Tinjauan Pustaka
5. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis dan Evaluasi Kebijakan Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa
Tarif yang dikenakan terhadap produk impor memberikan proteksi kepada produsen dalam negeri dalam bentuk mahalnya barang impor di dalam negeri (Sukwiaty 2005). Peningkatan ini terjadi karena tarif impor tersebut dibebankan pada harga jual barang impor di pasaran.
Berikut ini akan diuraikan hasil pendugaan parameter hambatan tarif dan volume elspor tuna Indonesia ke Uni eropa pada tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 13: Hasil Pendugaan Parameter Hambatan tarif Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa
Evaluasi yang dilakukan pada penelitian pengaruh tarif dengan menggunakan model dugaan linier didapatkan koefisien tarif (α1) bertanda negatif. Kondisi ini sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesa awal yang diinginkan. Tanda ini memiliki arti apabila ada kenaikan 1 % tarif yang ditentukan Uni Eropa akan mengurangi volume ekspor tuna Indonesia ke Uni Eropa dan begitu pula sebaliknyaHasil analisis regresi didapatkan tanda koefisien volume ekspor dua tahun sebelumnya (α2) bertanda positif, dapat diartikan besar volume ekspor tahun ke-t dipengaruhi oleh volume ekspor pada dua tahun sebelumnya. Ilmu ekonomi menyatakan ketergantungan suatu variabel Y (Variabel dependent) atas variable lain X (variabel yang menjelaskan) jarang bersifat seketika. Sangat sering, Y bereaksi terhadap X dengan suatu selang waktu (lag) (Gujarati 2001). Volume ekspor tahun ke-t tidak hanya dipengaruhi seketika oleh tarif saja namun ada pengaruh volume ekspor dua tahun sebelumnya yang mengikuti kenaikan volume ekspor tuna tahun ke-t.
Hasil analisis regresi yang dilakukan didapatkan besar R2 adjusted adalah 0,454 atau sebesar 45,4 %. Nilai ini memiliki arti bahwa sebesar 45,4 % dari besarnya volume ekspor tuna ke Uni Eropa dipengaruhi oleh besarnya tarif masuk Uni Eropa untuk tuna, dan jumlah volume ekspor tuna sebelumnya. Sedangkan sebesar 54,6 % dipengaruhi faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variable penjelas memiliki hubungan yang signifikan atau tidak dengan variabel tak bebasnya (Y) dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Berdasarkan Tabel 13 didapatkan nilai t-hit untuk tarif (Tt) sebesar 1,903 dengan tingkat kepercayaan 90%, dan jumlah volume ekspor dua tahun sebelumnya (Qt-2) sebesar 0,967 dengan tingkat kepercayaan hanya 64 %. Hasil pengujian ini membuktikan peubah tarif berpengaruh nyata terhadap jumlah volume ekspor tuna Indonesia pada tahun ke-t. Sedangkan jumlah volume ekspor tuna dua tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah volume ekspor tuna Indonesia pada tahun ke-t (Qt) namun masih dapat ditolelir dengan selang kepercayaan sebesar 64 %.
Pada Tabel 13 terdapat nilai F-hit model dugaan semi log sebesar 4,332 dengan besar signifikasi 96,2 % yang lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel yang sebesar 3,59. Hal ini berarti model regresi serentak dipengaruhi kedua variabel bebasnya atau dapat dikatakan H0 ditolak. Sedangkan dari hasil analisis diketahui besarnya pendugaan elastisitas yang digunakan untuk mengetahui pengaruh hambatan perdagangan Uni Eropa terhadap volume ekspor tuna Indonesia, dimana ukuran kepekaan dapat digunakan terhadap total ekspor tuna. Sedangkan elastisitas dalam hal ini menggunakan model semilog untuk melihat elastisitas peubah-peubah bebas terhadap volume ekspor tuna ke Uni Eropa, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 14: Hasil Pendugaan Elastisitas Variabel tariff dan volume ekpor tahun sebelumnya
Sumber: data diolah, 2011
Nilai elstisitas untuk variabel hambatan tarif sebesar -0,64 (0<e<1) menandakan hambatan tarif bersifat inelastis, maka persentase perubahan volume ekspor tuna Indonesia lebih kecil dari persentase perubahan tarif. Kondisi ini berarti jika ada kenaikan 1 % akan menurunkan volume ekspor tuna pada tahun ke-t sebesar 0,64 %. Nilai elastisitas dari volume ekspor tuna dua tahun sebelumnya juga bernilai inelastis (0<e<1) sebesar 0,29 yang berarti bahwa jika ada kenaikan 10 % volume ekspor dua tahun sebelumnya maka akan menaikan volume ekspor tuna pada tahun ke-t sebesar 2,9 %.
