Kepada Guru

Kepada Guru

fiddunnya indal akhirah al-Fatihah.

Adapun tata kerama murid kepada guru itu ada 10:

3. Jikalau ada pertentangan antara bahwa sesungguhnya maksud yang

1. Murid harus mempunyai iktikad

kehendak guru dan murid, baik itu dikehendaki murid itu tidak akan

dalam masalah umum (kulliyah) berhasil kecuali dengan lantaran

maupun khusus ( juz‟iyyah), baik itu gurunya. Jika seorang murid itu

perkara ibadah maupun adat, maka berangan-angan

harus mendahulukan kepada guru yang lainnya, maka hal

kehendak guru. Karena i‟tiradl itu akan menjadi sebabnya hirman

guru itu akan (terhalang) memperoleh cahaya

(menentang)

menghalangi berkah dan akan utama dari guru. Jika hal itu terjadi,

menjadi sebab su‟ul khatimah maka murid tidak akan memperoleh

(penghujung hidup yang jelek), apa-apa.

naudzubillahi min dzalik. Kecuali tersebut telah mendapat izin dari

Kecuali

perpindahan

jika guru memberikan kelonggaran gurunya, atau ternyata ajaran

untuk melakukan hal tersebut. syariat dan tarekat gurunya tersebut

4. Murid harus menghindari dan batil (tidak sesuai dengan syariat

membenci semua perkara yang Rasulullah

dihindari dan dibenci oleh gurunya. berpindahlah (dengan izin yang sah

SAW),

maka

5. Jangan terburu-buru menafsirkan dari guru yang pertama) kepada

perkara waqi‟ah seperti mimpi- guru lain yang lebih Kamil

lambang-lambang (sempurna kemampuannya), zuhud,

mimpi,

atau

meskipun lebih pintar daripada wira‟i, lebih kaya akan pengetahuan

guru, tetapi laporkanlah hal tersebut syariat dan tarekatnya, hatinya

namun jangan selamat dari sifat-sifat mazmumat

kepada

guru

jawaban melainkan (tercela).

meminta

menunggu jawaban darinya di hari

2. Murid harus pasrah menurut ridha yang lain. Kemudian diamlah jika guru, melayani guru dengan senang

guru tidak mau menjawabnya, hati, ridha, dan ikhlas hatinya

murid tetap beriktikad bahwa ada karena

hikmah dibalik hal tersebut jika guru sesungguhnya jauhar al-iradhat wa

Allah SWT.

Karena

tidak mau menjawabnya. Jika al-Mahabbah (intisarinya kehendak

seorang murid itu diperintah oleh dan cinta) itu tidak akan tampak

untuk menerangkan jelas kecuali dengan patuh dan

gurunya

sesuatu hal, maka si murid harus melayani guru dengan baik.

menjawab seperlunya saja.

6. Memelankan suara, tidak berisik, hanya seperlunya saja lalu pamit dan tidak banyak bertanya kepada

pulang. Jika ditahan untuk tidak guru jika berada di majlis gurunya.

pergi dulu, maka murid juga harus Karena

demikian itu menyebabkan mahjub

8. Jangan sesekali menyembunyikan (terhalang).

hal-ikhwal murid, rahasia kepada

7. Jika mau menghadap guru, jangan guru, tetapi bukalah semuanya langsung datang saja. Melainkan

kepada guru (adukan seadanya; memberitahu

ditambahi ataupun mencari waktu yang longgar bagi

guru untuk ditemui. Jangan sekali-

9. Murid tidak boleh menyebarkan kali menemui guru dalam waktu

ajaran sang guru kepada orang lain qauilulah (tidur siang sebelum

tanpa seizinnya, itupun hanya masuk shalat dzuhur) istirahat

perkara-perkara yang telah (setelah shalat zuhur). Jangan

diperbolehkan oleh guru untuk sekali-kali menemui guru ketika ia

disebarkan.

sedang sibuk. Tatkala sudah

10. Jangan menggunjing kejelekan menemui

guru, jangan sembrono/mengejek, membicarakan sesuatu kecuali hal-

guru

jangan

mencela, meremehkan, mengadu hal yang menentramkan hatinya,

mengumpat, melestarikan tata kerama, khudu‟

domba,

mengkritik/menyinggung, (tunduk), dan tawadhu‟ (rendah

mengobral aibnya guru kepada hati).

