ANALISIS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI KOTA METRO (Studi Pada Layanan Unit Rawat Inap Ruang Anak Kelas III Tahun 2011-2012)

(1)

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI KOTA METRO

(Studi Pada Layanan Unit Rawat Inap Ruang Anak Kelas III Tahun 2011-2012)

Indonesia menempati urutan 129 dari 183 negara dalam hal kualitas pelayanan publik. Survey tersebut menunjukan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih mengalami masalah dalam pemberian pelayanan publik kepada masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang sangat penting adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan ini berkaitan dengan aparat penyedia jasa layanan kesehatan seperti petugas medis. Idealnya, jumlah petugas medis akan mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani kota Metro merupakan lembaga penyedia pelayanan kesehatan milik pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang artinya rumah sakit tersebut diijinkan mengelola keuangan dan pegawainya sendiri secara mandiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengamati kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III ini menjadi fokus utama yang dibahas penelitian ini. Untuk mencari jawaban tersebut maka peneliti menggunakan indikator kinerja yaitu Kualitas layanan masyarakat, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Dari penelitian ini dihasilkan bahwa kualitas layanan RSUD Ahmad Yani masih kurang baik dalam hal sarana dan prasarana penunjang, hal ini disebabkan oleh faktor keuangan dan terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang belum memadai. Sedangkan responsibilitas dan akuntabilitas sudah cukup baik karena sudah dilaksanakan berdasarkan prosedur dan peraturan yang berlaku serta adanya pertanggungjawaban secara moral dari pihak RSUD Ahmad Yani. Saran dari penelitian ini adalah RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus menambah petugas medis khususnya dokter spesialis. Selain itu RSUD Ahmad Yani Kota Metro juga harus meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kesehatan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF PUBLIC SERVICE PERFORMANCE IN AHMAD YANI PUBLIC HOSPITAL IN METRO

(A Study on Class III Children Inpatient Ward Service Unit in 2011-2012)

By

Ferly Yudistira

Indonesia was in 129 rank from 183 countries at public quality service. This survey indicates that public service in Indonesia has some problems in providing service to the society.

One the important public services is health service. This service is related to health service providers such as health workers. Ideally, numbers of health workers will influence health service performance. Ahmad Yani public hospital in Metro is a health service provider institution owned by government with status of Regional Public Service Institution (or BLUD), and it means that this hospital is permitted to manage its own finance and employees autonomously.

Based on the background, the researcher was interested to conduct a research to observe Ahmad Yani public hospital public service performance in Class III children inpatient ward service unit. This was a qualitative research and used observation, interviews and documentation to collect data. The focus of this research was Ahmad Yani public hospital service performance in Class III children inpatient ward service unit. To find the answers, the researcher used performance indicators including public service quality, responsibility, and accountability.

The results showed that Ahmad Yani public health center service quality was less good in terms of structure and infrastructure. This was caused by limited financial and human resource. Responsibility and accountability was good enough as they were conducted based on existing rules and procedures and there were moral responsibilities of Ahmad Yani public hospital. The researcher suggests the hospital to add medical health workers, especially specialist physicians. The


(3)

(4)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI KOTA METRO

(Studi Pada Layanan Unit Rawat Inap Ruang Anak Kelas III Tahun 2011-2012)

Oleh

Ferly Yudistira

Indonesia menempati urutan 129 dari 183 negara dalam hal kualitas pelayanan publik. Survey tersebut menunjukan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih mengalami masalah dalam pemberian pelayanan publik kepada masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang sangat penting adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan ini berkaitan dengan aparat penyedia jasa layanan kesehatan seperti petugas medis. Idealnya, jumlah petugas medis akan mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani kota Metro merupakan lembaga penyedia pelayanan kesehatan milik pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang artinya rumah sakit tersebut diijinkan mengelola keuangan dan pegawainya sendiri secara mandiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengamati kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III ini menjadi fokus utama yang dibahas penelitian ini. Untuk mencari jawaban tersebut maka peneliti menggunakan indikator kinerja yaitu Kualitas layanan masyarakat, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Dari penelitian ini dihasilkan bahwa kualitas layanan RSUD Ahmad Yani masih kurang baik dalam hal sarana dan prasarana penunjang, hal ini disebabkan oleh


(5)

pertanggungjawaban secara moral dari pihak RSUD Ahmad Yani. Saran dari penelitian ini adalah RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus menambah petugas medis khususnya dokter spesialis. Selain itu RSUD Ahmad Yani Kota Metro juga harus meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kesehatan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.


(6)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pemerintah sebagai abdi masyarakat merupakan pihak yang bertanggung jawab memberi pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan publik yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan fungsi dari keberadaan pemerintah yang telah di atur dalam undang-undang, salah satunya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Mekanisme pelayanan publik yang telah diatur dan ditetapkan dalam peraturan yang tersebut pada dasarnya sudah memiliki tata aturan yang baik, namun dalam pelaksanaannya ternyata masih memiliki kekurangan. Masih banyak lembaga pemerintahan yang tidak menjalankan fungsi pelayanan publik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini terbukti dengan hasil survey World Bank tahun 2011 yang dipublish oleh SINDONews.com bahwa, Indonesia menempati urutan 129 dari 183 negara dalam hal kualitas pelayanan publik. Survey tersebut menunjukan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih mengalami masalah dalam pemberian pelayanan publik kepada masyarakat.

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003


(7)

menyatakan bahwa “Hakikat layanan publik adalah pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pemerintah melalui instansi-instansi penyedia layanan publik bertanggung jawab memberikan layanan yang prima kepada masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Pemerintah sebagai penyedia layanan publik dituntut untuk menjalankan perannya secara maksimal. (Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik)

Dalam rangka menjalankan peran yang maksimal, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang disebut Otonomi Daerah. Kebijakan Otonomi Daerah telah mengamanatkan kepada pemerintahan di daerah agar mengurusi beberapa kepentingan pemerintahan, salah satunya kepentingan di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk penerapan pelayanan publik dari pemerintah untuk masyarakat. Fungsi pelayanan kesehatan ini diserahkan kepada lembaga kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani merupakan lembaga publik yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini terletak di Kota Metro Provinsi Lampung. RSUD Ahmad Yani adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang kemudian aset tanah dan bangunan pada bulan Januari 2002 berdasarkan SK Dewan


