Teologi dan Konseling Biblika

b. Teologi dan Konseling Biblika

Perbedaan psikologi sekular dengan konseling Biblika adalah psikologi sekular

berpusat pada manusia sedangkan mengenai Konseling Biblika berpusat kepada Allah. John Piper mengatakan bahwa konseling Biblika adalah berpusat kepada Allah, berdasarkan Alkitab, menggunakan bahasa yang menyentuh secara emosi untuk menolong manusia untuk terpukau terhadap Allah, meninggikan Kristus, mempunyai

kesukaan mengasihi orang lain dengan melupakan diri . Tujuan dari konseling Biblika terutama bukan untuk kesembuhan konseli secara berpusat kepada manusia tetapi untuk

kemuliaan Allah.

Konseling adalah perihalnya teologi . Edward E Hindson mengatakan bahwa hampir semua psikologi sekular mulai dan berakhir dengan manusia sebagai penyebab

dan penyembuh masalahnya. Manusia adalah apa yang dia menjadi di dalam dari dirinya sendiri. Dengan manusia menjadi pusat dari teologi ( dan konseling ) maka Allah menjadi satu pribadi yang mungkin hanya perpanjangan tangan peduli terhadap orang berdosa

John Piper, “God's Glory is the goal of Biblical Counseling,” Journal of Biblical Counseling,

Vol. 20, No. 2, 2002, pp. 8

98 David Powlison, “Answers for the Human Condition:Why I Chose Seminary for Training in

Counseling ,” Journal of Biblical Counseling, Vol. 20, No. 1, 2001, pp. 50

yang menentukan nasibnya sendiri . Psikologi sekular bersifat antroposentris bahkan egosentris dan bukannya teosentris.

Hindson kemudian mengatakan bahwa adalah nyata bagi mereka yang berasosiasi dengan Jay Adams secara pribadi dan dengan karyanya di Westminster Theological Seminary bahwa pandangannya mengenai Konseling lahir secara langsung dari

komitmennya kepada teologi Reformed . Dia sendiri mengaku bahwa pandangan

teologinya adalah teologi Reformed .

Konseling Biblika tidak bisa dilepaskan dari Alkitab dan teologi Reformed karena hal itulah yang mendasarinya. Powlison mengatakan bahwa ketika kita belajar melihat dengan perspektif Allah dan ketika kita datang untuk mengenal diri kita sebenarnya maka

makin jelaslah bahwa Alkitab adalah mengenai konseling , mengenai diagnosa dan kategori-kategori, penjelasan penyebab dari tingkah laku dan emosi, interpretasi dari

penderitaan eksternal, solusi-solusi yang nyata dan dapat dikerjakan, karakter dari konselor, tujuan konseling, dsb.

Paul David Trip mengatakan bahwa para konselor biblika secara definisi adalah mereka yang berkomitmen kepada otoritas dan kecukupan Alkitab. Karena mereka berkomitmen terhadap hal ini maka mereka berusaha untuk melihat masalah manusia dari

perspektif Firman Allah . Dalam perspektif konseling biblika, Alkitab adalah wahyu

Ed Hindson, “The Use of Scripture in Nouthetic Counseling,” The Journal of Pastoral Practice,

Vol. III, No. 2, 1979, pp. 32-33 100 Ibid, pp. 31

Jay E Adams, The Christian Counselor’s Manual : The Practice of Nouthetic Counseling

( Grand Rapids, Michigan : Zondervan, 1973 ), 34

The Journal of Biblical Counseling, Vol. 19, No. 1, 2000, pp. 19

102 David Powlison, “Affirmations & Denials: A Proposed Definition of Biblical Counseling,”

Allah di dalam relasi dengan ciptaanNya dan menjelaskan mengenai manusia dan situasi- situasinya. Alkitab sebagai wahyu mengenai karya penebusan Kristus memimpin secara spesifik dan mengarahkan pelayanan konseling. Konseling yang bijaksana memperlukan pergumulan teologis praktis yang terus menerus untuk mengerti Alkitab, manusia dan situasi. Konselor harus secara terus menerus mengembangkan karakter pribadi kita, mengerti pribadi-pribadi dengan bijasana per kasus, mengembangkan keahlian pastoral dan struktur institusi. Ide-ide, tujuan-tujuan dan praktis-praktis dari konseling harus koheren secara eksplisit dengan kredo sejarah, pengakuan-pengakuan iman, hymne- hymne dan tulisan-tulisan bijaksana yang mengekpresikan iman dan praktik dari gereja

