Isu Medis dan Dunia Psikiatri

Bab II. Pandangan mengenai Masalah Kejiwaan menurut Ilmu Psikiatri

a. Sejarah perkembangan dan kaitan antara ilmu psikologi dan neurologi

b. Pendekatan ilmu neurobiologi dalam memandang masalah kejiwaan

Bab III. Ilmu Psikiatri dan Kelemahannya

a. Pendekatan model medis

b. Teori Ketidakseimbangan kimiawi yang mendukung model medis

c. DSM dan limitasinya

d. Metafora sakit mental

Bab IV. Masalah kejiwaan dan Medis menurut Konseling Biblika

a. Sejarah Asal Mula Gerakan Konseling Biblika

b. Teologi dan Konseling Biblika

c. Konseling Biblika dan Medis

Kesimpulan

Pendahuluan

Ketika pemahaman solusi wahyu khusus terhadap jiwa manusia di dalam suatu praktik konseling terlalu ditekankan secara berlebihan, tidak tepat dan tidak seimbang maka secara konsekuensi dapat menimbulkan satu ekses pendulum dimana aspek-aspek wahyu umum menjadi ditekan dan dibuang. Bila hal seperti ini terjadi maka pemahaman dan penemuan yang manusia temukan di dalam ilmu pengetahuan sains ( wahyu umum ) dapat dikesampingkan dan diabaikan. Penemuan dan pengetahuan hasil riset pembelajaran mengenai manusia dan tingkah lakunya dalam psikologi menjadi tersisihkan. Aspek-aspek pembelajaran mengenai psikologis manusia dari aspek kognitif, tingkah laku, biologis, etika, sosial, eksistensial dianggap tidak penting. Adalah satu ironi bahwa teologi Reformed mengajarkan bahwa wahyu umum itu adalah kebenaran Allah juga. Satu kebenaran Allah tentu mempunyai otoritasnya.

Seorang teolog Reformed bernama Cornelius Van Til mengatakan bahwa selain Alkitab adalah diperlukan, berotoritas, cukup dan jelas maka demikian juga dengan

wahyu natural dibutuhkan, berotoritas, cukup dan jelas pada dirinya sendiri . Karena itu wahyu umum sebagai kebenaran Allah tidak boleh dibuang atau diabaikan begitu saja.

Dalam praktik konseling, ketika penafsiran mengenai wahyu khusus dan anugerah khusus terlalu ditekankan secara tidak seimbang mengakibatkan satu pandangan tidak seimbang dan tidak tepat di dalam menilai wahyu umum dan anugerah umum. Ketidakseimbangan pandangan ini adalah menilai wahyu umum membawa manusia mengenal keselamatan dan anugerah umum dipandang tidak bisa menyembuhkan dan

1 Necessity, Authority, Sufficiency and Perspicuity of Natural Revelation dari Cornelius Van Til, The Doctrine of Scripture ( Presbyterian and Reformed Publishing Company ,1967 ) 1 Necessity, Authority, Sufficiency and Perspicuity of Natural Revelation dari Cornelius Van Til, The Doctrine of Scripture ( Presbyterian and Reformed Publishing Company ,1967 )

Apa itu anugerah umum ? Anugerah umum berbeda dengan anugerah khusus. Anugerah khusus berkaitan dengan keselamatan. Sedangkan esensi dari anugerah umum adalah untuk menahan membatasi proses dosa untuk berkembang dan dasarnya adalah

kemurahan Allah .

Selain berfungsi untuk menahan dosa maka fungsi anugerah umum adalah menyediakan kehidupan manusia untuk kemajuan. Dengan penahanan dosa maka mungkin adanya kebenaran civil ( civil righteousness ) di dalam dunia, diantara orang-

orang berdosa. Anugerah umum ini menjaga dan menguasai kehidupan manusia .

Abraham Kuyper kemudian mengatakan bahwa anugerah umum tidak pernah sesuatu yang ditambahkan kepada natur manusia tetapi selalu mengalir dari natur kita

sebagai hasil penahanan dosa dan kerusakannya . Artinya anugerah umum bukan mentranformasi manusia tetapi menahan dosa.

Tokoh Reformator John Calvin mengatakan mengenai perihal anugerah ilahi yang menahan dosa di dalam buku Institutes buku ke II, pasal 3 bagian 3 bahwa anugerah ilahi

ini tidak menguduskan natur manusia tetapi secara internal menahan operasi dosa .

Ketika membahas mengenai anugerah umum maka kita memahami bahwa anugerah umum memang tidak mempunyai kuasa untuk mengubah natur manusia

2 Cornelius Van Til, Common Grace and the Gospel ( Phillipsburg, New Jersey : Presbyterian and

Reformed Publishing Company, 1972 ), pg 16

Ibid, pg 17

4 Ibid

John Calvin, Institutes of Christian Religion Book 1 , Translated by Ford Lewis Battles. Edited by John T.

McNeill, The Library of Christian Classics ( Philadelphia : The Westminster Press, 1960 ), pg 292 McNeill, The Library of Christian Classics ( Philadelphia : The Westminster Press, 1960 ), pg 292

Teologi Reformed mengajarkan bahwa anugerah umum tidak mampu untuk menyelesaikan masalah dosa manusia karena itu perlu anugerah khusus. Seorang teolog bernama Louis Berkhof menjelaskan mengenai anugerah umum dan anugerah khusus di dalam buku sistematik teologinya. Beliau mengatakan bahwa anugerah khusus menghilangkan bersalah dan hukuman dosa, mengubah hidup manusia dan secara berharap membersihkanya dari polusi dosa oleh pekerjaan supranatural dari Roh Kudus. Tetapi anugerah umum tidak pernah menghilangkan dosa, tidak memperbaharui natur manusia tetapi hanya menahan efek dari pengaruh dosa yang merusak. Anugerah ini tidak

pernah membawa kepada keselamatan dari orang berdosa .