(8)

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor: 188.342/IV/07/2002, diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Metro. Rumah Sakit ini berdiri sejak tahun 1951 dengan nama Pusat Pelayanan Kesehatan (Health Center). RSUD Ahmad Yani Kota Metro telah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang bertipe B (Non Pendidikan) dengan jumlah tenaga kerja saat ini 424 orang terdiri dari tenaga struktural 91 orang, tenaga fungsional 299 orang, dan CPNS 34 orang. (Sumber: Data Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani 2011)

RSUD Ahmad Yani ini memiliki berbagai pelayanan kesehatan masyarakat seperti pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis dan pelayanan administrasi serta manajemen pemerintahan yang berbasis pada pelayanan yang efektif dan efisien. (Sumber: Papan Informasi Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani 2012)

Menurut Pasalong (2010:128), pelayanan pada dasarnya didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pelayanan terdapat dua aspek yaitu seseorang/organisasi dan pemenuhan kebutuhan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.


(9)

Seiring dengan perkembangan zaman, kondisi masyarakat telah mengalami banyak perkembangan. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan, serta keluhannya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan berani untuk menilai apapun yang terjadi di lingkungannya, hal ini dapat terlihat dari munculnya berbagai keluhan masyarakat di berbagai media massa. Sebagian masyarakat yang membutuhkan kesehatan di Kota Metro, justru lebih memilih ke Rumah Sakit Swasta di Kota Metro daripada harus memilih Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani. (Sumber: Tribun Lampung Online, diakses pada tanggal 14 September 2011)

Masyarakat Kota Metro lebih banyak yang memilih untuk mengobati penyakitnya ke Rumah Sakit Swasta dari pada ke RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Hal tersebut merupakan hal yang perlu untuk diteliti secara lebih lanjut. Permasalahan lain yang dimiliki RSUD Ahmad Yani Kota Metro adalah sumber daya manusia (SDM), khususnya ketersediaan dokter spesialis. Hal ini seperti yang diberitakan dalam harian Tribun Lampung sebagai berikut:

“Jumlah dokter spesialis di RS tipe B ini masih jauh dari angka ideal. Total dokter spesialis di RSUD Ahmad Yani Kota Metro saat ini sekitar 13 dokter, di antaranya spesialis penyakit dalam, kebidanan, bedah, anak, THT, kulit, anastesi, syaraf, radiologi, dan patologi klinik. Direktur RSUD Ahmad Yani Endang Nuryati mengungkapkan, idealnya setiap bagian, terdapat empat dokter spesialis. Di RS ini ada 13 bagian, di mana sebaran dokter spesialis di setiap bagian hanya satu atau dua dokter. "Paling tidak untuk RSUD Ahmad Yani perlu sekitar 30 dokter spesialis," Bukan hanya dokter spesialis yang kurang di Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Metro tetapi perawat juga masih kekurangan setidaknya 42 orang lagi.”


(10)

Pelayanan kesehatan berkaitan dengan aparat penyedia jasa layanan kesehatan seperti dokter dan perawat. Idealnya, jumlah dokter dan perawat akan mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit, namun dalam kenyataannya jumlah bahkan kualitas dokter sering menjadi permasalahan dalam sebuah rumah sakit terutama rumah sakit umum milik pemerintah. Permasalahan lainnya yaitu sarana dan prasarana RSUD cenderung mengalami kekurangan, hal ini yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut

.

Dalam harian Tribun Lampung diungkapakan sebagai berikut sebagai berikut: “Buruknya pelayanan terhadap masyarakat juga menyebabkan ketidaknyamanan pelanggan atas kinerja pelayanan yang diberikan, selain itu keluhan-keluhan dari masyarakat terkait pelayanan yang diberikan menunjukkan adanya permasalahan dengan kinerja pelayanan publik. Sarana prasarana untuk menunjang peningkatan pelayanan masih perlu dibenahi seperti ruang-ruang plafonnya sudah banyak yang rusak, cat yang pudar dan mengelupas, lampu kamar mandi yang mati, AC rusak, serta tetap terjaganya kebersihan sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien maupun pengunjung yang datang.”

(Sumber: http://www.rakyatlampung.co.id/new/kotamadya/metro/665-rsuday-harus-melakukan-pembenahan.html, diakses pada 14 September 2011).

Direktur RSUD Ahmad Yani Kota Metro dalam liputan media Harian Tribun Lampung (Jumat, 25 Mei 2012) terkait fasilitas kesehatan menjelaskan bahwa RSUD Ahmad Yani masih membutuhkan berbagai peralatan seperti inkubator, CT scan, infant warmer, ventilator, monitor patient, bed patient, hingga mesin genset.

Menghadapi berbagai permasalahan yang ada di RSUD Ahmad Yani Kota Metro, Direktur RSUD Ahmad Yani, Endang Nuryati dalam Tribun Lampung menegaskan akan memenuhi berbagai persyaratan mendukung status Rumah


(11)

Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Metro yang saat ini Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Berdasarkan hasil dari pra-riset penelitian, RSUD Ahmad Yani memiliki ruang rawat inap yang cukup banyak, salah satunya adalah ruang anak. Kondisi gedung ruang anak ini masih mengalami masalah, seperti mengelupasnya cat bangunan serta kondisi bangunan yang terlihat sudah tua.

Gambar 1.

Gedung Ruang Anak RSUD Ahmad Yani

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengamati kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III tahun 2011-2012.

B.Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang pada uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani Kota Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III tahun 2011-2012?


(12)

2. Apakah RSUD Ahmad Yani Kota Metro mendapat kendala dalam memberikan pelayanan publik pada unit rawat inap ruang anak kelas III tahun 2011-2012?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kinerja pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani Kota Metro pada unit rawat inap ruang anak kelas III tahun 2011-2012.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat kendala yang dihadapi oleh RSUD Ahmad Yani Kota Metro dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja pelayanan publik oleh Rumah Sakit Umum Daerah. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara, khususnya pelayanan publik di bidang kesehatan. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi

kebijakan bagi institusi pemerintahan daerah setempat untuk perbaikan kinerja di bidang kesehatan, khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro.