2. Analisis Pengaruh Hambatan Tarif Perdagangan Tuna Indonesia di Uni Eropa
Uni Eropa sebagai negara yang memberlakukan GSP memberikan perlakuan khusus kepada Indonesia. Perlakuan khusus ini berupa pemberian tarif preferensi terhadap produk ekspor Indonesia (termasuk produk tuna) yang ditujukan ke Uni Eropa. Tarif preferensi ini menjadi sebuah peluang kepada Indonesia untuk dapat memperluas akses pasar.
Selain Indonesia, pemasok tuna ke Uni Eropa lainnya Thailand dan Filiphina. Kedua negara ini juga memperoleh tarif preferensi yang sama karena termasuk negara dunia ketiga yang dibantu oleh Uni Eropa. Ketentuan terhadap besarnya tarif preferensi yang diberlakukan Uni Eropa kepada negara dunia ketiga ada pada EC No. 2658/87 yang merupakan dasar perlakuan tarif dan dalam Council Regulation (EC) No. 980/2005 yang mengatur skema GSP.
Tarif yang dikenakan Uni Eropa untuk produk tuna kaleng (canned tuna) Indonesia diturunkan sebesar 50 % dari tarif sebelumnya menjadi 12 % pada tahun 2003. Penurunan tarif ini diatur dalam Council Regulation (EC) No.975/2003 terhitung sejak 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2008. Jika masa berlaku regulasi itu berakhir besar tarif yang dikenakan untuk produk tuna Indonesia menjadi 20,5 % sesuai dengan skema GSP yang dikeluarkan pada tahun 2005. Berikut besar tarif bea masuk yang dikenakan pada produk tuna Indonesia yang ditampilkan Tabel 15.
Jumlah terbesar tuna yang diekspor Indonesia adalah tuna kemasan dengan tarif yang dikenakan Uni Eropa lebih tinggi dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya. Penurunan tarif yang dilakukan Uni Eropa pada tahun pertengahan tahun 2003 berimbas positif terhadap volume ekspor tuna Indonesia sehingga Indonesia dapat meningkatkan volume ekspornya.
Pada tahun 2005, volume ekspor tuna ke Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar 37,32 % dari tahun sebelumnya dan terus mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 9,11 % per tahun periode 2005-2008. Kondisi ini sesuai dengan analisis regresi yang dilakukan dengan menggunakan model semi log bahwa ada hubungan negatif antara volume ekspor tuna Indonesia dengan tarif yang diberlakukan Uni Eropa dan hal ini diterangkan dengan nyata oleh koefisien (α1) dalam model sebesar 91%. Uni Eropa sangat melindungi masyarakatnya atau kesehatan manusia dari keamanan pangan yang beredar dipasaran. Hal ini kemudian menjadi sebuah hambatan tambahan bagi perusahaan ekspor tuna Indonesia ke Uni Eropa karena standar yang ditentukan Uni Eropa sangat tinggi dan masih belum dapat dicapai oleh produk tuna dari Indonesia. Regulasi yang menjadi menghambat.
Tabel 15. Besar Tarif Bea Masuk yang Dikenakan pada Produk Tuna Indonesia
3. Evaluasi dan Estimasi Peramalan Prospek Ekspor Tuna Indonesia ke Eropa
Berdasarkan hasil peramalan yang dilakukan dengan menggunakan metode peramalan didapatkan hasil peramalan volume eskpor tuna Indonesia lima tahun mendatang dan dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Peramalan Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa,Tahun 2007-2011