Oleh karena hanya anugerah khusus yang dapat menyelesaikan masalah dosa manusia maka pemahaman dan praktik konseling yang Alkitabiah perlu mengandalkan anugerah khusus. Konseling Kristen mempunyai tujuan untuk mengubah konseli melalui perkataan Firman Tuhan ( wahyu khusus ). Dan dalam perihal mengubah, tentunya bukan sembarang mengubah tanpa ada dasar dan tujuannya. Dasarnya adalah Firman Tuhan

Special grace removes the guilt and penalty of sin, changes the inner life of man, and gradually cleanses him from the pollution of sin by the supernatural operation of the Holy Spirit. Its work invariably issues in the salvation of the sinner. Common grace, on the other hand, never removes the guilt of sin, does not renew human nature, but only has a restraining effect on the corrupting influence of sin and in a measure mitigates its results. It does not effect the salvation of the sinner, though in some of its forms ( external calling and moral illumination ) it may be closely connected with the economy of redemption and have a soteriological aspect

Dari Louis Berkhof, Systematic Theology ( Grands Rapids, Michigan : Eerdmans Publishing Co, 1991 ), pg 436

( wahyu khusus ) dan tujuannya adalah pengudusan. Tujuan ultimatnya adalah

kemuliaan Tuhan dan bukan bersifat antroposentris. George C Scipione mengatakan bahwa Konseling Kristen harus berpusat pada Kristus dan bertujuan menghasilkan murid

yang menyerupai Kristus . Jadi dengan kata lain, inti dari tujuan Konseling Kristen adalah supaya konseli bertumbuh di dalam proses pengudusan untuk menjadi semakin

serupa dengan Kristus. Pengudusan ini terjadi ketika konseli belajar untuk mematikan kedagingannya dan mempersembahkan seluruh aspek hidupnya untuk Tuhan. Untuk mencapai tujuan pengudusan ini maka Konseling Kristen harus mengandalkan anugerah khusus melalui Firman Tuhan ( wahyu khusus ) dan pekerjaan Roh Kudus. David Paul Trip mengatakan bahwa konseling Biblika bertujuan membawa konseli ke dalam peristirahatan, bergantung, dan taat kepada Kristus, untuk menolong mereka

berbijaksana .

Semua konseling Kristen tentunya setuju bahwa Firman Tuhan berkuasa mengubah manusia untuk makin diperbaharui menjadi semakin serupa dengan Kristus. Firman Tuhan mempunyai fungsi dan kuasa untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran ( 2 Tim 3:16 ). Alkitab di dalam komunitas Kristen dipegang sebagai standar kebenaran. Ketika orang Reformed mengakui semboyan Sola Scriptura ( hanya Alkitab saja ) yang menjadi standar kebenaran maka apakah hal ini berarti sumbangsih di dalam wahyu umum tidak diperhitungkan dalam praktik konseling ?

Practice, Vol. IX, No. 4, 1989, pp. 52

7 George C Scipione., “Eeny, Meeny, Miny, Mo: Is Biblical Counseling It or No?,” The Journal of Pastoral

Paul David Trip, “Wisdom in Counseling,” Journal of Biblical Counseling, Vol. 19, No. 2, 2001,

pp.13.

Ketika pemahaman dan praktik Konseling Kristen terlalu ektrim menekankan wahyu khusus dan anugerah khusus secara tidak tepat dan seimbang maka kepentingan wahyu umum dan anugerah umum dapat menjadi tersingkirkan di dalam pemahaman dan praktik konseling Kristen. Wahyu umum dan anugerah umum di dalam pengetahuan medis, obat-obatan, olah raga, kebersihan, pola diet, nutrisi, dsb menjadi tidak terlalu dipentingkan.

Namun dilain pihak ada hal yang lebih berbahaya lagi yaitu pendulum sebaliknya ketika doktrin kecukupan dan otoritas Alkitab tidak dipandang penting dalam konseling. Perspektif Alkitab tidak dilihat sebagai lensa dimana kita memandang masalah dunia dan manusia tetapi Alkitab dikesampingkan. Salah satu contoh adalah praktek psikiatri di dunia sekular dimana masalah dan fokus terapi kesembuhan hanya berpusat di dalam aspek fisik biologis. Masalah kejiwaan hanya dipandang sebagai masalah biologis dan solusinya obat-obatan psikiatri.

Kita sebagai orang Kristen harus mewaspadai kedua ekstrim ini di dalam pemahaman dan praktik konseling Kristen. Sebagai orang percaya kita harus percaya kecukupan dan otoritas Alkitab di dalam iman tetapi hal ini bukan berarti membuang wahyu umum dan anugerah umum. Tetapi sebagai orang percaya kita juga harus waspada dengan praktik yang dilakukan oleh para psikoterapi sekular dengan pemahamannya yang tidak berdasarkan kitab suci tetapi berdasarkan pemahaman manusia dengan filsafatnya yang kosong ( Kol 2:8 ).

Buku ini ditulis untuk memaparkan satu pemahaman agar kita tidak jatuh kepada dua ekstrim tersebut. Ekstrim pertama adalah kita mengandalkan pemahaman di dalam dunia psikoterapi sekular termasuk psikiatri dengan tidak meninjau dari perspektif

Alkitab. Ekstrim kedua adalah kita mengabaikan penemuan di dalam wahyu umum dan tidak menggunakannya sebagai anugerah umum. Isu yang diangkat adalah mengenai isu medis dalam dunia psikiatri.

Di dalam Bab 1 buku ini, kita akan membahas mengenai psikologi dan psikoterapi sekular beserta presuposisinya. Kita akan melihat sekilas bahwa psikologi dan psikoterapi sekular mempunyai presuposisi yang anti Kristen. Karena itu kita sebagai orang percaya perlu mewaspadai motif di balik psikologi dan psikiterapi sekular. Presuposisi ini juga berlaku bagi dunia psikiatri.

Di dalam Bab 2, kita akan melihat pandangan masalah kejiwaan menurut ilmu psikiatri. Sejarah singkat perkembangan dan kaitan antara ilmu psikologi dan neurologi akan dibahas dan kita akan melihat bagaimana pendekatan pandangan neurobiologi terhadap masalah kejiwaan.

Di dalam Bab 3, kita akan melihat permasalahan dunia psikiatri. Dalam bab ini kita akan melihat kelemahan model medis yang melihat masalah kejiwaan direduksi ke dalam aspek biologis. Kita akan melihat DSM dan limitasinya.

Di dalam Bab 4, kita akan melihat bagaimana Konseling Biblika melihat masalah kejiwaan dan isu medis. Dalam bab ini akan dijelaskan bahwa Konseling Biblika bukan menolak medis tetapi hendak peka dan menyelidiki motivasi dibalik model medis.

Terakhir kita akan menyimpulkan satu refleksi dari semua penjelasan ini.

Kiranya buku ini boleh menjadi berkat bagi pembaca baik penderita psikis, keluarga penderita ataupun tim medis dan pelayan Tuhan.

Bab I. Psikologi dan psikoterapi sekular beserta presuposisinya

Ketika manusia jatuh dalam dosa maka seluruh aspeknya menjadi rusak total termasuk aspek rasionya ( noetic effect of sin ). Masalah fundamental dengan psikologi sekular adalah presuposisi, wawasan dunia dan konsep psikologi sekular ini bertolak belakang dengan konsep Alkitab. Konsep psikologi sekular adalah hasil dari pikiran

otonomi manusia yang adalah ciptaan, terbatas, dan tercemar ( created, limited, polluted

9 ) sehingga menekan kebenaran Allah.

