Pembahasan Hasil Penelitian

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Siklus I

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan peningkatan prestasi belajar dibandingkan sebelum dikenai tindakan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata yang semula sebelum dikenai tindakan adalah 55,7 kemudian setelah dikenai tindakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw nilai rata-rata menjadi 68,3.

Dalam siklus I terdapat 17 Siswa (54,8%) yang dapat melampaui nilai 65,00 dan 14 siswa (45,2%) yang belum mampu melampaui nilai 65,00. Dalam siklus I ini masih banyak siswa yang belum mampu melampaui KKM (nilai >65,00) hal ini bisa disebabkan oleh ketidakjelasan siswa saat menerima penjelasan tentang metode pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw yang masih terasa asing bagi siswa.

Berdasarkan penjelasan dari guru kelas, selama ini siswa SD Negeri Srikayangan belum pernah melakukan pembelajaran dengan metode ini. Jadi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk metode baru bagi Berdasarkan penjelasan dari guru kelas, selama ini siswa SD Negeri Srikayangan belum pernah melakukan pembelajaran dengan metode ini. Jadi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk metode baru bagi

Dalam proses pembelajaran siswa merasa bingung saat mengikuti langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang cukup rumit. Seharusnya guru terlebih dahulu memperkenalkan metode ini kepada siswa sebelum penelitian, agar siswa dapat langsung memposisikan diri dan tahu apa yang harus dilakukan.

Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum sempurna karena kriteria keberhasilannya belum mencapai target yang ditentukan yaitu > 75% siswa dapat melampaui nilai KKM yaitu 65,00. Oleh karena itu pada saat refleksi siklus I peneliti dan guru kelas sepakat untuk berusaha melakukan pebaikan dengan memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai alur metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw oleh guru kelas pada awal pembelajaran pada siklus II. Guru kelas juga lebih serius mengawasi agar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan optimal untuk berinteraksi.

2. Siklus II

Pada siklus II ini juga terjadi peningkatan prestasi belajar dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata siswa pada siklus I yang semula 68,3 menjadi 76,5 pada siklus II dengan kriteria keberhasilan 80,6% yang telah melampaui target yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 75 %. Maka siklus II ini tidak dilanjutkan ke siklus III karena peneliti sudah cukup puas dengan hasil yang ada walaupun belum 100% siswa yang mampu melampaui KKM ( nilai 65,00)

Peningkatan prestasi belajar yang terjadi pada siklus I dan II ini dikarenakan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan keadaan siswa yang lebih aktif maka pembelajaran menjadi tidak membosankan dan informasi yang digali oleh siswa menjadi lebih banyak.

Dalam siklus II ini terdapat 6 siswa (19,4%) yang belum mampu melampaui nilai 65,00. Dugaan peneliti, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang ada. Siswa yang lambat dalam menggali informasi akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan karena mereka tidak punya cukup waktu. Hasilnya ketika evaluasi diadakan, maka siswa–siswa tersebut kesulitan dalam mengerjakan soal dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena sekali ada satu siswa dalam satu kelompok yang tidak efektif maka satu kelompok itu akan kehilangan satu pokok materi.

Namun secara garis besar penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena siswa menjadi lebih aktif dan dengan proses penggalian informasi yang dilakukan sendiri oleh siswa maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Guru hanya sebagai fasilitator dan pemberi pengarahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan.