Hasil Analisis Data 1. Implementasi Desentralisasi Fiskal di provinsi Bengkulu

86

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Analisis Data 5.1.1. Implementasi Desentralisasi Fiskal di provinsi Bengkulu

5.1.1.1. Rasio Penerimaan dan Belanja Daerah

Pelaksanaan desentralisasi fiskal telah membawa perubahan penting dalam kondisi penerimaan dan belanja daerah kabupatenkota di provinsi Bengkulu. Selama periode 2004-2008, penerimaan daerah meningkat sangat tajam, rata-rata mencapai sebesar 44,7 persen. Daerah yang paling tinggi laju penerimaan daerah adalah kabupaten Rejang lebong yang mencapai 75,4 persen, sementara yang terendah adalah Kota Bengkulu dengan pertumbuhan sebesar 23,4 persen. Sementara laju perkembangan belanja daerah selama periode 2004-2008 tercatat sebesar 46,6 persen. Daerah yang paling tinggi laju belanja daerah adalah kabupaten Lebong yang mencapai 75,4 persen dan terendah adalah kota Bengkulu sebesar 21,1 persen. Meskipun demikian, jika dilihat dari derajat desentralisasi fiskal, yang diukur dari total penerimaan pemerintah daerah terhadap total penerimaan pemerintah pusat maupun dilihat dari sisi rasio belanja daerah terhadap belanja pemerintah pusat, terlihat bahwa perkembangannya masih sangat kecil. Pada tahun 2004 rasio penerimaan hanya sebesar 0,000000299.. Angka ini terus meningkat menjadi 0,000000318 pada tahun 2005, dan 0,000000473 di tahun 2007. Namun pada tahun 2008, rasio penerimaan turun menjadi 0,000000397. 87 Angka ini jauh lebih kecil j kabupatenkota se-Indonesia jelas dapat dilihat pada tabel di Rasio Pendapatan di Provinsi Bengkulu Sumber : BPK, Laporan Pem tahun, data diolah. DJPK, 2009, data diolah. Berdasarkan gambar di yang diukur dari rasio total pemerintah pusat juga tidak tahun 2004 rasio belanja mengalami peningkatan, yakni 0,000000439 di tahun 2007. 0.000000000 0.000000100 0.000000200 0.000000300 0.000000400 0.000000500 0.000000600 0.000000700 2004 2005 Penerimaan 0.000000299 0.000000318 Belanja 0.000000273 0.000000301 87 il jika dibandingkan dengan rasio penerimaan dae ia tahun 2008 yang mencapai 0,000000650. Sec el di bawah ini; Gambar 5. 1. tan dan Belanja Daerah KabupatenKota ulu Terhadap Pendapatan dan Belanja Pusat Tahun 2004-2008 Pemeriksaan Keuangan Pemerintah Daerah, berba K, Depkeu, Ringkasan Realisasi APBD, per 31 Agus r di atas juga terlihat bahwa derajat desentralisasi fis otal belanja pemerintah daerah terhadap total bela dak jauh berbeda dengan indikator penerimaan. P a daerah mencapai 0,000000273. Angka ini te akni menjadi sebesar 0,000000301 di tahun 2005 2007. Namun pada tahun 2008, derajat desentrali 2005 2006 2007 2008 Se- Indonesia 2008 0.000000318 0.000000431 0.000000473 0.000000397 0.000000650 0.000000301 0.000000375 0.000000439 0.000000401 0.000000630 87 daerah Secara rbagai gustus i fiskal belanja . Pada terus 005 dan alisasi Se- Indonesia 2008 0.000000650 0.000000630 88 kembali turun, yaitu menjadi 0,000000401. Angka ini juga masih di bawah rata- rata rasio belanja daerah kabupatenkota se-Indonesia pada tahun 2008 yang mencapai 0,000000630.

5.1.1.2. Komposisi Penerimaan Daerah

Pada periode 2004-2008 struktur atau komposisi penerimaan daerah juga masih menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap sumber penerimaan yang berasal dari transfer pusat, terutama dalam bentuk dana perimbangan. Tahun 2004 kontribusi Dana Alokasi Umum DAU mencapai 73,88 persen pada rata- rata penerimaan daerah kabupatenkota di provinsi Bengkulu, kemudian turun menjadi 71,90 persen di tahun 2005. Hingga tahun 2008, kontribusi DAU masih mencapai angka 68,10 persen. Sementara itu, peran Dana Alokasi Khusus DAK dalam penerimaan daerah terlihat semakin meningkat. Dalam tiga tahun terakhir, DAK telah memberikan kontribusi terbesar kedua dalam penerimaan daerah kabupatenkota di provinsi Bengkulu. Hingga tahun 2008, kontribusi DAK mencapai 13,51 persen atau jauh lebih tinggi dibanding tahun 2004 yang hanya sebesar 5,80 persen. Akan tetapi peningkatan kontribusi DAK ini juga diikuti dengan semakin turunnya peran Dana Bagi Hasil DBH. Artinya selama periode 2004-2008 ada perubahan komposisi dalam sumber-sumber penerimaan daerah, di mana peran DAK semakin meningkat sementara kontribusi DBH semakin lama semakin kecil. 89 Komposisi Penerimaan D Sumber : BPK, Laporan berbagai tahun, data diolah. Berdasarkan gambar di masih memberikan kontribus kabupatenkota di provinsi B persen dan naik menjadi 3,49 sumbangan PAD dalam pene ini jauh di bawah rata-rata mencapai angka 6,8 persen di rata kontribusi PAD kabupate rata kontribusi PAD kabupate 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 2004 PAD 3.25 DBH 10.57 DAU 73.88 DAK 5.80 Pe rs en 89 Gambar 5. 2. aan Daerah KabupatenKota di Provinsi Bengkulu Tahun 2004-2008 aporan Pemeriksaan Keuangan Pemerintah Daer a diolah. r di atas terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah PA ibusi yang sangat minim dalam penerimaan dae Bengkulu. Tahun 2004, kontribusi PAD sebesar 3,2 3,49 persen di tahun 2005. Sampai tahun 2008, nerimaan daerah hanya mencapai 3,61 persen. Ang ta kontribusi PAD kabupatenkota se Indonesia y n di tahun 2008 Depkeu, 2009. Dengan kata lain, r bupatenkota di provinsi Bengkulu hanya separuh dari r bupatenkota secara nasional. 2005 2006 2007 2008 3.49 2.44 3.00 3.61 8.99 6.45 7.34 6.15 71.90 77.34 70.54 68.10 7.61 12.18 13.81 13.51 89 lu aerah, PAD daerah r 3,25 2008, Angka yang n, rata- ri rata-

5.1.1.3. Alokasi Belanja Dae