Presuposisi psikologi sekular menghilangkan tempat yang seharusnya bagi Allah

dan berpusat pada manusia ( man-centered ). Presuposisi psikologi sekular bersifat antroposentris bahkan egoisentris ( berpusat pada diri ) daripada berpusat pada Allah.

Thomas Szasz seorang psikater dan profesor psikiatri sekular kembali mengatakan

“psikoterapi adalah beretika sekular. Ini adalah agama dari ketidakagamaan yang formal

– dengan bahasanya, bukan Latin, tetapi jargon medis; dengan kode-kode bertingkah lakunya, yang bukan bersifat etis tetapi legalistik; dan teologinya yang bukan kekristenan, tetapi positivisme” 11

Ada beberapa data dan fakta kutipan pribadi tokoh dari psikologi sekular yang mengandung sikap anti Kristen :

Pertama, Sigmund Freud, Bapak psikoanalisa percaya bahwa doktrin agama adalah ilusi

dan agama adalah obsesi neurosis yang universal dari manusia 12

9 Dari Pdt. Dr. Stephen Tong

10 Lisa and Ryan Bazler, Psychology Debunked : Revealing The Overcoming Life ( Lake Mary,

Floria : Creation House Press , 2002 ), vi

11 Thomas Szasz, The Myth of Psychotherapy : Mental Healing as Religion, Rethoric, and

Repression (Garden City, New York : Syracuse University Press, 1988 ), pg 9-10

Kedua, Carl Jung murid Sigmund Freud dibesarkan di dalam rumah tangga Kristen dan ayahnya adalah seorang pelayan Tuhan. Jung menulis pengalaman awal dia dengan Perjamuan Kudus yang dikaitkan dengan ide dia mengenai agama sebagai suatu mitos.

Dia mengatakan “Perlahan-lahan saya mengerti bahwa perjamuan ini sudah menjadi pengalaman yang fatal bagi saya. Itu sudah terbukti kosong; dan lebih dari itu dibuktikan

sudah menjadi sebuah kehilangan yang total. Saya mengetahui bahwa saya tidak akan lagi mampu berpartisipasi di dalam upacara ini. Mengapa ? Karena itu bukan agama sama sekali. Saya berpikir bahwa itu adalah ketidakhadiran akan Allah; Gereja adalah tempat

dimana saya tidak seharusnya pergi. Bukannya ada hidup disana melainkan kematian” 13 Lalu, Ellis mengatakan bahwa “Jika salah satu persyaratan bagi kesehatan emosional

adalah penerimaan atas ketidakpastian, maka agama jelas-jelas adalah keadaan yang paling tidak sehat yang dapat dibayangkan; Karena alasan utama keberadaannya adalah

untuk memampukan si penganut agama untuk percaya kepada kepastian mistik“ 14

Paul C. Vitz mengatakan bahwa psikologi sekular merupakan satu kepercayaan

yang anti Kristen . Presuposisi dibalik psikologi sekular tidak sesuai dengan Alkitab. Karena itu adalah satu hal yang bahaya bahwa hasil sinkretisme psikologi sekular dengan

Alkitab dapat menghasilkan pemahaman yang mengacaukan konsep konseling Kristen yang Alkitabiah.

12 Sigmund Freud, The Future of an Illusion, James Strachey, ed, and trans, ( New York : W.W

Norton and Company, Inc, 1961 ) , pg 43

13 C.G.Jung, Memories, Dreams, Reflections, Aniela Jafle, ed., Richard and Clara Winston, trans,

( New York : Pantheon, 1963 ), p 55

14 Albert Ellis, “The Case Against Religion : A Psychotherapy’s View” and “The Case Against Religiosity ” ( New York : The Institute for Rational Emotive Behavior Therapy ), pg 8.

15 Paul C Vitz, Psychology as Religion : The Cult of Self-Worship ( Grand Rapids, Michigan : William B Eerdmans Publishing Company, 1977 ), xiii

Penganut Integrasi mencoba menggabungkan kebenaran di dalam Alkitab dengan

psikologi sekular dengan pandangan bahwa Alkitab saja tidak cukup . Alkitab dianggap dalam beberapa hal kurang cukup untuk mengerti dan menyelasaikan masalah psikologi

manusia maka gereja memerlukan masukan sistematik dari ilmu sosial ( dimana psikologi termasuk di dalamnya ) untuk mengetahui apa yang benar dan untuk memampukan

pelayanan yang efektif. . Dengan tujuan menggabungkan wahyu khusus dan wahyu umum yang diteliti oleh ilmu psikologi maka hendak dibangun psikologi yang sesuai

dengan Alkitab. Tetapi apakah metode Integrasi ini sah dan sejauh mana pengertian

Kekristenan tidak dikompromikan . Kita mengambil contoh beberapa pemahaman dalam konseling Kristen yang bersinkretisme dengan pemahaman psikologi sekular.

Larry Crabb seorang konselor Kristen mempunyai pendekatan yang disebut

“spoiling from Egyptians” 19 . Dia mengatakan mengenai manusia bahwa :

Man is responsible (Glasser) to believe truth which will result in responsible behavior (Ellis) that will provide him with meaning, hope (Frankl) and love (Fromm) and will serve as a guide (Adler) to effective living with others as a - self and other - accepting

16 At the same time, we must remember that it is God, not the Bible itself, who is declared to be

all-sufficient, to provide all that pertains unto life ( Stanton L. Jones & Richard E Butman, Modern psychotherapies : A Comprehensive Christian Appraisal ( Downers Grove, Illinois : IVP Press, 1991 ), pg

26. Jones and Butman adalah secara luas dikenal sebagai kepala dan contoh-contoh dari Integrasi oleh

kebanyakan pendukung Interdisiplin Integrasi karena mereka melakukan Integrasi yang baik di dalam Modern Psychotherapies ( From Eric L. Johnson, Foundations for Soul Care : A Christian Psychology Proposal ( Downers Grove, Illinois : 2007 ), pg 91 )

“Critiquing Modern Integrationists,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. XI, No. 3, 1993, 24.