(13)

I.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Pasalong (2010:128), pelayanan pada dasarnya didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pelayanan terdapat dua aspek yaitu seseorang/organisasi dan pemenuhan kebutuhan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelayanan publik berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No: 63/KEP/M.PAN/7/2003 sebagai berikut:

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam keputusan No.63 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan


(14)

Publik menyatakan bahwa “hakikat layanan publik adalah pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat”. Pernyataan ini menegaskan bahwa pemerintah melalui instansi-instansi penyedia layanan publik, mereka bertanggung jawab memberikan layanan prima kepada masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.

Sedangkan menurut Mahmudi (2010:223), pelayanan publik adalah:

Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah karena masyarakat telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi, dan berbagai pungutan lainnya. Dengan demikian pelayanan publik menurut Mahmudi adalah kegiatan pelayanan oleh penyelenggaraan layanan publik untuk pemenuhan kebutuhan publik.

Menutut Moenir (2002:88), dalam pelaksanaan suatu pelayanan publik, terdapat beberapa faktor yang mendukung yaitu:

1. Kesadaran pegawai

Adanya kesadaran dari pegawai mengenai tindakan terhadap tugas/pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga membawa pengaruh yang positif dan menimbulkan pelayanan yang baik.

2. Adanya aturan

Adanya aturan dalam organisasi mutlak diperlukan agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dsan terarah.

3. Faktor organisasi

Yaitu merupakan pengaturan dan mekanismekerjaan (sistem, prosedur, dan metode) yang harus mampu mengasilkan pelayanan yang memadai. 4. Faktor kemampuan dan keterampilan

Dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi keinginan semua pihak sehingga menimbulkan pelayanan yang memuaskan.

5. Faktor sarana pelayanan

Adanya sarana pelayanan yang memadai dan mencukupi sehingga tercipta efektifitas dan efesiensi suatu pelayanan.


(15)

Berdasarkan beberapa pengertian pelayanan publik di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah proses aktifitas/kegiatan pemberian layanan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2. Prinsip Pelayanan Publik

Berdasarkan keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik yang tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan dilaksanakan.

b. Kejelasan, yaitu mencakup kejelasan dalam hal:

1. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik

2. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik

3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran

c. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaiakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi, yaitu produk layanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan, yaitu proses dan produk pelayanan publik meberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggungjawab, yaitu pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang dirujuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyesuaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika)

h. Kemudahan akses, yaitu tempat dan lokasi serta sarana dan pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yaitu pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.


(16)

j. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung layanan, seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggara pelayanan publik harus memenuhi prinsip kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab, kelengkapan sarana prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, dan kenyamanan.

3. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan publik merupakan tolak ukur untuk menentukan bagaimana kinerja layanan publik di suatu lembaga penyedia layanan publik. Terkait kualitas pelayanan publik menurut pasalong (2010:132) sebagai berikut:

Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relatif bersifat abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau spesifikasinya itu terpenuhi berarti kualitas suatu hal yang dimaksud dapat dikatakan baik, sebaliknya jika persyaratan tidak terpenuhi maka dapat dikatakan tidak baik. Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat.

Sinambela (2006:6) menjelaskan bahwa, untuk mencapai kepuasan dituntutkan kualitas pelayanan prima yang terdiri dari:

a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Koordinasi, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemmapuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisensi dan efektifitas.

d. Pertisipasi, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.


(17)

e. Kesamaan hak, yakni pelayanana yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.

f. Kesinambungan hak dan kewajiban, yakni pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Kualitas pelayanan publik tersebut, dalam Mahmudi (2010:228) adalah asas pelayanan publik yang perlu diperhatikan oleh instansi penyedia layanan publik. Asas pelayanan publik tersebut diantaranya adalah Transparansi, Akuntabilitas, Kondisional, Partisipatif, Tidak diskriminatif (kesamaan hak), dan kesinambungan hak dan kewajiaban.

Menurut Nogi (2005:216), untuk menciptakan Kualitas pelayanan yang berkualitas, maka memodifikasi lima dimensi pokok yang berkaitan dengan kualitas jasa, yaitu:

1. Wujud (tangibles), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkaan, personel, sarana komunikasi;

2. Kehandalan (realibility), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan; 3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu keinginan untuk memberikan

pelayanan tanggap;

4. Jaminan (assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh staf;

5. Empati (Emphaty), yaitu kemudahan dalam hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas suatu pelayanan publik harus mencakup antara lain yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Kondisional, Partisipatif, Tidak diskriminatif (kesamaan hak), dan kesinambungan hak dan kewajiaban.


(18)

4. Standar Pelayanan Publik

Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggara pelayanan dan acuan penilaian kualias pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur (Undang-Undang Nomor 25 pasal 1 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik).

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan harus meliputi:

1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal ini antara lain kesederhanan, yaitu kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi persyaratan pelayanan. 2. Waktu penyelesaian

Waktu yang ditetapkan sejak ditetapkan saat pengajuan permohonan sama dengan waktu penyelesaiaan pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan kepastian waktu dalam memberikan playanan yang sesuai dengan lamanya waktu layanan masing-masing.

3. Biaya pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian dalam proses pemberin pelanyanan, haruslah dengan pengenaan biaya yang secara wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

4. Produk layanan

Hasil layanan yang diterima harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian pelayanan yaitu hasil pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.

5. Sarana dan prasarana

Penyedia saraana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersedian perangkat penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, ruang tunggu, tempat beribadah, toilet, dan lain-lain. Serta adanya kemudahan dan kenyamanan dalam memperoleh suatu pelayanan.


(19)

6. Kompetensi petugas pemberian pelayaan

Kompetensi petugas memberi pelayanan harus ditetapkan dengan tetap berdasakan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan prilaku yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab petugas pelayanan seperti pengetahuan, kedisiplinan, kesopanan, dalam memberikan pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggara pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarkat melalui enam aspek penting standar pelayanan yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk layanan, sarana prasarana, kompetensi petugas pelayanan.