orang lain. Seorang murid juga tidak kepala didepan guru, jangan

Jangan

mendongakkan

boleh kecewa jika kehendaknya menoleh ke kanan dan ke kiri,

dicegah oleh guru meskipun hal jangan berbicara sendiri dengan

tersebut tidak sesuai dengan temannya

melainkan tetap menganggukkan

sesungguhnya karena sesungguhnya su‟u al-Adab

guru kepada (tata kerama yang jelek) kepada

mencegahnya

kehendak murid itu ada hikmahnya. guru akan menjadikan terhalangnya

Jika diperintah oleh guru, maka kepahaman

cepatlah melakukannya, meskipun Kemudian jangan berlama-lama

seorang

murid.

berat hati untuk melaksanakannya. mengahap sang guru melainkan

Jika ada hal penting, jangan sekali- Jika ada hal penting, jangan sekali-

karena Allah SWT. menghadapnya

Hati murid harus dipenuhi menghadaplah sendiri kepadanya

melainkan

dengan kecintaan kepada guru dan kemudian carilah ridhanya.

semua keluarganya. Seandainya sang Jika mengundang sang guru

guru wafat, maka sebaiknya jangan untuk menghadiri acara dirumah

isterinya, tetapi boleh murid, jangan sekali-kali memaksa

menikahi

menikah dengan anaknya dengan niat kepada guru untuk hadir tetapi

kepada sang guru. meminta kelonggaran guru untuk

khidmat

Menghormati dan mengasihani semua hadir. Meskipun guru tidak hadir maka

menganggapnya beriktikadlah bahwa rohani sang guru

anak-anaknya,

sebagai saudara sendiri. Karena hadir (memberikan doa restu kepada si

sesungguhnya seorang guru itu adalah murid).

Sedangkan ayah Jangan sekali-kali mempunyai

ayah

rohani.

adalah ayah jasmani. iktikad; berbicara dalam hati: “Pak

kandung

Pahamilah semua ilmu asrar dan ilmu Kiyai itu memang guruku, tetapi

ahwal, maka hal itu akan menjadi sekarang sudah tidak menjadi guruku

bertambahnya ma‟rifat, lagi karena aku sudah tidak belajar

sebab

mahabbah, berkah serta memperoleh kepadanya lagi ”. Bahkan dikatakan

kehidupan yang khusnul khatimah. bodoh murokkab seorang murid yang

Amin.

berbicara begini: “Aku berani dengan guruku itu lantaran memang beliau

M. Kesimpulan

yang salah kepadaku ”.

Naqsyabandiyah Ketika menghadiri acara halaqah

1. Tarekat

Haq

ajarannya berasal dari aliran tarekat dzikir

(majlis pengajian

dzikir,

Naqsyabandiyah yang didirikan oleh khataman, dan tawajjuhan), murid itu

Syaikh Bahauddin tidak boleh bubar kalau acara tersebut

Maulana

Naqsyabandiy dari Bukhara (1390 belum

M) di Jazirah Afrika. Ajaran ini tasywisy (kekacauan), jangan terlalu

berkembang di pulau Lombok sejak banyak

tahun 1890/1891 yang dibawa dan melainkan diam dan menganggukkan

dikembangkan oleh Maulana Syaikh kepala ketika mendengar ceramah dan

Haji Muhammad Ali Batu dari Batubangka

Desa Sakra

Kecamatan Sakra, Lombok Timur. tengah keramaian”, Yad kard: Tarekat

ini dikembangkan di “ingat”, “menyebut”., Baz gasyt Kalimantan Barat oleh Syeikh Agus

“kembali”, ” memperbarui”., Nigah Sukarmin al-Fattah Habibullah,

dasyt : “waspada”, Yad dasyt: MBA putra pertama dari delapan

“mengingat kembali”. Sedangkan bersaudara dari pasangan Ahmad

asas tambahan dari Syaikh Baha‟ Hamid

Naqsyaband; Wuquf-I (almarhumah). Tepatnya di bulan

zamani : “memeriksa penggunaan Agustus 2001, beliau memulai

waktu seseorang”., Wuquf-I „adadi: menyebarkan (mensyiarkan) ajaran

hitungan dzikir Islam, yaitu mengajarkan tarekat ini

“memeriksa

Wuquf-I qalbi: kepada keluarganya yaitu orang

seseorang”.,

“menjaga hati tetap terkontrol”. tuanya dan saudara-saudaranya,

Ajaran Tarekat Haq dimulai di rumah orang tuanya di

3. Pokok

Naqsyabandiyah, diantaranya: Jalan Komyos Sudarso Gang

Mengenal Hakekat. Selanjutnya Rambe Jalur D No. 87 Komplek

dzikir dan wirid, amalan dzikrullah Perumahan

dan melaksanakan shalat khusyuk. Kelurahan

Pemda

Kalbar,

Sungai Jawi Luar Ada dua macam dzikir yaitu: Kecamatan Pontianak Barat, Kota

Dzikir ism al-dzat, Pontianak.