17 Powlison, David,

19 Lawrence, J. Crabb. Effective Biblical Counseling ( Grand Rapids : Zondervan, 1977), pg 47- 56 19 Lawrence, J. Crabb. Effective Biblical Counseling ( Grand Rapids : Zondervan, 1977), pg 47- 56

(Perls), and who knows how to control himself (Skinner) 20

Namun Martin Bobgan di dalam buku “Prophet of Psychoheresy I” mengatakan bahwa tanggung jawab Glasser tidak ada kaitan dengan Allah dan standarNya mengenai benar dan salah. Ellis menyamakan kekafiran dengan kesehatan mental. Pengharapan yang Frank berikan itu bukan sungguh-sungguh harapan karena berpusat pada manusia. Kasih dari Fromm itu jauh dari kasih yang Yesus ajarkan dan berikan. Pengarahan dari Adler adalah diri daripada Allah. Penerimaan dari Harris adalah mengabaikan hukum Allah. Freud sulit mengerti dirinya sendiri dan dia menolak Allah. Ekspresi dari Perl berfokus pada perasaan dan diri. Metode pengendalian diri Skinner adalah lebih baik

bekerja dengan mahluk hidup binatang daripada manusia . Kesamaan kata yang digunakan bukan berarti kesamaan presuposisi dan kerangka berpikir. Arti sebuah kata

dan definisi harus dilihat dari konteksnya. Sebuah kata tidak netral dan objektif murni di dalam bahasa tetapi diinterpretasikan dalam satu konteks. Dalam hal ini, pendekatan

“spoiling Egyptians” dari Larry Crabb menggunakan kata yang sepertinya sama tetapi sebetulnya definisi dan konteksnya berbeda.

Kemudian di dalam buku “Inside Out”, Larry Crabb memerintahkan kita untuk menjelajah wilayah gelap dari jiwa dan menemukan terang ( p32 ). Ketika di dalam gua gelap dari jiwa, kita menjelajah ketidaksempurnaan dari kunci relasi ketika kita mengalami kekecewaan dalam ( 107 ). Tetapi Wendell Miller sebagai Konselor Biblika mengatakan bahwa terang tidak ditemukan di dalam wilayah gelap dari jiwa kita tetapi di

20 Ibid, pg 56 21 Martin and Deidre Bobgan, The Prophet of Psychoheresy I ( Santa Barbara, California :

EastGate Publishers, 1989 ), pg 134

dalam Tuhan Yesus ( Yoh 14:6 ) dan FirmanNya ( Maz 119:130 ) . Ketika kita merefleksi dengan prinsip Firman Tuhan, bukankah hati kita itu begitu licik dan jahat ? (

Yeremia 17:9 ) .

Teori psikologi sekular secara sadar atau tidak sadar mempunyai pandangan mengenai antropologi mengenai siapa manusia, apa masalahnya dan apa solusinya. Dan pemahaman psikologi sekular mengenai manusia, masalahnya dan solusinya tidak sesuai dengan apa yang Alkitab katakan. Di dalam wawasan Alkitab, manusia adalah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia mulia dan bernilai. Manusia mempunyai arti hidup dan dignitas. Tetapi manusia diciptakan bukan untuk dirinya sendiri. Manusia diciptakan untuk menyembah Allah, mengasihiNya dan menaati setiap perintahNya. Masalah dari manusia adalah ketika manusia memilih jalannya sendiri, memilih untuk otonomi, ingin menjadi seperti Allah, dan manusia memberontak tidak menaati hukum Allah. Akibatnya manusia jatuh dalam dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah. Solusi dari masalah manusia adalah Injil mengenai Yesus Kristus yang diceritakan dalam Alkitab. Ini adalah sekilas pandangan mengenai manusia, masalahnya dan solusi masalahnya menurut Alkitab.

Sebaliknya dari wawasan Alkitab, Ed Hindson mengatakan bahwa semua psikologi sekular didasarkan pada pandangan non kristen mengenai manusia dan karena

itu tidak mempunyai titik awal yang tepat untuk konseling kristen yang benar . Psikologi sekular menawarkan banyak pandangan mengenai apa itu personalitas yang

sehat yang bukan didasarkan pada pemahaman Alkitab. Berikut ini adalah analisa antropologi dari psikologi sekular oleh Ed Hindson

23 Ed Hindson, “Nouthetic Counseling: Toward a Christian Theory of Personality,” The Journal of Pastoral Practice, Vol. III, No. 4, 1979, pp. 14

Freud peduli pada masalah neurosis. Dia tidak pernah mengembangkan teori personalitas yang serius selain menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah kemampuan manusia untuk mengasihi dan kerja. Bagi Freud seorang yang stabil mentalnya adalah seorang yang mengalami harmonis di dalam id, ego dan superego. Represi dipandang sebagai penyebab utama neurosis ketika seseorang bergumul dengan impul yang melawan moralitas. Psikoanalisa mempunyai pandangan mengenai kepribadian yang sehat yang didasarkan pada teori seksualitas yang menjadi faktor dasar dalam kehidupan manusia. Namun satu ironi bahwa setiap pemikiran psikoanalisa menolak pandangan Alkitab mengenai moralitas dan seksualitas dan menerima secara total pandangan yang tidak bermoral

mengenai seks 24 .

Alfred Adler mengidentifikasikan kebutuhan manusia yang esensial adalah kepentingan sosial di dalam relasi dengan sesama. Dia menekankan bahwa inferioritas sebagai dasar dari neurosis dan kemudian memandang masalah esensial manusia sebagai sebuah pergumulan kompensasi untuk superioritas. Sistem dia didasarkan pada harga diri pribadi yang esensial sebagai dasar etika dan agama. Pandangan ini bertolak belakang dengan

Tuhan Yesus yang menekankan kepada kerendahan hati 25 .

Maslow mengembangkan hirarki kebutuhan dasar manusia dari fisik, keamanan, rasa memilii dan aktualisasi diri. Dia percaya bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum seorang manusia dapat dibebaskan dari dorongannya yang lebih rendah. Kebebasan ini, aktualisasi diri berarti manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu sebelum mengembangkan prinsip kasih, kebenaran dan adil. Dari aktualisasi diri hadirlah tujuan di dalam hidup seseorang untuk mengalahkan kebosanan. Orang yang mencapai aktualisasi diri adalah pribadi otonomi dengan standar etika yang tinggi dan seringkali

Ibid, p 15

25 Ibid, p 16 25 Ibid, p 16

penguasaan roh terhadap dorongan badaniah 26 . Manusia bukan hidup dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah .

Ketika presuposisi psikologi sekular adalah anti Kristen maka sinkretisme antara psikologi sekular dan Alkitab mencemari konsep konseling Kristen. Cara pandang filsafat kafir masuk dan mencemari konsep konseling Kristen. Kita ambil satu contoh lagi.