B.Tinjauan Pelayanan Prima 1. Pengertian Pelayanan Prima

Menurut Lukman (2001:4), pelayanan prima merupakan terjemahan “excellent service” yang secara harifah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan

yang baik. Adapun pengertian lain dari pelayanan prima dapat diartikan sebagai berikut:

a. Pelayanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting

b. Pelayanan prima adalah membuat rekan kerja merasa nyaman bersama kita c. Pelayanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, cepat dan tepat d. Pelayanan prima adalah mengutamakan pelanggan baru

e. Pelayanan prima adalah identitas baru

f. Pelayanan prima adalah pengetahuan dan layanan prima g. Pelayanan prima adalah etika dan sopan santun

h. Pelayanan prima adalah menangani kemarahan pelanggan dengan baik

Ruslan (1998:256) menjelaskan bahwa, pelayanan prima adalah kegiatan yang berkaitan dengan jasa pelayanan yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan dalam upaya untuk memberikan rasa kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan terhadap pelanggannya, sedangkan konsumen tersebut merasa dirinya


(20)

diperhatikan dengan baik dan wajar. Sedangkan menurut Barata (2004:27), pelayanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasan, agar mereka selalu loyal kepada perusahaan. Pelayanan untuk memuasakan pelanggan tidak harus dengan mengorbankan harga diri atau citra diri karena memberikan layanan bukan berdasarkan kepada ketaklukan satu pihak kepada pihak lain. Sebaliknya pelayanan dilakukan untuk mewujudkan manfaat dengan mengembangkan strategi pelayanan untuk suatu kemenanagan atau suatu keuntungan yang dapat diraih oleh semua pihak.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelayana prima adalah kegiatan yang berkaitan dengan jasa pelayanan yang baik dan dilaksanakan oleh penyelenggara dalam upaya untuk memberikan rasa kepuasan kepada pelanggan.

2. Standar Pelayanan Prima

Menurut Lukman (2001:13), implementasi pelayanan prima meliputi tiga aspek yang dikenal dengan triologi pelayanan prima yaitu:

1. Pelayanan prima dalam penampilan, meliputi kelengkaan atribut, dan kerapihan pakaian.

2. Prima dalam pengetahuan, meliputi pengetahuan dibidang tugas, pengetahuan dibidang manajemen mutu dan pengetahuan dibidang pelanggan.

3. Prima dalam pelayanan penyampaian, meliputi sopan santun dan cara berkomunikasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan berkaitan dengan pelayanan prima adalah: 1. Pelayanan prima baru ada apibila ada standar pelayanan

2. Pelayanan prima adalah pelayanan yang memuaskan pelanggan

3. Untuk instansi yang sudah memiliki standar pelayanan, maka pelayanan priama adalah pelayanan yang sesuai standarnya


(21)

4. Untuk instansi yang belum memiliki standar pelayanan prima adalah pelayanan yang dianggap baik oleh instansi yang bersangkutan tetapi harus dilanjutkan dengan menyusun standar pelayanan

Jadi, dapat disimpulakan standar pelayanan prima harus meliputi tiga aspek yaitu, pelayanan prima dalam penampilan, pelayanan prima dalam pengetahuan, pelayanan priama dalam penyampaian.

C.Tinjauan Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Menurut Wibowo (2010:7), kinerja berasal dari pengertian performance, yaitu sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Selain itu, menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2010:7), kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.

Sedangkan menurut Mahsun (2006:25), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.


(22)

Menurut Tika (2006:212), kinerja merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan sesorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu. Fungsi kegiatan atau pekerjaan yang disini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja menurut Tika (2006:12) terdiri dari:

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan;

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai, seperti: motivasi, kecakapan,presepsi peranan, dan sebagainya;

3. Pencapaian tujuan organisasi ; 4. Periode waktu tertentu.

Menurut Pasalong (2010:175), konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja oraganisasi keterkaitannya sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa terlepas dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja/tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan dalam periode tertentu.

2. Pengertian Kinerja Organisasi Publik

Sebagai organisasi publik, rumah sakit khususnya rumah sakit umum daerah memiliki tanggung jawab layanan kesehatan yang diperuntukan bagi masyarakat umum. Kinerja organisasi publik ini akan senantiasa diperhatikan oleh masyarakat luas, sehingga personil dari setiap organisasi publik yang ada perlu


(23)

untuk memperhatikan kualitas pelayanan yang mereka berikan untuk masyarakat. Organisasi publik harus memiliki kinerja layanan publik yang mempuni agar memiliki kepercayaan publik.

Menurut Mahsun (2006:1), organisasi sering dipahami sebagai sekelompok orang yang berkumpul dan bekerjasama dengan cara yang telah terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah ditetapkan bersama. Sedangakan menurut Mahmudi (2010:33) oraganisasi publik merupakan organisaisi birokrasi pemerintahan yang menerapakan kewenangan dan kekuasaan yang legal (formal) dengan adanya kualitas keahlian dalam pola struktur yang hirarkris.

Pasalong (2010:175), kinerja organisasi adalah sebagai totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi, sedangkan menurut Wibawa dalam Pasalong (2010:176), mengemukakan bahwa kinerja organiasasi adalah sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk keluhan yang ditetapkan dari kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa, kinerja organisasi publik adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi sebagai efektifitas secara menyeluruh berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai tujuan.

3. Pengukuran Kinerja

Kinerja organisasi publik butuh untuk diukur agar dapat dinilai kualitas layanan publik yang mereka berikan. Menurut Mahmudi (2010:12), pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan suatu organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik. Masyarakat akan menilai


(24)

kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas.

Selain itu Mahsun (2006:26) mengungkapkan bahwa, pengukuran kinerja merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dalam bukunya Mahsun (2006:34) mengungapkan bahwa pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efesien dan terjadi peningkatan kinerja. Hasil dari pengukuran kinerja akan memberi tahu kita apa yang telah terjadi, bukan mengapa hal itu terjadi atau apa yang harus dilakukan.

Menurut Wibowo (2010:230) Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi;

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan; 3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja;

4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu prioritas perhatian;

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas; 6. Mempertimbangkan pengguanaan sumber daya;

7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Selain itu, Sedarmayanti (2007:195) menjelaskan bahwa, pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan atau program. Kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Jadi sudah merupakan suatu hal yang mendesak untuk menciptakan sistem yang mampu untuk mengukur kinerja dan keberhasilan organisasi. Untuk dapat menjawab tingkat keberhasilan organisasi, maka seluruh aktifitas organisasi tidak semata-mata kepada input dari program organisasi, tetapi lebih ditekankan kepada output, proses, manfaat, dan dampak program organisasi.


