COOCH (aq) +H 2 O (l) → COOH (aq) + OH (aq)

CH 3 COOCH (aq) +H 2 O (l) → CH 3 COOH (aq) + CH 3 OH (aq)

  Dengan terbentuknya CH 3 COOH reaksi menjadi bertambah cepat. Comtoh lain dari

  autokatalisator adalah H 2 SO 4 . Selain itu contohnya adalah reaksi kalium permanganat dan

  asam oksalat dalam suasana asam akan menghasilkan ion Mn 2+ . ion Mn yang dihasilkan akan mempercepat reaksi tersebut, maka ion Mn 2+ disebut autokatalisator. Autoindikator adalah pereaksi yang digunakan dalam titrasi dan juga dapat menunjukkan perubahan visual pada saat terjadinya titik akhir titrasi. Salah satu contoh dari autoindikator adalah

  pereaksi KMnO 4 . Percobaan kali ini adalah tentang reaksi reduksi-oksidasi; prinsip dari percobaan redoks adalah pemberian dan penerimaan elektron maupun ion. Dengan kata lain senyawa yang memiliki elektron lebih maka akan di donorkan kepada senyawa yang kekurangan elektron begitupun sebaliknya. Prinsip percobaan pada titrasi dalam analisa kualitatif

  dalam standarisasi KMnO 4 adalah permanganometri, yaitu peniteran dengan melibatkan

  KMnO 4 dalam suatu reaksi redoks. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan reaksi reduksi-oksidasi. Di percobaan pertama dilakukan analisa secara kualitatif untuk mengidentifikasi kandungan vitamin c

  pada sampel You C 1000 mg dengan menggunakan KMnO 4 . Pada awal percobaan,

  dimasukkan 1 mL sampel You C 1000 mg. Pengambilan larutan sampel dilakukan dengan menggunakan pipet tetes, dengan meneteskan larutan sampai sebanyak 20 tetes yang setara dengan 1 mL. Pipet tetes berfungsi sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan sedikit demi sedikit. Larutan sample dimasukkan kedalam tabung reaksi. Di dalam dimasukkan 1 mL sampel You C 1000 mg. Pengambilan larutan sampel dilakukan dengan menggunakan pipet tetes, dengan meneteskan larutan sampai sebanyak 20 tetes yang setara dengan 1 mL. Pipet tetes berfungsi sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan sedikit demi sedikit. Larutan sample dimasukkan kedalam tabung reaksi. Di dalam

  mengidentifikasi keberadaan dari vitamin C. Uji yang dilakukan disini adalah secara kualitatif, artinya uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan zat yang ada di dalam suatu sampel, dalam hal ini adalah uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan vitamin C

  dalam sampel. Setelah ditetesi dengan KMnO 4 , larutan berubah menjadi ungu lalu berubah

  dengan cepat menjadi kuning dengan warna yang lebih muda dari warna asli sampel. Dari

  sini dapat dilihat bahwa KMnO 4 mengidentifikasi adanya vitamin C dengan bereaksi

  secara reduksi-oksidasi dimana vitamin C dalam sampel berfungsi sebagai reduktor.

  Artinya vitamin C dalam reaksi adalah zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan KMnO 4 dalah zat yang mengalami reduksi, artinya KMnO 4 dalam reaksi ini berfungsi sebagai

  oksidator. Selain menggunakan sampel vitamin C dari You C 1000 mg, digunakan juga jus buavita untuk dilakukan analisa kualitatif untuk mengidentifikasi keberadaan vitamin

  C dengan menggunakan KMnO 4 . Proses dan perlakuan untuk sampel dilakukan sama,

  hanya saja sampel yang digunakan adalah jus buavita. Setelah dilakukan penetesan

  KMnO 4 , larutan berubah menjadi ungu, lalu setelah beberapa lama larutan sampel berubah warna menjadi kuning dengan warna yang lebih muda jika dibandingkan dengan warna

  asli dari sampel buavita. Disini, terlihat bahwa KMnO 4 mendeteksi adanya vitamin C

  melalui reaksi redoks dimana sampel jus buavita berperan sebagai reduktor. Artinya sampel vitamin C dalam jus buavita adalah sebagai zat yang mengalami oksidasi.