Gary Collins sebagai salah satu pemimpin besar dari penganut Integrasi mengatakan bahwa untuk analisa dan diskusi maka pembagian manusia menjadi tiga

bagian Trikotomi adalah tepat . Doktrin Trikotomi memandang bahwa manusia terdiri

dari tiga bagian yaitu : tubuh, jiwa dan roh . Tetapi Alkitab menggunakan kata jiwa dan roh secara bergantian sehingga pandangan Alkitab terhadap jiwa tidak mendukung

Trikotomi. Jay E Adams sebagai seorang teolog Reformed dan pendiri gerakan konseling Biblika memandang natur manusia dengan istilah duplex yang menekankan kesatuan dari

elemen-elemen ini ( mereka adalah terjalin bersama ). Ini adalah yang Alkitab gambarkan mengenai natur manusia yaitu manusia mempunyai elemen yang kelihatan

26 Ibid, p 18

27 Counseling books sometimes talk about problems that are primarily physical, psychological, and

spiritual. For purpose of analysis and discussion this kind of division ( corresponding to the body, soul, and spirit ) may be convenient, especially if we add the idea that some problems are largely social-enviromental in origin

Dikutip dari Gary R Collins, The Biblical Basis of Christian Counseling for People Helpers (C Colorado, USA : IVP Press, 2001), pg 92

28 Wayne Grudem, Systematic Theology : An Introduction to Biblical Doctrine ( Leicester,

England : IVP Press, 1994 ), pg 472

Jay E Adams, More than Redemption : A Theology of Christian Counseling (Philipsburg, New Jersey :

Presbyterian & Reformed, 1979 ), pg 110

( tubuh ) yang berkaitan dengan dunia materi dan elemen yang tidak kelihatan ( jiwa / roh ) yang berkaitan dengan Tuhan Allah.

Satu pemahamanTeologi akan mempunyai konsekuensi terhadap praktika dan pastoral. Ketika kaum Trikotomi memegang manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh maka pembagian manusia menjadi tiga bagian ini menjadi bermasalah jika akhirnya memandang bahwa untuk menyelesaikan masalah fisik adalah dengan pergi ke dokter, menyelesaikan masalah jiwa dengan menemui psikolog dan / atau psikiater serta

menyelesaikan masalah rohani dengan pergi ke hamba Tuhan .

Winston Smith yang bekerja di CCEF dan mengajar di Westminster Theological Seminary mengatakan bahwa doktrin Trikotomi gagal untuk menghasilkan pandangan

menyatu di dalam pengobatan depresi . Ketika jiwa dan roh dipisahkan sebagai elemen natur manusia yang berbeda maka bagaimana cara membedakan dan memisahkan antara

penyembuhan jiwa dan penyembuhan secara rohani ? Apakah jiwa dan roh ini berbeda ? Alkitab kelihatannya menggunakan kedua kata ini secara bergantian sehingga jiwa dan roh adalah sebetulnya satu entitas yang sama.

Pemahaman Trikotomi secara doktrinal adalah tidak tepat dan teologi Reformed tidak menerima hal ini. Doktrin Trikotomi akarnya lebih mendekati filsafat kafir Yunani

Biblical View of Man: The Basis for Nouthetic Confrontation,” The Journal of Pastoral Practice, Vol. III, No. 1, 1979, pp. 33-58.

30 Ed Hindson, “

For instance, there are certainly physical symptoms that a doctor could treat with sleeping

medications or a host of psychoactive drugs. A psychologist could employ cognitive-behavioral strategies to address irrational fears, thoughts, and anger, or could offer presumed insight into the impact of past events. A pastor could certainly address how faith in God produces hope and gives meaning to life. So who should treat depression? Does any one perspective address the cause of depression? Does one perspective have authority over the others, or are they equals? Do we simply add together all three perspectives to be holistic in ministry? Or do the three perspectives even compete? When applied to depression, the belief that man consists of body, soul, and spirit raises more questions than it answers.

Dikutip dari Winston Smith, “Dichotomy or Trichotomy? How the Doctrine of Man Shapes the Treatment of Dep ression,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 18, No. 3, 2000, pp. 21-29.

daripada eksegesis Alkitab . Sebenarnya bahkan pemahaman dikotomipun masih ada pengaruh dari filsafat kafir Yunani. Sebab di dalam budaya Ibrani melihat manusia

sebagai satu kesatuan walaupun bisa dilihat bagian-bagiannya . Problematisnya adalah meskipun doktrin Trikotomi tidak alkitabiah, namun para penganut paham Integrasi

memakai doktrin ini untuk mengintegrasikan pemahaman Alkitab dengan ilmu psikologi

34 sekular . Dibutu hkan suatu ruang yaitu “jiwa” untuk integrasi dengan psikologi dan psikiatri.

Garry Collins mengatakan bahwa salah satu masalah psikologis yang Alkitab tidak memberikan jawaban adalah kebutuhan kita akan pemenuhan diri dan sebuah

gambar diri yang positif . Ketika Collins jelas sekali mendukung posisi Integrasi di dalam buku- bukunya tetapi ada satu pernyataan yaitu : “Adalah terlalu cepat untuk

menjawab secara keputusan yaitu dapatkah Psikologi dan Kekristenan diintegrasikan” 36 .

Jika para ahli seperti Collins yang kita percaya mengasihi Tuhan dan belajar begitu

banyakpun mengalami kesulitan di dalam mengintegrasikan maka bukankah sangat berbahaya bila seseorang yang berusaha mengintegrasikan namun menghasilkan satu

pemikiran yang sinkretisme dan bercabang dari prinsip Firman Tuhan ?

32 Winston Smith, “Dichotomy or Trichotomy? How the Doctrine of Man Shapes the Treatment of

Depression,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 18, No. 3, 2000, pp. 22

33 Karena itu secara antropologi maka antropologi dari Jay Adams lebih Alkitabiah di bandingkan

dengan Trikotomi dan Dikotomi

35 Gary R. Collins, Can You Trust Psychology? ( Downers Grove: InterVarsity Press, 1988 ) pg 144-146

36 Ibid, 130

Para penganut teori Integrasi memandang pandang bahwa Alkitab itu tidak cukup

untuk menyelesaikan masalah jiwa manusia . Karena Alkitab dipandang tidak cukup maka dibutuhkan psikologi dan psikoterapi untuk menyelesaikan masalah jiwa

39 manusia . Ini membuka ruang yang besar untuk masuknya kesalahan di dalam sistem

konseling mereka dan berakibat buruk bagi konsele.

Apakah Psikologi sekular itu benar-benar sebuah ilmu pengetahuan ?

Dukungan teori Integrasi adalah doktrin wahyu umum, anugerah umum dan doktrin trikotomi. Bila ilmu psikologi sekular adalah ilmu pengetahuan yang adalah wahyu umum maka itu merupakan kebenaran Allah. Sebab segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Bila isi psikologi sekular adalah kebenaran Allah maka itu tidak boleh ditolak bahkan dibuang. Namun perkataan bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah harus diimbangi dengan satu dan beberapa ketidakbenaran adalah ketidakbenaran. Ketika membicarakan segala kebenaran adalah kebenaran Allah, maka harus jelas apa yang benar. Apakah itu presuposisinya, prinsip framework interpretasinya atau data partikularnya ? Ketika membicarakan sesuatu yang itu universal sebagai satu kebenaran Allah maka harus diperjelas apakah itu presuposisinya, intepretasinya framework berpikir terhadap data partikularnya atau setiap data partikularnya.