(25)

Terlepas dari besar, jenis, sektor atau spesialisnya, menurut Sedarmayanti (2007:195) setiap organisasi biasanya cenderung untuk tertarik pada pengukuran kinerja aspek berikut ini:

1. Aspek finansial

Meliputi anggaran suatu organisasi, karena aspek finansial dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, aspek finansial merupakan aspek yang penting yang perlu diperhatian dalam pengukuran kinerja.

2. Kepuasan pelanggan

Dalam globalisasi perdaganagan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan pelanggan yang berkualitas, maka organisasi dituntut untuk terus menerus memberi pelayanan yang berkualitas. Untuk itu, pengukuran kinerja perlu didesain sehingga pimpinan dapat memperoleh informasi relevan atas tingkat kepuasan konsumen

3. Operasi bisnis internal

Informasi operasional bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan operasi sudah seirama untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti tercantum dalam rencana strategis. Informasi operasional bisnis internal diperlukan untuk melakukan perbaikan terus menerus atau efesien dan efektifitas operasional organisasi.

4. Kepuasan karyawan

Karyawan merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, apalagi dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi, peran strategis karyawan sangat nyata. Apabila karyawan tidak terkelola dengan baik, maka kehancuran organisasi sulit dicegah.

5. Kepuasan komunitas dan shareholder/stakeholder

Kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak yang menruh kepentingan terhadap keberadannya. Untuk itu informasi dari pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasi kepuasan dari para stakeholder.

6. Waktu

Ukuran waktu merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja. Kita sering membutuhkan informasi untuk mengambil keputusan, namun informasi tersebut lambat diterima, terkadang sudah tidak relevan/kadaluarsa.


(26)

Menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2010:246) ukuran kinerja dibagi menjadi tiga ukuran yaitu:

1. Ukuran individual

Ukuran kinerja bagi invidu berhubungan dengan akuntabilitas dalam kriteria kuantitas, kualitas, produktivitas, ketepatan waktu, dan efektifitas biaya.

2. Ukuran Tim

Ukuran kinerja tim dapat dihubungkan dengan output tim, proses tim, hubungan tim dengan pelanggan, standar kualitas, kecepatan responden atau waktu pengiriman, hasil keuanagan dan pengawasan biaya.

3. Ukuran Oragaisasional

Ukuran oraganisasi berhubungan dengan tingkat keberhasilan organiasasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi berkewajiban meningkatkan kualitas sumber daya manusianya baik berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, maupun pengembangan sifat dan prilaku produktifnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan organisasi.

Mitchell dalam Sedarmayanti (2009:51), menjelaskan bahwa terdapat lima aspek utama dalam penilaian kinerja yaitu:

1. Kualitas Kerja (quality of work)

Merupakuan jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. Untuk menentukan suatu kualitas kerja karyawan maka dapat diukur dengan hasil yang diperoleh, kesesuaian hasil kerja dengan tujuan organisasi, dan manfaat hasil kerja tersebut.

2. Ketepatan waktu (Promptness)

Ketepatan waktu sangat di utamakan dalam menjalankan usaha karena ini menyangkut kepercayaan konsumen. Ketepatan waktu dapat diukur dengan penataan rencana kegiatan, ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja, dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas.

3. Inisiatif (inisiative)

Inisiatif memiliki peran dalam menentukan aspek kinerja seseorang karyawan, dan karyawan yang memiliki inisiatif yang tinggi sangat dibutuhkan dan masuk sebagai aset sumber daya manusia perusahaan yang berharga. Inisiatif karyawan adalah memiliki ide atau gagasan dalam berorganisasi, inisiatif yang dilakukan karyawan untuk menyelesaikan masalah kerja yang dihadapi.

4. Kemampuan (capability)

Perusahaan dalam melakukan penerimaan karyawan tentunya mendalami terlebih dahulu hal lain yang dimiliki oleh karyawan seperti keterampilan, karena hal tersebut menunjang perusahaan degan dibantu


(27)

kemampuan karyawan. Keterampilan karyawan tersebut dapat diukur dengan kemampuan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti menggunakan alat, membuat laporan, bernegoisasi dengan konsumen dan lain-lain.

5. Komunikasi (communication)

Komunikasi bertujuan memperlancar kerja dan juga hubungan antar individu, komunikasi yang baik akan membuat karyawan merasa bahwa orang-orang dalam perusahaan adalah keluarganya sehingga membuatnya semakin nyaman. Dalam penilaian kerja, indikator komunikasi karyawan adalah komunikasi kepada pemimpin, sesama rekan kerja dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas.

Menurut Mahmudi (2010:14), pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian manajemen, baik organisasi publik maupun swasta. Namun karena sifat dan karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta, penekanan dan orientasi pengukuran kinerjanya pun terdapat perbedaan.

Adapun tujuan dilakukannya penilaian kinerja disektor publik menurut Mahmudi (2010:14) adalah:

1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi; 2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai; 3. Memperbaikai kinerja periode berikutnya;

4. Memberikan pertimbangan dan sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan punishment;

5. Memotivasi pegawai;

6. Menciptakan akuntabilitas publik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu cara untuk mengetahui atau menilai sejauah mana tujuan, sasaran atau program dari suatu organisasi bisa tercapai. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan suatu kinerja oragnisasi.


(28)

4. Indikator Kinerja

Menurut Mahmudi (2010:155), indikator kinerja merupakan sarana atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktifitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator kinerja bagi organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi manajer atau pihak luar untuk menilai kinerja organisasi.

Secara umum, indikator kinerja memiliki peran antara lain: a. Membantu memperbaiki praktik manajemen;

b. Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memberikan tanggungjawab secara eksplisit dan pemberian bukti atas suatu keberhasilan atau kegagalan;

c. Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan pengendalian;

d. Memberikan informasi yang esensial kepada menajemen sehingga memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja disemua level organisasi;

e. Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf.

Menurut sedarmayanti (2007:198), indikator kinerja adalah ukuran kuntitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari oraganisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemampuan dalam rangka dan/atau menuju tujuan dan sasaran yang t elah ditetapkan.

Sementara itu, menurut Mahsun (2006:71), indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance mensure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengkuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaia kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif.


(29)

Adapun beberapa indikator yang perlu digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik menurut Dwiyanto dalam Pasalong (2010:178), antara lain yaitu:

1. Produktivitas

Produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dan output. Konsep produktifitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produkvifitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan salah satu indikator kinerja yang penting. Sedangkan yang dimaksud produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional, adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

2. Kualitas Layanan

Kualitas layanan cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja birokrasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat dapat menjadi indikator untuk menilai kinerja birokrasi publik.