  Sedangkan KMnO 4 adalah zat yang mengalami reduksi, artinya KMnO 4 dalam reaksi ini

  berfungsi sebagai oksidator. Jika dibandingkan hasil reaksi antara sampel vitamin C dari You C 1000 mg dan vitamin C dari jus buavita, terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut

  terletak pada waktu berlangsung reaksi antara sample dengan larutan KMnO 4 . Dimana

  pada sampel You C 1000 reaksi berlangsung sangat cepat. Hal ini ditandai dengan

  cepatnya warna ungu dari KMnO 4 yang diteteskan ke dalam sampel lenyap. Sebagian

  pada sampel vitamin C dari jus buavita, reaksinya berlangsung agak lama. Sehingga warna

  ungu dari KMnO 4 dalam larutan sampel membutuhkan waktu yang agak lama untuk

  lenyap. Hail ini terjadi karena dipengaruhi konsentrasi dari vitamin C dalam sampel. Semakin besar konsentrasi suatu zat, maka semakin banyak jumlah partikel di dalam larutannya. Semakin banyak jumlah partikel didalam larutan maka semakin sering terjadi tumbukan antar partikel dari zat-zat yang bereaksi. Hal ini akan mempercapat reaksi yang terjadi. Itulah sebabnya mengapa terjadi perbedaan kecepatan reaksi antara sampel You C

  You C 1000 lebih besar dibanding dengan kadar vitamin C pad jus buavita. Sebab, reaksi

  dengan KMnO 4 lebih cepat terjadi pada sample You C 1000 jika dibandingkan dengan jus

  buavita.

  Pada percobaan kedua, dilakukan uji kualitatif untuk identifikasi vitamin C pada

  sampel You C dan juga sampel jus buavita dengan menggunakan larutan I 2 . Proses dan

  perlakuan serta fungsi dari setiap alatsama dengan percobaan pertama. Pada awalnya diambil 1 mL larutan You C 1000 dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu dimasukkan sempel vitamin C yaitu You C 1000 ke dalam tabung reaksi yang berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan dan mengamati reaksi antara sampel dari vitamin C dan

  juga I 2 . Sampel yang ada didalam tabung reaksi ditambahkan denga larutan I 2 sebanyak 2

  tetes, dan ternyata terbentuk warna kecoklatan yang lama-kelamaan menghilang dan

  berubah menjadi kuning. Hal ini terjadi karena I 2 bereaksi dengan vitamin C yang ada didalam You C 1000. Pada reaksi antar You C dengan I 2 , yang berfungsi sebagai reduktor

  adalah vitamin C dalam sampel You C 1000. Sedangkan yang berfungsi sebagai oksidator

  adalah larutan I 2 . Selanjutnya, dilakukan analisa yang serupa dengan menggantikan

  sampel You C dengan jus buavita. Sampel dari jus buavita mendapat perlakuan yang sama dengan sampe You C 1000. Dimasukkan 1 mL jus buavita dan ditambahkan dengan 2

  tetes larutan I 2 . Larutan sampel yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi

  kecoklatan lalu berubah menjadi hijau lumut. Hal ini terjadi karena adanya reaksi redoks

  antara I 2 dan sampel vitamin C dalam jus buavita. Dimana, vitamin C dalam sampel

  buavita berperan sebagai reduktor, sedangkan larutan I 2 berperan sebagai zat yang

  mengalami reduksi, artinya I 2 dalam reaksi ini berfungsi sebagai oksidator. Dengan

  membandingkan hasil reaksi antara You C 1000 dan sampel jus buavita setelah

  direaksikan dengan I 2 dapat dilihat sampel mana yang memiliki kandungan vitamin C

  yang lebih tinggi. Dalam reaksi antara sampel vitamin C dengan I 2 dalam sampel You C

  1000 berlangsung lebih cepat daripada dalam sampel jus buavita. Ini menunjukkan kandungan vitamin C pada sampel You C 1000 lebih besar dibanding dalam jus buavita.