Klaim bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah dan di dalam wahyu umum, harus pula mengingat hal lain bahwa wahyu umum berbeda dengan respon manusia berdosa terhadap wahyu umum. Apakah psikologi itu wahyu umum dari Allah ?

38 At the same time, we must remember that it is God, not the Bible itself, who is declared to be all-sufficient, to provide all that pertains unto life ( Stanton L. Jones & Richard E Butman, Modern

psychotherapies : A Comprehensive Christian Appraisal ( Downers Grove, Illinois : IVP Press, 1991 ), pg 26.

39 “Tanpa bantuan, misalnya psychotheraphy” mereka tidak mungkin secara otomatis dapat

memiliki kekuatan untuk meninggalkan kelemahan, kebiasaan dan dosa-dosanya. ( Susabda, Yakub, Pengantar ke dalam Teologi Reformed LRII, 1994, hlm 13 )

Ataukah itu respon manusia terhadap wahyu umum ? Bila psikologi sekular merupakan wahyu umum tentunya tidak bertentangan dengan wahyu khusus dan tidak boleh

diabaikan apalagi dibuang.

Teori psikologi seringkali berubah-rubah. Setelah belajar teori dan praktik dari psiko logi dan mempublikasikan tujuh volume karya yang dinamakan “ Psychology : A Study of a Science ”, Dr. Sigmund Koch dari American Psychological Association ( APA ) menyimpulkan satu pernyataan penting, “Saya berpikir saat ini secara absolut dan jelas bahwa

p sikologi tidak dapat menjadi ilmu pengetahuan yang koheren” .

Jikalau psikologi sekular benar-benar adalah ilmu pengetahuan yang di dalam dirinya berkembang secara progresif dalam kebenarannya, hal itu sebenarnya bukan satu problema bagi konseling Kristen. Karl Poper memberikan satu pengertian mengenai apa itu ilmu pengetahuan. Keabsahan ilmu pengetahuan adalah ketika saat ini hal itu terbukti benar dan pada saat ini belum terbukti salah. Contohnya dari mana kita tahu semua gagak di dunia ini warnanya hitam ? yaitu kita terima hal itu sebagai kebenaran sebelum kita menemukan gagak yang berwarna putih., Ilmu pengetahuan akan selalu maju secara progresif dan menuju sesuatu yang lebih komprehensif. Hal ini adalah sesuatu hal yang baik seperti halnya teori Einstein melengkapi teori Newton. Namun Thomas Kuhn di dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolutions”, mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan, bukan saja psikologi, terdiri dari observasi yang dipandang melalui asumsi atau paradigma yang bukan ilmiah. Semua fakta adalah fakta-fakta yang

40 Stephen Tong, Hati yang terbakar buku 2 : Dosa dan Kebudayaan ( Surabaya, Indonesia : Momentum, 2007 ), hal 300

41 Martin and Deidre Bobgan, The End of Christian Psychology ( Santa Barbara, California : EastGate Publishers, 1997 ), pg 24 41 Martin and Deidre Bobgan, The End of Christian Psychology ( Santa Barbara, California : EastGate Publishers, 1997 ), pg 24

bukan observasi sistematik .

Kemudian Karl Popper menjelaskan secara spesifik disiplin pembelajaran mengenai kepribadian. Dia mengamati bahwa model psikoterapi lebih banyak mirip

dengan mitos primitif daripada dengan ilmu pengetahuan . Psikologi terutama seperti yang dilihat di dalam teori personalitas dan model terapi adalah bukan ilmiah. Popper

berargumentasi bahwa sebuah model ilmu pengetahuan harus dapat dibuktikan salah. Contohnya bila merokok 30 rokok perhari selama lima tahun akan mengurangi kapasitas paru-paru paling sedikit 15%. Hal seperti ini bisa disangkal sebab hal seperti ini dapat di tes. Tetapi jika kita mengatakan bahwa problema emosi adalah diakibatkan oleh oedipal anxiety maka hal ini bukanlah satu pernyataan ilmiah. Dan hal ini tidak dapat dapat disangkal ( diverifikasi ).

Edwards T. Welch mengatakan bahwa wawasan dunia dari psikoterapi adalah tidak dapat diverifikasi. Sebelum seorang psikolog menemui kliennya, mereka mempunyai teori-teori baik mengenai apa yang normal dan tidak normal, teori mengenai motivasi, teori mengenai bagaimana kita bisa tahu, teori mengenai Allah. Dan semua asumsi ini tidak diperoleh melalui suatu cara investigasi. Semuanya berasal dari budaya, keluarga, latar belakang agama, profesor yang berpengaruh, program sarjana, dan banyak faktor lainnya. Semua ini adalah presuposisi yang tidak dapat diverifikasi secara empiris.

Dan kita menerimanya dengan iman .

42 Edwards T Welch, “A Discussion Among Clergy : Pastoral Counseling Talks with Secular Psychology,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 13, No. 2, 1995, pp. 24

43 Karl Popper, “Conjectures and Refutations ( Newyork : Harper & Row, 1965 ) dikutip dari Welcth, Edwards T, “A Discussion Among Clergy : Pastoral Counseling Talks with Secular Psychology,”

The Journal of Biblical Counseling, Vol. 13, No. 2, 1995, pp. 24

Paul C. Vitz di dalam buku “ Psychology As Religion: The Cult of Self-Worship ” mengatakan bahwa psikologi adalah sebuah agama. Psikologi adalah sebuah kepercayaan

dan bukan ilmu pengetahuan . Di dalam pembukaan bukunya, beliau menuliskan bahwa tujuan bukunya adalah untuk pembaca yang tertarik di dalam kritik psikologi

kontemporer dimana pembaca mengetahui ( mungkin secara intuitif ) bahwa psikologi sudah menjadi sebuah sentimen daripada suatu ilmu pengetahuan dan psikologi sudah menjadi bagian dari kehidupan modern daripada bagian dari solusinya. Selain beliau, Barry Napier mengatakan bahwa psikoterapi dan semua ilmu psikiatri ( terkecuali yang

berkaitan dengan problema organik – yang harus dibawah dokter ) adalah filsafat .

Perry London di dalam bukunya “The Modes and Morals of Psychotherapy” memaparkan argumentasi yang kuat bahwa psikoterapi mempunyai hal yang lebih mirip dengan imam daripada dokter. Dia menyarankan komunitas psikoterapi yang adalah

keimaman sekular yang menawarkan keselamatan .

Jikalau psikologi sekular adalah satu agama, satu filsafat, bukan ilmu pengetahuan dan presuposisinya adalah anti Kristen maka hal ini penting harus kita waspadai. Namun ketika kita mewaspadai pemikiran dari psikologi dan psikoterapi sekular maka bukan berarti kita membuang keseluruhan dari ilmu ini. Ada bagian wahyu umum yang perlu ditebus, dirangkai dan diinterpretasikan dari wawasan Alkitab.