3. Responsivitas

Responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang tidak baik.


(30)

4. Responsibilitas

Responsibilitas yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan publik. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

Hersey, Blanchard, dan Jhonson dalam Wibowo (2010:102), menjelaskan bahwa terdapat tujuh indikator kinerja, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang individuau oraganisasi untuk dicapai. Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Dengan demikian tujuan menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan.

2. Standar

Standar mepunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu tujuan dapat diselesaiakan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai.

3. Umpan Balik

Umpan balik saling terkait antara tujuan dan standar. Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam pencapaian tujuan yang didefinisikan oleh standar. Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja,dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.


(31)

4. Alat atau sarana

Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanapa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan utama dalam kinerja. kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanyaa dengan baik.

6. Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motifasi keapada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapus tindakan yang mengakibatkan disintensif. 7. Peluang

Pegawai/karyawan perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya kekuranagan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersedian waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.

Menurut Kumorotomo dalam Pasalong (2010:180), beberapa indikator kinerja yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain yaitu:

1. Efisiensi

Efisiensi yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapat laba, memanfaatkan fator-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. 2. Efektifitas

Efektifitas yaitu apakah tujuan yang didirikan pelayanan pubik tersebut tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

3. Keadilan

Keadilan yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.

4. Daya Tanggap

Daya tanggap yaitu berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat yang mendesak.


(32)

Sedangkan menurut Nasucha dalam Pasolong (2010:180), adapula lima dasar yang bisa dijadikan indikator kinerja sektor publik, antara lain:

1. Pelayanan yang menunjukkan seberapa besar pelayanan yang diberikan. 2. Ekonomi, yang menunjukkan apakah biaya yang digunakan lebih murah

daripada yang direncanakan.

3. Efisien, yang menunjukkan perbandingan hasil yang dicapai dengan pengeluaran.

4. Efektifitas, yang menunjukkan perbandingan hasil yang seharusnya dengan hasil yang dicapai.

5. Equity, yang menunjukkan tingkat keadilan potensial dari kebijakan yang dihasilkan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk mengukur hasil suatu aktifitas, kegiatan, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri serta untuk menilai kinerja organisasi. Aktifitas dan kegiatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala bentuk dan upaya yang dilakukan oleh pihak RSUD Ahmad Yani dalam memperbaiki kinerja pelayanan publik. Jadi penelitian ini hendak mengkaji kinerja pelayanan publik di RSUD Ahamd Yani Kota Metro.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu kontrak multidimensional yang mencakup banayak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Mahmudi (2010:20) faktor –faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor personal/individual

Faktor ini meliputi pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

2. Faktor kepemimpinan

Dalam faktor ini meliputi kualitas dalam memberikan doronga, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer atau team leader;


(33)

3. Faktor tim

Faktor ini meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;

4. Faktor sistem

Meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi; 5. Faktor konstektual (situasioanal)

Pada faktor ini meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksterbal dan internal.

Selain itu, dalam Pasalong (2010:186), dikemukakan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu oraganisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan

Pada dasarnya kemampuan menurut Robbins dalam Pasalong (2010:186) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari dua segi, antara lain yaitu:

a. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental, dan

b. Kemampuan fisik, yaitu kemampuan untuk diperlukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilam. Kemampuan dalam suatu biadang hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang memiliki bakat dan kecerdasan (intelegensi) yang mencukupi. Sedangkan bakat biasanya dikembangkan dengan pemberian kesempatan pengembangan pengetahuan melalui tiga hal yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja.

2. Kemauan

Kemauan atau motivasi menurut Robbins dalam Pasolong (2010:186) adalah kesedian untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan atau memotivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh lingkungan fisik, yaitu setiap pegawai menghendaki lingkungan fisik yang baik untuk bekerja, lampu yang terang, ventilasi udara yang nyaman, sejuk, bebas dari gangguan suara berisik dan sebaiknya ada musik.

b. Pengaruh lingkungan sosial, yaitu sebagai makhluk sosial dalam melaksanakan pekerjaan tidak semata-mata hanya mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengaharapkan penghargaan oleh pegawai lain, pegawai lebih berbahagia apabila menerima dan membantu pegawai lain.


(34)

3. Energi

Energi menurut Jordan E. Ayan dalam Pasalong (2010:186) adalah pemercik api yang menyalakan jiwa. Tanpa adanya energi psikis dan fisik yang mencukupi, maka perbuatan kretif pegawai tersebut terhamabat.

4. Teknologi

Teknologi dapat dikatakan sebagai “tindakan yang dikerjakan oleh individu atau suatu objek dengan atau tanpa bantuan alat mekaniakal, untuk membuat beberapa perubahan terhadap suatu objek. Teknologi menurut Danise M. Rousseau dalam Gibson dalam Pasalong (2010:186-189), mengatakan bahwa teknologi adalah penerapan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan.

5. Kompensasi

Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa kinerja dan bermanfaat baginya.

6. Kejelasan tujuan

Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian kinerja, oleh karena itu pegawai tidak mengetahui dengan jelas tujuan pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan atau kurang efektif.

7. Keamanan

Keamanan pekerjaan menurut George Strauss dan Leonanard Sayles dalam Pasalong (2010:186) adalah sebuah kebutuhan manusia yang fundamental, karen apada umumnya orang menyatakan lebih penting keamanan pekerjaan dari pada gaji atau kenaikan pangkat.

Soesilo dalam Tangkilisan (2007:180), mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrsi dimasa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor antar lain:

a. Struktur organisasi, sebagi hubungan internasional yang berkaitan dengan fungsi menjalankan aktifitas organisasi.

b. Kebijakan peneglolan, berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan


(35)

Sedangkan Atmosoeprapto dalam Tangkilisan (2007:181), menjelaskan bahwa kinerja suatu organisasi suatu oraganisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi:

1. Faktor eksternal yang terdiri dari:

a. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuatan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi berkarya secara maksimal.

b. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang besar.

c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang ditengah masyarakat yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

2. Faktor internal yang terdiri dari:

a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

b. Struktur organisasi, sebagai hasil disain antara fungsi yang akan dilaksanakan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. c. Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelola anggota

organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan. d. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam

pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam kinerja suatu organisasi dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti antara lain:

1. Sumber daya manusia 2. Struktur organisasi 3. Sarana dan Prasarana 4. Faktor kepemimpinan 5. Budaya Organisasi


(36)

D.Kerangka Pikir

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik merupakan bentuk dari kerja pemerintah sebagai abdi negara yang bekerja untuk rakyat. Pada dasarnya kerja-kerja tersebut adalah kerja maksimal yang mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.