  Pada percobaan ketiga, dilakukan standarisasi KMnO 4 dengan menggunakan

  H 2 C 2 O 4 . Pertama, diambil 10 mL larutan H 2 C 2 O 4 dengan menggunakan gelas ukur. Gelas ukur berfungsi sebagai alat untuk mengukur volume dari H 2 C 2 O 4 pekat sebanyak 3 mL. Pengambilan H 2 SO 4 pekat dilakukan di dalam lemari asam, sebab H 2 SO 4 merupakan suatu

  asam kuat yang berbahaya, dan juga menghasilkan uap sulfur yang sangat berbahaya buat asam kuat yang berbahaya, dan juga menghasilkan uap sulfur yang sangat berbahaya buat

  H 2 SO 4 digunakan pipet ukur 10 mL dengan bantuan bulp. Pipet ukur berguna untuk mengambil dan memindahkan larutan dengan volume yang sudah diketahui dengan pasti. Dalam pengambilan larutan menggunakanpipet ukur digunakan bulp yang berfungsi untuk menyedot larutan. Pada bulp terdapat 3 buah huruf, yaitu A, S, dan E. Saat akan memipet larutan, bulp dikempeskan terlebih dahulu dengan menekan huruf A sambil ditekan pada bulp hingga mengempis. Lalu, untuk mengambil larutan ditekan huruf S dan

  untuk mengeluarkan larutan ditekan huruf E. H 2 SO 4 ditambahkan kedalam H 2 C 2 O 4 sebelum dititrasi karena H 2 SO 4 memiliki sifat autokatalisator. Artinya H 2 SO 4 dapat

  mempercepat reaksi tanpa memerlukan bantuan dair katalis lainnya. Dalam larutan asam,

  KMnO 4 bereaksi dengan asam :

  Sehingga ekuivalennya adalah setengah mol, yaitu 158,035 atau setara dengan 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah sebesar 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksid yang kuat. Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karna tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan yang encer. Jika digunakan asam klorida ada kemungkinan terjadi :

  4 + 10Cl + 16H  2Mn + 5Cl 2 + 8H 2 O

  Terbentuknya Cl 2 yang merupakan wujud gas, dapat membahayakan kesehatan, setelah

  itu, campuran H 2 C 2 O 4 dengan H 2 SO 4 dipanaskan diatas hotplate. Suhu larutan diukur

  dengan menggunakan termometer hingga tercapai suhu 70 

  C. Suhu 70 

  C dipilih karena

  pada suhu sekitar 60-70 

  C adalah suhu maksimum KMnO 4 dalam bereaksi. Artinya

  bahwa larutan KMnO 4 bereaksi dengan cepat pada sekitar suhu tersebut. Jika suhu lebih

  dari 70 

  C maka H 2 C 2 O 4 akan terurai dan menghasilkan CO 2 menurut reaksi :

  H 2 C 2 O 4  CO 2 + H 2 O

  Sedangkan jika dibawah 60 

  C maka akan terbentuk endapan saat titrasi, yaitu endapan

  yang berasal dari MnO 2 . Setelah suhu mencapai 70 

  C maka penitrasi dilakukan. Pada saat peniteran, tidak dibutuhkan indikator. Sebab KMnO 4 merupakan zat autokatalisator,

  dimana KMnO 4 dapat mengubah warnanya sendiri pada saat TAT tanpa memerlukan

  indikator lainnya. Titik akhir titrasi tercapai pada volume larutan KMnO 4 sebesar 19,8