44 Ibid

45 Paul C Vitz, Psychology as Religion : The Cult of Self-Worship ( Grand Rapids, Michigan : William B Eerdmans Publishing Company, 1977 ), x-xvii

46 Barry Napier, “Hierarchical Assertion and Hierarchical Acceptance: Basic Dynamics of

Psychotherapy ,” The Journal of Pastoral Practice, Vol. IV, No. 3, 1980, pp. 21-29. 47

Edwards T Welch, “A Discussion Among Clergy : Pastoral Counseling Talks with Secular

Psychology,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 13, No. 2, 1995, pp. 24

Bab II. Pandangan mengenai Masalah Kejiwaan menurut Ilmu Psikiatri

a. Sejarah Perkembangan dan Kaitan Ilmu Psikologi dan Neurologi

Interaksi otak dengan pikiran merupakan misteri. Dimana titik temunya otak dan

pikiran dan dengan cara apa mereka saling berinteraksi satu lain merupakan satu pertanyaan yang sulit. Begitu sulitnya pertanyaan ini hingga reaksi ilmuwan pada umumnya berpusat baik hanya pada pikiran saja ( aspek bukan materi ) atau pada otak ( aspek materi ) saja dan bertindak seolah-olah mereka tidak saling relevan.

Permasalahan yang ditimbulkan adalah karena halangan untuk mengerti pengalaman otak dan pikiran manusia sebagai kesatuan proses. Neurologi dan psikologi oleh akademisi dan politisi intelektual dipisahkan menjadi 2 hal yang terpisah namun di saat yang bersamaan dipersatukan pula oleh kesamaan dasar psikobiologi yang saling

48 berkaitan .

Seorang bernama Sigmund Freud yang dikenal sebagai bapak psikoanalisa adalah seorang ahli neurologi yang mempunyai ketertarikan terhadap dunia pikiran. Dia terinspirasi oleh Charles Darwin, Professor Jean Martin Charcot dan berkembangnya dunia mikroskopis saraf ( pada akhir tahun 1800 ). Freud menulis karyanya yang berjudul “The Project for a Scientific Psychology”. Di dalam projeknya ini, dia mempostulasikan bahwa apa yang disaksikan dari tingkah laku secara sadar dan tidak sadar diorganisasikan dan disimpan di dalam arsitektur saraf otak. Sebagai bagian dari karyanya, Freud menggambarkan sketsa sederhana mengenai neuron yang saling terkait untuk menghadirkan impuls, tingkah laku, dan pertahanan psikologis manusia. Sketsa ini menjelaskan interaksi antara dorongan indera dan mekanisme represi. Menurut rekan-

48 Louis Cozolino, The Neuroscience of Psychotheraphy : Healing the Social Brand ( New York :

W.W Norton & Company, 2010 ), 1 W.W Norton & Company, 2010 ), 1

pandangannya sulit diterima dalam agama dan dogma medis saat itu .

Ada kemungkinan pula, Freud tidak mempublikasikan projeknya karena dia kuatir projeknya akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak jelas seperti halnya kasus Piheas Gage.

Siapakah Piheas Gage ? Gage adalah seorang mandor rel kereta api pada abad ke

19, di dalam sebuah kecelakaan, kepalanya ditembusi oleh sebatang besi. Hal ini menyebabkan kerusakan di dalam bagian tengah cortex frontalis-nya. Bagian otak ini merupakan bagian yang berkaitan dengan kemampuan menilai, merencanakan dan pengendalian emosi. Sekalipun Gage tidak mempunyai gangguan motorik atau bahasa lainnya, mereka yang mengenal dia mengatakan bahwa Gage bukanlah Gage yang mereka kenal sebelumnya. Emosinalitas, kemampuan berelasinya, dan kualitas hidupnya berubah secara dramatis. Karena gejala Gage melibatkan kepribadian dan emosinya, publikasi kasusnya ini mendapatkan sedikit perhatian pada zaman itu. Bukan saja dikarenakan hal ini diluar wilayah kompetensi para ahli neurologi, namun juga ada sebuah bias menentang adanya hubungan kepribadian manusia dengan mekanisme

neurobiologi .

Freud kemudian semakin meninggalkan teori psikologinya dari dasar biologis. Dia memilih untuk menggunakan metafora literatur dan antropologi yang lebih cocok dan

Ibid, 2

50 Ibid, 4 50 Ibid, 4

Walaupun Freud tidak berhasil menciptakan psikologi yang berbasis otak oleh karena teknologi dan teori pada saat itu tidak mendukung untuk melanjutkan projek ini, namun berbagai cara pikir mengenai otak ( seperti teori MacLean’ ) sekalipun terbatas,

memberikan model yang menjembatani jurang antara psikologi dan neurologi .

Setelah Sigmund Freud meninggal, teori psikoanalisa menjadi terkenal diantara psikiater karena mengizinkan pasien diobati di praktek pribadi dan bukan di rumah sakit jiwa ( asylum ). Memasuki tahun 1970, sekolah psikoanalisa menjadi marginal di bidang psikiatri. Lalu pada pertengahan abad ke 20, sebuah konsep baru psikiatri mulai diperkenalkan. Psikiatri biologis muncul kembali pada zaman ini. Ada transisi paradigma dari paradigma psychogenic ke paradigma biogenic. Atau lebih spesifik dari paradigma

psikoanalitik ke paradigma neurokimiawi .

b. Pendekatan ilmu neurobiologi dalam memandang masalah kejiwaan

Secara ilmu pengetahuan mengenai neurobiologi membukakan satu wawasan

bahwa aspek tubuh dapat mempengaruhi aspek jiwa dan tingkah laku. Aspek organik dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahaan dalam karakter dan temperamen. Ada relasi antara tubuh dan jiwa.

Contoh : Seseorang yang menderita sirosis-hepati ( pengerasan lever / gagal hati ) mengakibatkan banyaknya amoniak dalam tubuh yang bersifat neurotoxic pada otak.

51 Ibid, 10

52 Alan A. Baumeister & Mike Hawkins, Continuity and Discontiunity in the Historical

Development of Modern Psychopharmacology ( Los Angelos :Taylor & Francis, Inc, 200 5 ), 199-200

Banyaknya amoniak dalam tubuh ternyata memicu penderita mengalami gangguan emosi dan temperamen. Misalnya pada penderita sirosis hepati yang mengalami encefalopati ( gangguan otak ) dimana terjadi penumpukan amoniak dalam tubuh dan masuk ke otak. Penderita ini dapat mengalami gangguan daya ingat, konsentrasi, fungsi intelektual dan koordinasi yang kemudian dapat berkembang menjadi hypersomnia ( kebanyakan tidur ) atau insomnia ( tidak bisa tidur ), euphoria, depresi, mudah marah dan tingkah laku yang

tidak wajar hingga akhirnya pasien masuk ke tahap apatis dan kemudian koma .