Pelayanan publik yang ditujukan kepada masyarakat umum menuntut adanya kinerja maksimal pemerintah sebagai abdi rakyat. Kinerja baik akan memberikan kepuasan kepada masyarakat, sedangkan kinerja buruk akan membuat masyarakat menilai pemerintah tidak optimal dalam menjalankan fungsinya. Pemerintah sesuai dengan perannya sebagai abdi negara harus memberikan pelayanan publik yang masksimal agar memunculkan kepercayaan publik. Selain itu juga untuk menciptakan stabilitas pembangunan melalui kinerja layanan publik.

Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pemerintah melalui instansi-instansi penyedia layanan publik bertanggung jawab memberikan layanan yang prima kepada masyarakat. Era otonomi daerah mengamanahkan kepada pemerintah daerah untuk bekerja maksimal dalam pembangunan daerahnya berdasarkan kekhasan daerah masing- masing. Aspek


(37)

kesehatan merupakan aspek yang ditangani secara mandiri oleh daerah. Adanya kebebasan mengatur urusan rumah tangga derah masing-masing telah memberi ruang bagi daerah melalui instansi pemerintahan setempat untuk menyesuaikan sendiri antara kebutuhan dengan kondisi daerah.

Salah satu bentuk kinerja pelayanan publik yang masuk dalam agenda otonomi daerah adalah layanan kesehatan. RSUD Ahmad Yani meruapakan salah satu instansi pemerintah yang berkewajiban memberi layanan kesehatan kepada masyarakat. Otonomi daerah telah memberi kewenangan bagi RSUD Ahmad Yani untuk mengubah sistem layanan menjadi sistem badan layanan umum daerah (BLUD). Penerapan BLUD ini secara langsung berimbas pada sistem pengelolaan rumah sakit. BLUD memberi kesemapatan pada RSUD Ahmad Yani untuk mengatur sendiri masalah keuangan rumah sakit, kepegawaian serta pelayanan publik.

Penelitian ini hendak menganalisis kinerja pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Kinerja pelayanan publik akan dianalisis berdasarkan beberapa indikator yaitu kualitas layanan kesehatan, responsibilitas dan akuntabilitas. Ketiga indikator kinerja ini merupakan indikator kinerja yang baik. Penelitian ini juga hendak mencari tahu kendala yang muncul dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik, untuk itu digunakan aspek faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik agar dapat dianalisis tentang faktor apa yang menjadi kendala dalam memaksimalkan pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani Kota Metro.


(38)

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Secara sederhana, penelitian ini mempunyai alur penelitian sebagai berikut:

* Garis putus menandakan bahwa analisis kendala

pelayanan publik dilakukan apabila hasil analisis kinerja

RSUD Ahmad Yani tidak memenuhi indikator kinerja yang baik Analisis Kinerja Pelayanan Publik di

RSUD Ahmad Yani Kota Metro

Analisis Kendala Pelayanan Publik 1. Indikator Kualitas Layanan

2. Indikator Responsibilitas 3. Indikator Akuntabilitas

Pelayanan publik di Ruang Anak RSUD Ahmad Yani Kota Metro belum optimal dan memiliki berbagai kekurangan:

1. Jumlah dokter spesialis masih jauh dari angka ideal 2. Terbatasnya fasilitas layanan kesehatan

3. Kondisi gedung yang yang sudah tua

Kinerja RSUD Ahmad Yani memenuhi indikator

kinerja yang baik

Kinerja RSUD Ahmad Yani tidak memenuhi indikator


(39)

I. II.

III.METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, jenis ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2007:4).

Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Sedangakan Jane Richie dalam Moleong (2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa, penelitian kualitatif berusaha melihat, mengetahui, serta menggambarkan fenomena tertentu terhadap masyarakat berdasarkan apa adanya, sesuai dengan kenyataan yang terjadi.


(40)

Kaitan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan dan menggambarkan mengenai fenomena yang berkaitan dengan kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Kota Metro.

B.Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2007:93), dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan batasan ini peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang relevan dan data yang tidak relevan. Untuk dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.

Berdasarkan pemaparan diatas maka fokus yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik menurut Dwiyanto dalam Pasolong (2010:178) adalah: 1. Analisis Kinerja Pelayanan Publik

Kinerja pelayanan publik dinilai baik apabila memenuhi beberapa indikator antara lain:

a. Indikator Kualitas Layanan adalah indikator yang menilai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini menilai sejauh mana RSUD Ahmad Yani Kota Metro merespon kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam penelitian ini kebutuhan yang dimakasud adalah segala sesuatu yang diinginkan masyarakat baik itu berupa sarana


(41)

maupun prasarana (ruangan yang bersih, baik, dan nyaman serta sumber daya manusia yang memadai).

b. Indikator Responsibilitas adalah indikator yang melihat kesesuaian pelaksanaan pelayanan publik dengan prinsip-prinsip administrasi yang telah ditetapkan. Indikator ini berhubungan dengan fakta pelayanan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi publik yang telah ditetapkan.

c. Indikator Akuntabilitas melihat sejauh mana tanggung jawab Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro kepada masyarakat sebagai penyedia layanan jasa dibidang kesehatan. Indikator ini melihat bagaimana tatacara pihak RSUD Ahmad Yani Kota Metro memperlakukan masyarakat khususnya tatacara dokter dan perawat dalam melayani pasien di ruang anak unit rawat inap.

2. Kendala Pelayanan Publik

Kendala pelayanan publik adalah hal-hal yang menjadi hambatan dalam penyelenggaraan layanan publik, khususnya di layanan Unit Rawat Inap ruang anak kelas III RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Kendala pelayanan publik ini akan di analisis dengan melihat kualitas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik.

C.Lokasi Penelitian

Menurut Moleong (2007:128), lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan lokasi


(42)

penelitian, cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan. Selain di perlu pertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian seperti, keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya serta tenaga.

