Pelaksanaan pendidikan akhlak melalui Hukuman

8. Pelaksanaan pendidikan akhlak melalui Hukuman

Berdasarkan data yang didapat dari lokasi SMP Negeri 1 Ngunut pendidikan akhlak melalui hukuman, dalam memberikan pendidikan akhlak guru menekankan kedisiplinan dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri siswa yang sifatnya membangun siswa agar lebih baik kedepanya, mendapat sangsi bila ada murid yang melanggar tata tertib sekolah yaitu berupa point pelanggaran, pemberian reward bagi siswa yang berprestasi.

Pelaksanaan metode pendidikan akhlak yang dilakukan melalui keteladanan, nasihat, pembiasaan, dan memberi perhatian. Dalam pelaksanaannya jika terjadi permasalahan, perlu adanya tindakan tegas atau hukuman. Hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan, namun berdasarkan kenyataan yang ada, manusia tidak sama seluruhnya dalam berbagai hal, sehingga dalam pendidikan dan pembinaan akhlak perlu adanya hukuman dalam penerapannya, bagi orang-orang yang keras dan tidak cukup hanya diberikan teladan dan nasihat.

Menurut Athiyah al-Abrasyi, hukuman yang diterapkan kepada peserta didik harus memenuhi tiga persyaratanya sebelum melakukannya, yaitu: sebelum berumur 10 tahun anakanak tidak boleh dipukul, pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali, diberikan kesempatan kepada anak untuk tobat dari Menurut Athiyah al-Abrasyi, hukuman yang diterapkan kepada peserta didik harus memenuhi tiga persyaratanya sebelum melakukannya, yaitu: sebelum berumur 10 tahun anakanak tidak boleh dipukul, pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali, diberikan kesempatan kepada anak untuk tobat dari

Jika melihat pada sifat manusia, secara psikologis tidak memiliki karakter yang sama, maka penerapan hukuman bagi peserta didik pada tahap- tahap kewajaran perlu dilakukan karena ada dengan pendekatan hukuman ini tingkat kebiasaan dan kedisiplinan dapat diterapkan.

Abdullah Nashih Ulwan juga menyebutkan bahwa tujuan mendidik dengan hukuman bagi anak yaitu agar anak tercegah dan tertahan dari akhlak yang buruk dan bersifat tercela. Anak memiliki perasaan jera untuk mengikuti nafunya dan melakukan hal-hal yang haram. Tanpa itu, anak akan terus terdorong untuk berbuat hal yang keji, terjebak dalam tindak kriminal, dan terbiasa dengan kemungkaran.

Mengenai tujuan hukuman bagi anak di atas, Yanuar A. dalam bukunya juga menyebutkan tujuan pemberian hukuman yang tidak jauh berbeda. Ia menyebutkan bahwa tujuan utama pemberian hukuman adalah agar anak merasa jera dan tidak mengulangi lagi perbutannya yang salah.

Bukan untuk menyakiti anak. 48 Berkenaan dengan hukuman, Hasbullah yang dikutip oleh Binti

Maunah menyebutkan bahwa ada beberapa macam teori yang mendasarinya, yaitu:

1. Teori memperbaiki; anak memperbaiki perbuatannya

47 M. Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, Beirut: Dar al Fikri, 1969, hal.153

48 Yanuar A., Jenis-Jenis Hukuman Edukatif untuk Anak SD, (Yogyakarta: DIVA Press, 2012), hal. 59

2. Teori ganti rugi; anak mengganti kerugian akibat perbuatannya

3. Teori melindungi; orang lain dilindungi hingga tidak meniru perbuatan

yang salah

4. Teori menakutkan; anak takut mengulangi perbuatan yang salah

5. Teori hukuman alam; anak belajar dari pengalaman (hukuman). 49 Hukuman yang diterapkan pendidik di rumah atau sekolah tentu

berbeda secara kualitas, kuantitas, daan caranya dengan hukuman yang diterapkan Negara kepada masyarakat.

Berikut ini Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan cara yang diajarkan Islam dalam memberi hukuman kepada anak.

