Sifat-Sifat Koloid

2.2 Sifat-Sifat Koloid

  2.2.1 Efek Tyndall Jika suatu cahaya yang kuat dilewatkan pada larutan dan larutan ini diamati dengan mikroskop yang tegak lurus terhadap cahaya masuk, akan terlihat pembauran cahaya(titik- titik terang dengan latar belakang gelap). Pembauran cahaya ini ternyata disebabkan oleh terpantulnya cahaya oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam larutan. Pembauran cahaya ini disebut efek tyndall, sedang alat yang cocok untuk melihat berkas cahaya tyndall adalah mikroskop ultramikroskop (Svehla, 1990).

  Bila cahaya biasa dijatuhkan pada suatu larutan koloid, tergantung dari konsentrasi zat terdispersi maka larutan dapat terlihat keruh seperti suspensi atau jernih seperti larutan biasa. Tetapi bila suatu cahaya yang kuat dan sempit dijatuhkan pada suatu larutan koloid, bila dilihat tegak lurus dari arah sinar maka jalan yang dilalui akan terlihat kabur, meskipun larutan koloid kelihatannya jernih. Hal ini disebut efek tyndall dan jalan kabur dari sinar tersebut disebut kerucut tyndall. Efek timbul karena tersebarnya cahaya oleh partikel-partikel kecil dari koloid (Sukmatiah, 1999).

  2.2.2 Gerak Brown Selain menunjukkkan efek tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra tampak sebagai bintik-bintik cahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersiini disebut gerakan Brown, sesuai nama penemunya Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani Inggris (Yazid, 2005).

  Fenomena gerakan Brown ini dijelaskan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Menurut Einstein, suatu partikel mikroskopik yang melayang-layang dalam medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak (Zig-Zag). Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekul-molekul medium pendispersi pada sisi-sisi partikel terdispersi tidak sama (tidak setimbang). Fakta adanya gerakan Brown menegaskan terhadap kebenaran teori kinetika materi bahwa gas atau cairan terdiri dari molekul-molekul yang terus bergerak (Yazid, 2005).

  2.2.3 Adsorpsi

  Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion, atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut dengan absorbsi (Yazid, 2005).

  Selama pengkoagulasian koloid dengan suatu elektrolit, ion yang bermuatan berlawanan dengan muatan kabel diadsorpsi dengan tingkat yang berbeda-beda di atas permukaan; makin tinggi valensi ion, makin kuat ia teradsorpsi. Dalam semua hal, endapan akan tercemar oleh adsorpsi permukaan. Sifat-sifat adsorpsi koloid mempunyai beberapa penerapan dalam analisis, misalnya dalam menghilangkan fosfat-fosfat dengan timah (IV) hidroksida oksida dengan hadirnya asam nitrat (Svehla, 1990).

  2.2.4 Koagulasi Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi. Terjadinya peristiwa koagulasi pada koloid dapat diakibatkan oleh peristiwa mekanik atau juga peristiwa kimia. Peristiwa mekanik misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah. Bila darah dipanaskan akan menggumpal. Sebaliknya, agar-agar akan menggumpal bila didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan koagulasi, misalnya :

  1. Pencampuran Koloid dengan Beberapa Muatan Bila sistem koloid yang berbeda muatan dicampurkan, akan menyebabkan terjadinya

  koagulasi dan akhirnya mengendap. Misalnya, sol Fe(OH) 3 yang bermuatan positif akan mengalami koagulasi bila dicampur sol As 2 S 3 . Dengan adanya peristiwa tersebut,

  maka bila tinta dengan merk berbeda, yang satu merupakan koloid negatif dan yang lain merupakan koloid positif, jangan sampai dicampurkan karena akan dapat terkoagulasi (Yazid, 2005).

  2. Adanya Elektrolit Bila koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan suatu larutan elektrolit, maka ion-ion negatif dari larutan elektrolit tersebut akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid tersebut, dan akibatnya ukuran koloid menjadi sangat besar dan akan mengalami koagulasi (Yazid, 2005).