Pertama,

“mengingat yang Haqiqi” dan dzikir

”mengingat keesaan”. mengenal sebelas asas Thariqah.

2. Penganut Naqsyabandiyah

tauhid ,

Kedua, Dzikir Tauhid (juga dzikir Delapan dari asas itu dirumuskan

tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) oleh „Abd al-Khaliq Ghuzdawani,

terdiri atas bacaan perlahan disertai sedangkan

dengan pengaturan nafas, kalimat penambahan oleh Baha‟ al-Din

sisanya

adalah

la ilaha illa llah, yang dibayangkan Naqsyaband

seperti menggambar jalan (garis) Naqsyabandiyah).

melalui tubuh.

tersebut diantaranya: Hush dar dam

4. Bentuk pengamalan tarekat Haq “sadar sewaktu bernafas”, Nazar

Naqsyabandiyah: pertama yang bar qadam : “menjaga langkah”,

adalah mengenal Safar dar watan : “melakukan

ditekankan

hakekat diri dan tawajjuh. perjalanan di tanah kelahirannya”,

mengamalkan ajaran Khalwat dar anjuman “sepi di

5. Manfaat

tarekat haq naqsyabandiyah yaitu:

Ilmu tarekat mampu meniadakan Bulettin Dakwah, No. 19 Th. 1993 hati dari sifat Aghyar (sesuatu yang

Djalaluddin, Prof. Dr. Syekh. H, 2005, bersifat dunia yang mengganggu

Sinar Keemasan 1 & 2, Terbit pikiran,

Terang, Surabaya. manusia), ilmu tarekat juga mampu

hati dan

pandangan

Harun Nasution. 1985. Filsafat dan menghiasi hati dengan dzikir dan

Mistisme dalam Islam. Bulan Muraqab

ah, Mahabbah, Ma‟rifat Bintang. Jakarta dan Musyahadah kepada Allah

Muslih. 1961. AlFutuhul Al SWT. Apabila belajar ilmu tarekat

KH.

Rohaniyah. CV. Toha Putra. karena untuk membersihkan hati

Semarang.

dari sifat-s ifat jelek menurut syara‟ Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi (Tadzkiyatu al- Nafsu „Ani al-Sifat al-

Kualitatif. Bnadung: Radzail), maka hukumnya Fadhu

Penelitian

Remaja Rosdakarya „Ain bagi setiap mukallaf.

Nasution, S. 1998. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:

N. Daftar Pustaka

Tarsito. Nizami, K.A dan Sayyed Hossein Nasr

Atjeh. Abu Bakar. 1988. Pengantar Ilmu (Ed), 1997, Ensiklopedi Tematis

Tarekat Uraian tentang Mistik. Spiritualitas Islam: Manifestasi, Terj.

Ramadhani. Solo. (Bandung: Mizan)

Amar, Imam Abu, 1980, Sekitar Masalah Mulyati, Sri, 2005, Mengenal dan

Thariqat ( Naqsyabandiyah ),

Tarekat-tarekat Menara Kudus, Kudus.

memahami

Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Ansari. Muhammad Abdul Haq. 1993.

Kencana)

Sufism and Syari`ah. Terj. Ahmad Schimmel Annimarie. 1986. Dimensi

Nashir Budiman : Antara Sufisme

Islam. Pustaka dan Syari`ah. PT Raja Grafindo

Mistik

dalam

Firdaus. Jakarta. Persada. Jakarta

Samsul Rijal. 1996. Sufisme dalam Al

Qosyimi. Syekh

Muhammad

Kehidupan Masyarakat Modern : Jamaluddin.

1993. Mau`idhatul

Suatu Kajian Tentang Pengamalan Mukminin. Ter. Abu Ridha. CV Asy

Tasawuf Bagi Masyarakat Modern. Syifa`. Semarang

IAIN Sultan Thaha Saifuddin. Jambi Brunessen, Martin Van. 1995. Tarekat

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Naqsyabandiyah

di

Indonesia.

Kualitatif. Bandung: Alfabeta Mizan. Bandung.

Wach. Joachim. 1984. The Comperative Study

Of Relegions. Ter. Jamannuri. CV Rajawali. Jakarta Supiana dan M. Karman, 2003, Materi Pendidikan

Agama Islam, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya) http://www.wikipedia.org/terekatnaqsaban diyah http://sufimuda.blogspot.com/tarekatnaqs abandiyah