1. Bersikap lemah lembut

2. Memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberi hukuman.

3. Memberi hukuman secara bertahap, dari yang paling ringan sampai yang keras. Selanjutnya, Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan cara-cara Rasulullah Saw, mengatasi penyimpangan anak, mendidiknya, meluruskan kesalahannya, dan membentuk akhlak serta mentalnya. Sehingga pendidik hanya tinggal mencontohnya saja dan memilih cara mana yang paling utama untuk mendidik dan mengatasi masalah anak agar menjadikannya manusia

49 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 177 49 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 177

1. Menunjukkan kesalahan dengan mengarahkannya

2. Menunjukkan kesalahan dengan sikap lemah lembut

3. Menunjukkan kesalahan dengan isyarat

4. Menunjukkan kesalahan dengan menegur

5. Menunjukkan kesalahan dengan menjauhinya

6. Menunjukkan kesalahan dengan memukul

7. Menunjukkan kesalahan dengan hukuman yang dapat menyadarkan.

Hukuman ini diliputi dengan syarat-syarat dan batasan. Oleh karena itu, pendidik tidak boleh melampaui batasan tersebut dan tidak boleh membiarkan anak berbuat kesalahan tanpa dihukum jika mereka benar-benar menginginkan pendidikan yang ideal untuk anak-anak mereka.

Dalam dunia pendidikan dikenal istilah reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai salah satu metode pendidikan yang telah banyak mengundang perhatian dari berbagai kalangan ilmuwan modern dengan pemunculan pemikiran-pemikiran, pandangan-pandangan tentang ganjaran dan hukuman.

Sebagai metode dalam pendidikan, baik pemberian ganjaran maupun pemberian hukuman dimaksudkan sebagai respon seseorang karena perbuatannya. Pemberian ganjaran merupakan respon yang positif, sedangkan pemberian hukuman adalah respon yang negatif, yang keduanya memiliki

50 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, op.cit., hal. 630 50 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, op.cit., hal. 630

Selain menjadikan hukuman sebagai metode dalam mendidik anak, ia juga tetap memberikan penjelasan tentang pentingnya memberikan motivasi dan hadiah seperti yang telah disinggung pada pembahasan mendidik dengan keteladanan, dengan nasihat, dengan kebiasaan dan perhatian/pengawasan sebelumnya. Ketika anak dalam pengawasan pendidik melakukan kebaikan maka pendidik dapat langsung memberikan reward berupa barang maupun dukungan positif lainnya. Setiap anak memiliki watak yang berbeda-beda. Diantara anak ada yang sangat agresif, suka melawan, berkelahi, suka mengganggu, dan bandel, sehingga sukar mengendalikannya melalui cara atau metode yang lazim digunakan untuk sebagian besar anak-anak biasa. Untuk anak-anak semacam itu dapat menggunakan metode hukuman.

5. Penelitian Terdahulu No

Relevan dengan Peneliti

Nama

Judul

Hasil Penelitian

Penelitian dan Tahun

penelitian

sekarang Penelitian

1 Ahmad

Peneliti yang Syaful

Pelaksanaan

a. Pelaksanaan

peneliti tulis Ulum, 2014 Akhlak

Pembinaan

pembinaan

akhlak melalui memiliki kesamaan

Murelalui

pendidikan

adalah sama-sama

Penididikan

akhlak

mulia melakukan

Akhlak Mulia

bentuknya

penelitian tentang

di SMA Negeri

melalui

guru pendidikan akhlak.

1 Turen.

mengajarkan dan Sedangkan

51 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 100.

memberikan

perbedaanya adalah tuntunan tentang skripsi ini akhlak

kepada pembinaan akhlak

siswa,

baik melalui berupa materi di pendididikan akhlak kelas

yang mulia dan usaha bersifat formal sekolah dalam maupun di luar mengatasi hambatan kelas

(non pembinaan akhlak

formal)

melalui pendidikan berbentuk sebuah akhlak mulia, pendekatan

sedangkan yaitu

kepada

siswa, yang saya buat

menegur

dan tentang strategi

mengigatkan

pendidikan akhlak

kepada

siswa melalui metode ang ketika melanggar dikemukakan oleh peraturan

Heri Jauhari sekolah, dan lain Muchtar yaitu sebagainya.

melalui Uswat

khasanah, pendukung dan pembiasaan, nasihat, penghambat

b. Factor

member perhatian

dalam

dan hukuman.

pelaksanaan pembinaan akhlak melalui pendidikan akhlak mulia.

1. Factor pendukung : tang paling utama berasa dari sekolah, pada visi dan misi sekolah tertera jelas mengenai penyelengara an

akhlak akhlak

2. Factor Penghambat : Waktu untuk KBM akhlak mulia dinilai masih kurang, dalam

satu minggu hanya diberikan waktu mengajar selama 1 jam pelajaran.