Pertimbangan Sosiologis
b. Pertimbangan Sosiologis
Dalam penjatuhan putusan pidana, majelis hakim telah mempertimbangkan mengenai keadaan yang melingkup terhadap terdakwa yaitu hal-hal yang memberatkan dan meringankan sehingga
terdakwa telah
mempertimbangkan segala aspek yaitu rasa keadilan untuk masyarakat, negara dan terdakwa sendiri.
Faktor-faktor yang memberatkan bagi terdakwa adalah bahwa perbuatan terdakwa dapat memicu tindak pidana korupsi
berikutnya dalam penggiringan pemenangan tender proyek, perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi, perbuatan terdakwa dapat merenggut hak sosial dan hak ekonomi masyarakat, terdakwa merupakan wakil rakyat dan publik figure, tidak mengakui dan menyesali perbuatanya. Sedangkan pertimbangan yang meringankan bagi terdakwa adalah Terdakwa berlaku sopan dalam persidangan, terdakwa merupakan orang tua tungal dan mempunyai tanggungan keluarga yakni anak-anak yang masih kecil, terdakwa belum pernah dihukum dan masih berusia muda, terdakwa memiliki jasa pernah mewakili bangsa dan negara Indonesia di forum nasional dan internasional dan terdakwa pernah mendapatkan penghargaan dari Menteri Sosial Republik Indonesia.
Jadi dalam hal ini terpidana ANGELINA PATRICIA PINKAN SONDAKH melakukan perbuatan korupsi, apa yang dirumuskan Majelis hakim benar-benar sudah sesuai dengan muatan hukum dan kesesuaian dengan Pasal Undang-Undang Tipikor sudah tepat. Karena terbukti dalam Putusannya tersebut Hakim menambahkan masa hukuman menjadi 5 tahun penjara dan dalam Pasal 11 Undang-Undang Tipikor hukuman minimalnya adalah 4 tahun pidana penjara.
Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan perkara korupsi yang telah dikemukakan di atas jelas bahwa tindakan korupsi adalah Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan perkara korupsi yang telah dikemukakan di atas jelas bahwa tindakan korupsi adalah
Akibat dari hukuman-hukuman yang telah ada untuk para koruptor mungkin belum sepenuhnya membuat orang merasa jera untuk melakukan tindakan korupsi, hal itu dikarenakan bahwa hukuman tindak pidana korupsi masih dianggap lemah, oleh karena itu perlu adanya hukuman tambahan sebagaimana seperti yang telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dalam Pasal 10 huruf b angka 1 disebutkan adanya pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu. Pasal tersebut kemudian didukung oleh Pasal 35 ayat (1) yang menyebutkan, hak terpidana dapat dicabut dengan putusan hakim, diantaranya hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu, hak memasuki hukuman bersenjata, serta hak memilih dan dipilih dalam pemilu.
Seperti diberitakan, jaksa KPK menuntut Djoko Susilo dengan pidana penjara 18 tahun dan denda Rp 1 miliar subsider satu tahun kurungan. Djoko dibebani kewajiban membayar uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 32 miliar subsider 5 tahun kurungan. Tak hanya itu, jaksa Jaksa KPK juga memohon majelis hakim juga menjatuhkan hukuman tambahan yaitu tak boleh memilih dan dipilih dalam jabatan publik. Hal ini dilakukan sebagai Seperti diberitakan, jaksa KPK menuntut Djoko Susilo dengan pidana penjara 18 tahun dan denda Rp 1 miliar subsider satu tahun kurungan. Djoko dibebani kewajiban membayar uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 32 miliar subsider 5 tahun kurungan. Tak hanya itu, jaksa Jaksa KPK juga memohon majelis hakim juga menjatuhkan hukuman tambahan yaitu tak boleh memilih dan dipilih dalam jabatan publik. Hal ini dilakukan sebagai
korupsi bahkan diantara mereka dipromosikan dengan jabatan baru. 8
Senada juga dikemukakan Peneliti Indonesia Corruption Watch, Abdullah Dahlan, menyatakan “sudah saatnya pelaku korupsi diberi sanksi hukum dan sanksi politik, koruptor itu telah berhianat membawa mandat publik dalam jabatan publiknya sehingga wajar jika ada hukuman tambahan agar tak lagi menduduki jabatan
publlik”. 9 Ini termasuk salah satu dari anggota masyarakat yang
tidak berkenan dengan dibolehkannya mantan
pejabat
publikterpidana korupsi untuk dapat menduduki jabatan publik tersebut, sebagaimana yang dilakukan Angelina Sondakh dalam putusan pengadilan negeri, pengadilan tinggi maupun mahkamah agung.