Yesus Kristus . Di dalam memandang mengenai manusia ( antropologi ), konseling biblika

berpandangan sesuai dengan teologi Reformed bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia diciptakan secara fundamental bergantung dan bertanggung jawab kepada Tuhan. Manusia berfungsi secara ideal ketika ia beriman yang dikerjakan melalui kasih. Kasih untuk Allah dan sesama adalah standar dimana kita mengerti apa yang benar dan salah dengan manusia. Jadi inilah tujuan yang harus dicita- citakan dari proses konseling yaitu untuk mengasihi Allah dan manusia. Sebagai gambar Allah, manusia mempunyai tujuan bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk kemuliaan penciptanya. Tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmatiNya selama-lamanya karena itu tujuan konseling biblika adalah kemuliaan Allah. Sebagai gambar Allah, manusia mempunyai unsur jasmani yang kelihatan dan unsur rohani yang

103 Paul David Tripp, “Homework and Biblical Counseling”, The Journal of Biblical Counseling,

Vol. 11, No. 2, 1993, pp. 21

The Journal of Biblical Counseling, Vol. 19, No. 1, 2000, pp. 18

104 David Powlison, “Affirmations & Denials: A Proposed Definition of Biblical Counseling,” 104 David Powlison, “Affirmations & Denials: A Proposed Definition of Biblical Counseling,”

Kelemahan dari model medis yaitu mereduksi manusia menjadi unsur jasmaniah tanpa melihat manusia sebagai mahluk spiritual yang mempunyai bertubuh yang berdiri di hadapan Tuhan Allah. Presuposisi dibalik model medis adalah ateis dan materialism.

Mengenai melihat problema manusia dalam perspektif Konseling Biblika, Ed Hindson mengatakan bahwa konseling Nouthetic memandang serius pertanyaan akan

dosa dan melihat manusia pada naturnya sebagai orang yang berdosa . Dosa di dalam segala faset dan dimensi muncul sendiri dari dalam hati. Situasi dan lingkungan yang

terjadi kepada kita menyediakan konteks bagi respon moral kita tetapi tidak menentukan kualitas dari respon moral kita. Di dalam berespon terhadap situasi akan tersingkaplah hati manusia yang berdosa.

Jay Adams mengatakan bahwa ada harapan di dalam mengatakan bahwa dosa adalah dosa. Setiap orang Kristen mengetahui bahwa Allah mengutus Kristus untuk menyelesaikan

masalah dosa 106 . Konseling Biblika memberikan perspektif bahwa Alkitab menceritakan

solusi masalah kehidupan manusia. Melalui kabar baik ( Injil ) dari Yesus Kristus, Allah bertindak secara pribadi. Di dalam kata-kata dan tindakan, Dia menebus

Ed Hindson, “Biblical View of Man: The Basis for Nouthetic Confrontation,” The Journal of

Pastoral Practice, Vol. III, No. 1, 1979, pp. 38

106 Jay E Adams, The Big Umbrella and Other Essays and Addresses on Christian Counseling

( USA : Prebyterian and Reformed ), 33 ( USA : Prebyterian and Reformed ), 33

lainnya .

Selain anugerah khusus maka providensi Allah di dalam anugerah umum memberikan kebaikan bagi manusia baik sebagai kebaikan individu atau sebagai berkat sosial ( contohnya : pengobatan medis, pertolongan ekonomi, keadilan politik, perlindungan kepada yang lemah, kesempatan pendidikan ). Konseling yang bijaksana akan berpartisipasi dan mendukung pelayanan belas kasihan sebagai bagian dari panggilan untuk mengasihi. Namun kebaikan-kebaikan tersebut tidak dapat menyembuhkan kejahatan moral. Ketika hal-hal ini diklaim dapat menyembuhkan kondisi manusia maka hal ini adalah salah dan menggantikan peran Kristus. Konseling tanpa Kristus baik secara psikoterapi, filosofis atau agama-agama adalah salah arah. Pesan mereka secara esensial adalah salah.