Seseorang yang menderita dementia ( secara awam dikenal dengan istilah pikun, dimana merupakan suatu penyakit degenerasi otak dan / atau akibat gangguan vaskularisasi otak ) dapat mengalami perubahan tingkah laku dan kepribadian seiring berkembangnya penyakit. Natur dan frequensi gejalanya dapat bervariasi dan gejala psikotik cenderung berkembang pada tahap lanjut. Gejala psikotik dari dementia

termasuk halusinasi, delusi, dan identifikasi yang salah .

Ilmu pengetahuan neurobiologi membukakan satu realitas bahwa otak dan cara kerjanya sangat kompleks. Para ilmuwan sampai saat ini terus menyelidiki mengenai otak manusia dan masih banyak misteri yang belum tersingkap.

53 Hepatic Encephalopathy by David C. Worlf, M.D, FACP, FACG, AGAF dari website www.emedicine.medscape.com/article/186101-overview#aw2aab6b4

Behavior Disorders of Dementia : Recognition and Treatment - by Abi V. Rayner,

M.D., M.P.H. & James G. O’Brien, M.D., & Ben Schoenbachler, M.D. – diambil dari http://www.aafp.org/afp/2006/0215/p647.html

Bab III. Ilmu psikiatri dan Kelemahannya

a. Pendekatan model medis

Di dalam bukunya Competent to Counsel , Jay Adams melihat satu permasalahan

dari psikologi sekular yaitu di dalam model medis terhadap masalah kejiwaan. Adams menjelaskan bahwa satu pencapaian dari Freudianism di dalam Etika Freudian ( Freudian Ethic ) adalah hancurnya tanggung jawab di dalam masyarakat Amerika modern. Pencapaian lain adalah kontribusi Freud kepada presuposisi fundamental mengenai moralitas baru. Freud, mengambil cara pandang dari Charcot ketika dia belajar dibawah Charcot sewaktu belajar di Prancis lalu mengadopsinya dan mempopularisasikan sebuah

pandangan permasalahan manusia di dalam sebuah model medis . Sebelum jaman ini, seorang sakit mental akan dipandang sebagai seorang yang berpura-pura daripada

seorang pasien. Model medis ini berkembang di dalam waktu itu dengan propaganda menggunakan kata kunci “sakit mental” dan “kesehatan mental”. Model ini sudah secara sukses meresapi sehingga kebanyakan orang di dalam masyarakat percaya secara naïf bahwa akan masalah dari masalah psikiatris adalah satu penyakit.

Apa itu model medis ?

Model medis adalah sebuah model pemahaman yang melihat bahwa masalah kejiwaan manusia adalah masalah fisik biologis dan harus diobati dengan obat-obatan psikiatri. Masalah kejiwaan direduksi menjadi masalah fisik biologis di dalam otak manusia. Di balik pemikiran ini, pandangan dunia ini adalah ateis materialisme dimana realitas dipandang sebagai materi belaka dan dunia non materi dibuang. Injil dari medis

55 Jay E Adams, Competent to Counsel : Introduction to Nouthetic Counseling ( Grand Rapids, Michigan : Zondervan, 1970 ), 4

56

modern adalah segala sesuatu direduksi menjadi peristiwa di dalam tubuh . Tidak ada unsur rohani. Tidak ada manusia yang hidup dihadapan Tuhan Allah. Hanya materi

belaka. Ketika semuanya hanya perihal materi maka masalah manusia pun hanya ada di dalam hal-hal fisik. Penyelesaian masalah manusia ada di dalam tubuhnya belaka

Di dalam model medis, satu tingkah laku abnormal mengindikasikan adanya penyakit. Dan ketika natur hal itu adalah penyakit maka tanggung jawab pribadi menjadi hilang dan solusinya adalah obat-obatan. Dalam model medis maka intervensi non medis

57

menjadi tidak etis .

Harry Milt, seorang direktur dari Public Information for the National Association for mental Health di dalam pamphlet berjudul “Bagaimana mengatasi masalah mental” berkata “pengertian simpati, sebuah kebaikan yang kamu berikan ketika seseorang sakit dengan sakit fisik adalah sebuah perhatian yang harus ada pada seorang yang sakit

mental”. Dia meneruskan : “Anda memberikan tunjangan karena anda tahu dia sakit dan dia tidak dapat menolong sakitnya. Dia memerlukan simpati dan pengertianmu. Seorang

58

dengan sakit mental adalah sakit dan kebanyaka tidak dapat menolong hal itu juga .

Di dalam model medis, tingkah laku yang abnormal mulai dari tidak taat orang tua sampai kepada membunuh dikategorikan sebagai penyakit dimana individu yang melakukannya tidak perlu bertanggung jawab. Definisi abnormal adalah lebih daripada sekedar tingkat kalesterol yang tinggi atau rendah gula darah. Ada unsur tanggung jawab moral di dalamnya.

56 Edward T. Welch, “Sin or Sickness? Biblical Counseling and the Medical Model,” The Journal

ofPastoral Practice, Vol. X, No. 2, 1990, pp. 29

57 Ibid

58 Jay E Adams, Competent to Counsel : Introduction to Nouthetic Counseling ( Grand Rapids,

Michigan : Zondervan, 1970 ), 4-5

Antropologi dari model medis hanya melihat unsur tubuh dan tidak melihat adanya unsur batiniah. Model medis mereduksi masalah tingkah laku manusia dari unsur tubuh. Ambil sebuah contoh seseorang klien yang datang kepada terapis dan komplain bahwa dirinya terlalu berlebihan peduli mengenai kebersihan dari peralatan kantor dimana dia kerja sehari-hari seperti telepon, mesin faks, alat fotokopi. Dia takut alat-alat ini terkontaminasi. Ketika dia berusaha mengabaikan atau menekan pikiran yang mengganggu ini maka kecemasannya meningkat. Dia menemukan kelegaan untuk kecemasannya dengan membersihkan barang-barang tersebut dan menge-lapnya dengan alkolhol. Tetapi siklus ini berulang dalam satu hari dan tiap hari. Dia kehilangan beberapa pekerjaan karena hal ini. Dia diberikan obat Zoloft oleh dokter dengan sedikit kemajuan. Bagaimana kita memandang masalah ini ? Apakah ini isu biologis ? Sesungguhnya DSM IV akan mengkategorikan konseli ini dengan penyakit Obsessif Compulsive Disorder ( OCD ). Hal ini karena orang model medis sekular hanya melihat

komponen dari tubuh dan tidak mempunyai komponen jiwa .