  mL. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan yang dititrasi dari warna bening menjadi merah lembayung. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan konsentrasi mL. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan yang dititrasi dari warna bening menjadi merah lembayung. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan konsentrasi

  dalam titrasi digunakan satuan konsentrasi Normalitas. Konsentrasi ini dipilih karena dalam perhitungannya turut memperhitungkan bobot setara dan juga tidak mengabaikan valensi dari suatu zat, tidak seperti satuan konsentrasi yang lain. Dalam praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan, misalnya :  Kesalahan dalam membaca skala buret saat titrasi, sehingga hasil yang diperoleh tidak

  tepat dan mempengaruhi hasil perhitungan konsentrasi yang dilakukan.

   Pada saat melakukan titrasi, larutan KMnO 4 dari buret ada yang menetes ke dinding

  erlenmeyer dan tidak jatuh tepat dalam larutan. Hal ini menyebabkan larutan yang keluar dari buret tidak semuanya bereaksi dengan larutan erlenmeyer. Hal ini mempengaruhi hasil perhitungan konsentrasi, sebab dalam 1 tetes dapat mengubah warna larutan.

   Adanya pengaruh paparan cahaya saat titrasi berlangsung. Larutan KMnO 4 tidak stabil

  pada cahaya. Larutannya dapat terurai jika terkena cahaya. Namun, saat titrasi

  digunakan buret bening sehingga KMnO 4 terkena paparan cahaya langsung. Hal ini dapat menyebabkan penguraian KMnO 4 sehingga mempengaruhi hasil titrasi.

  Sifat fisik dan kimia KMnO 4 :

   Bau = tidak berbau  Rasa = manis, astrigen  Berat molekul = 158,039 mol  Warna = ungu  Spesifik gravinya 2,7 15 C (air = 1)  Kelarutan : mudah larut dalam metanol, aseton, sebagian larut dalam air dingin, air

  panas, dan larut dalam H 2 SO 4

   Sangat reaktif dengan bahan organik, logam, asam  Merupakan agen pengoksidasi kuat

  Sifat fisik dan kimia I 2 :

   Padatan  Berwarna kecoklatan

   Memilki pelarut organik CCl 4 , CS 2

   Warna larutan kuning kecoklatan

   Reaksi dengan logam menjadi 2M + nX 2  2MXn

   Membentuk asam oksid

   Bereaksi dengan H 2 O membentuk HI

   Memiliki jari-jari atom ion adalah 2,05

   Titik didih 184  C

   Titik cair 214  C

  Sifat fisik dan kimia H 2 SO 4 :

   Berat molekul

  = 98 gr mol

   Titik didih = 315,338  C  Titik beku = 10  C  Bentuk

  = cairan kental tak berwarna

   kg Densitas = 1,8 L pada 40  C

   Merupakan asam kuat yang bersifat korosi  Memiliki afinitas sangat besar terhadap air  Bersifat sangat reaktif

   Diperoleh dari reaksi SO 3 + H 2 O  H 2 SO 4 Sifat fisik dan kimia H 2 C 2 O 4 :

   gr Berat molekul 90,03584

  mol

   Berat jenis 2,408 gr 3 cm

   Berbentuk padatan kristal  Tak berwarna  Larut dalam air panas dan dingin  Beracun, merupakan pembersih logam, afinitasnya besar terhadap air Sifat-sifat Vitamin C :  Memiliki gugus enadiol dan mempunyai 2 rumus bangun, yaitu asam askorbat dan

  dehidro asam askorbat  Kristal putih  Tidak berbau  Larut dalam air tapi tidak larut dalam lemak

  Adapun aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari antara lain :  Pada peristiwa metabolisme tubuh dan respirasi pada tumbuhan  Proses perkaratan logam

   Proses pemurnian logam  Proses penyepuhan logam pelapisan logam  Proses penetapan kadar zat melalui reaksi oksidasi reduksi