Konseling biblika harus bertujuan untuk proses pertumbuhan yang dimulai dengan pertobatan dan diikuti dengan pengudusan progresif seumur hidup di dalam setiap aspek kehidupan. Paul David Trip di dalam satu artikel Journal Biblical Counseling mengatakan bahwa tujuan konseling biblika adalah untuk membawa konseli kepada peristirahatan, kebergantungan dan ketaatan kepada Kristus dan untuk menolong mereka

bertumbuh di dalam bijaksana . Motivasi, proses pikiran, tindakan, kata-kata, emosi, tingkah laku, nilai, hati, jiwa, pikiran harus secara bertahap menyerupai Kristus di dalam

kesadaran dan hasilnya adalah kasih kepada Allah dan sesama. Jay Adams berpikir

David Powlison , Competent to Counsel ? : The History of A Conservative Protestant Anti- Psychiatry Movement , University of Pennysylavia, 1996, pg 225

Paul David Trip, “Wisdom in Counseling”, The Journal of Biblical Counseling, Vol. 19, No. 2, 2001, pp.

sebuah aplikasi dari sarana pengudusan .

Metode konseling diajarkan Alkitab melalui pengajaran dan contoh. Melalui mengatakan kebenaran dalam kasih, kita bertindak sebagai media nyata dari anugerah Allah kepada hidup sesama kita. Gereja Tuhan yang diciptakan Firman Allah dan Roh Kudus harus menyediakan tempat untuk mengatakan kebenaran di dalam kasih secara pribadi, sosial dan institusi.

Konseling Biblika berbeda dari psikologi sekular karena konseling biblika didasarkan pada kerangka teologi Reformed yang berusaha setia menginterpretasikan wahyu Allah di dalam Alkitab. Jay Adams mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka ragam seseorang harus mempunyai pengetahuan yang sistematik mengenai keseluruhan Firman Allah. Pembelajaran psikologi yang dalam dengan pengetahuan data Alkitab yang dangkal dapat memimpin kepada kesimpulan yang salah mengenai manusia dan solusi terhadap

permasalahannya .

Jay Adams di dalam buku More than Redemption : Theology of Christian Counseling memaparkan bagaimana teologi menjadi dasar konseling Biblika. Di dalam doktrin Allah, Tuhan Allah dipandang sebagai lingkungannya manusia. Jawaban

109 Jay E Adams, Competent to Counsel : Introduction to Nouthetic Counseling ( Grand Rapids,

Michigan : Zondervan, 1970 ), 73

Jay E Adams, The Christian Counselor’s Manual : The Practice of Nouthetic Counseling

( Grand Rapids, Michigan : Zondervan, 1973 ), 33 ( Grand Rapids, Michigan : Zondervan, 1973 ), 33

Penerus gerakan Konseling Biblika generasi kedua seperti David Powlison memberikan pengembangan dari pemahaman Jay Adams. Ketika Jay Adams fokus pada dosa manusia sebagai inti masalah maka di dalam generasi Konseling Biblika kedua, konseli yang bergumul dilihat sebagai pendosa dan juga sebagai penderita. Selain orang berdosa, konseli dilihat sebagai penderita yang harus dikasihi. Generasi kedua dalam

konseling Biblika mengembangkan metode konseling yang lebih “maju” dan lebih berkembang. David Powlison mengembangkan bahasa berhala dalam hati yang adalah

mencerahkan dan penting . Di dalam generasi kedua dalam konseling Biblika sudah terjadi pengembangan. Generasi kedua konseling Biblika tidak muncul begitu saja tanpa

pergumulan Jay Adams dan sebaliknya Konseling Biblika perlu terus dikonteksualisasikan dalam pastoral konseling.