 ≤ 0,200 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 1995:71)

commit to user

Untuk analisis butir soal akan dianalisis dengan program komputer MicroCat ITEMAN versi 3,00. Adapun yang dianalisis meliputi:

a. Tingkat Kesukaran

Seperti yang telah disebutkan pada Bab II, klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digolongkan seperti berikut ini: 0,00 ≤ P ≤ 0,30 soal tergolong sukar 0,30< P ≤ 0,70 soal tergolong sedang 0,70< P ≤ 1,00 soal tergolong mudah Sumber : Panduan Analisis Butir Soal (Depdiknas, 2008:12)

Tingkat kesukaran item soal biasanya disesuaikan dengan tujuan pembuatan tes, seperti yang dikemukakan Depdiknas (2008:12) berikut ini: Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan

tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, danuntuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.

Tes yang dikembangkan berupa tes tengah semester semester genap sehingga butir soal yang dipakai adalah yang sedang. Suharsimi Arikunto (2002:211) juga berpendapat “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.” Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa soal yang baik adalah soal dengan tingkat kesukaran sedang (0,31- 0,70).

b. Daya Pembeda (DP)

Perhitungan daya beda untuk penelitian ini menggunakan rumus korelasi biserial (r bis). Dengan klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digolongkan seperti Tabel 3.3. Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item, item soal dikelompokkan dengan dasar berikut:

1. Butir – butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir – butir item tersebut dapat dipakai.

commit to user

kemungkinan tindak lanjut, yaitu :

a) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.

b) Dibuang dan tidak digunakan lagi. Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda Soal Nilai

Poor (jelek)

Daya pembeda lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik

0,20 – 0,39

Satisfactory (cukup)

Memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)

0,40 – 0,69

Good (baik)

Memiliki daya pembeda yang baik 0,70 – 1,00

Excellent (baik sekali)

Memiliki daya pembeda yang baik sekali

Bertanda negatif

Daya pembedanya jelek (Sumber : Anas Sudijono, 2005 :389)

c. Keefektifan Pengecoh

Alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi (Saifudin Azwar, 2002:141). Karena hal ini mengindikasikan bahwa pengecoh (distraktor) dipilih oleh siswa dari kelompok bawah di samping itu Fernandes (1984) menyimpulkan pengecoh dapat berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes (Elvin Yusliana Ekawati, 2010: 336).

Dalam analisis menggunakan program ITEMAN daya beda pilihan jawaban ditunjukkan oleh prop endorsing atau proporsi pemilih jawaban dan nilai alternative biser dimana distraktor dikatakan baik jika prop endorsing bernilai lebih dari 0,02 atau minimal dipilih oleh 2% testee serta alternative biser bernilai negatif tinggi.

commit to user