Dengan mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian, maka lokasi penelitian dan unit analisis dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja

(purposive) yang akan dilakukan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. RSUD Ahmad Yani Kota Metro merupakan salah satu rumah sakit yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bertipe B yang memiliki jumlah tempat tidur rawat inap yang cukup banyak sehingga memungkinkan untuk memberikan kinerja pelayanan yang optimal.

2. Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro ditemukan masalah terkait dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh RSUD Ahmad Yani Kota Metro sebagai BLUD, diantaranya sarana prasarana untuk menunjang peningkatan pelayanan masih perlu dibenahi serta kurangnya jumlah petugas medis terutama dokter spesialis dalam melayani masyarakat (pasien).

D.Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Menurut Nawawi dan Martini (2006:98), data merupakan bentuk tanggapan, pendapat, kenyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah penelitian.


(43)

Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu : a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh melalui wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti terdahulu. Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa surat-surat keputusan, data statistik, catatan-catatan, arsip-arsip, laporan kegiatan, foto-foto, dan dokumen-dokumen lainnya tentang kinerja pelayanan khususnya di RSUD Ahmad Yani.

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan masalah dan fokus penelitian.


(44)

Sumber-sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Informan

Informan yang diwawancarai yaitu informan yang terkait dalam kinerja pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro. Mulai dari pihak penyedia layanan, serta masyarakat selaku penerima layanan yang merasakan kinerja pelayanan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro. Dalam penelitian ini informan yang di wawancara adalah aktor-aktor yang terlibat dalam memberikan pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani, yakni:

Tabel 1.

Tabel Informan Wawancara

No. Nama Informan Jabatan/keterangan

1 Dr. Chandra Pandiangan Wadir Pelayanan

2. Ns. Vera Susanti, S.Kep Kepala ruang anak

3. Bapak Saminim Masyarakat

4. Bapak Amin Masyarakat

5. Bapak Tugi Masyarakat

6. Bapak Agusti Masyarakat

7. Bapak Sukiran Masyarakat

8. Ibu Sari Masyarakat

9. Ibu Sopiyah Masyarakat

10. Ibu Siti Masyarakat

(Sumber : Data diolah peneliti tahun 2013)

2. Dokumen-Dokumen

Dokumen-dokumen yang digunakan merupakan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, yang di dapat dari berbagai sumber meliputi: peraturan-peraturan daerah, surat-surat keputusan, catatan-catatan, arsip-arsip, foto dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kinerja


(45)

pelayanan RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Adapun dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain yaitu :

Tabel 2.

Daftar Dokumen Yang Berkaitan Dengan Penelitian

No. Dokumen Substansi

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010

Dokumen yang berisi tentang disiplin pegawai negeri sipil

2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003

Dokumen tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik 3. Profil Rumah Sakit Umum Daerah

Ahmad Yani Tahun 2011

Dokumen yang berisi tentang Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani 4. Standar Oprasional Prosedur Pelayanan

Keperwatan Tahun 2009

Dokumen yang berisi tentang pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Dokumen yang berisi tentang pelayanan publik yang baik dan benar.

(Sumber : Data diolah peneliti tahun 2013)

E.Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (indepht interview)

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarainya. Dalam mengumpulkan data melalui wawancara ini, peneliti menggunakan teknik snowball sampling yaitu bentuk sampling

nonprobabilitas, dimana pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel (Hasan, 2002:68).

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan


(46)

triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitian teknik dokumentasi juga berguna untuk melengkapi kekurangan yang diperoleh dari data primer.

3. Observasi

Data observasi merupakan deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Teknik ini digunakan jika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu besar. Dengan demikian teknik ini digunakan untuk merekam data-data primer berupa peristiwa atau siatuasi sosial tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secar langsung melihat kedaerah penelitian yaitu pada Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro. Adapun instrumen yang digunakan adalah catatan-catatan lapangan dan kamera foto.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian digunakan untuk membantu pengumpulan data, antara lain:

1. Peneliti sendiri, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang terjadi di tempat penelitian dengan menggunakan alat panca indra. Menurut Moleong (2007:163), ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.


(47)

2. Perangkat penunjang lainnya, seperti pedoman wawancara (interview guide) yang bersifat terbuka (tidak rinci), pedoman dokumenter, pedoman observasi dan menggunakan alat bantu lainnya (buku catatan, ballpoint, pensil, Handphone, dan lain-lain).

G.Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007:248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorgani-sasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2006:277), teknik analisis data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi data (Data Reduction)

Yaitu suatu proses sebagai pemilihan, pemisahan, penyederhanaan, merangkum, pengabsrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dalam penelitian ini, data yang berkaitan dengan kinerja pelayanan yang diperoleh di RSUD Ahmad Yani Kota Metro kemudian dituangkan dalam uraian atau laporan lengkap dan terperinci. Lapaoran tersebut akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama


(1)

I. II. III. IV.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian tentang kinerja pelayanan RSUD Ahmad Yani Metro pada layanan unit rawat inap ruang anak kelas III tahun 2011-2012 yaitu:

A.Kinerja pelayanan publik di RSUD Ahmad Yani Kota Metro berdasarkan indikator kualitas layanan kesehatan, akuntabilitas dan responsibilitas:

1. Indikator kualitas layanan

Kualitas layanan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari kualitas layanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit namun kualitas pelayanan rumah sakit ini kurang maksimal dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya, hal ini disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana seperti peralatan medis (inkubator, CT scan, monitor patient, bed patient), kipas angin dan ruangan pasien.

2. Indikator responsibilitas

Responsibilitas di RSUD Ahmad Yani Kota Metro sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari prosedur pelayanan. Prosedur dan syarat administrasi di RSUD Ahmad Yani berbeda-beda sesuai dengan


(2)

103

aturan yang berlaku. Namun, semua pelaksanaan kegiatan di RSUD Ahmad Yani berjalan dengan lancar dan tertib. Hal ini dikarenakan RSUD Ahmad Yani telah menerapkan prinsip keterbukaan dalam hal proses administrasi. Untuk memenuhi Prosedur dan syarat administrasi, RSUD Ahmad Yani memberikan informasi secara terbuka kepada masyarakat melalui papan informasi dalam mempermudah proses administrasi. Papan informasi ini berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang menggunakan program askes maupun secara umum.

3. Indikator akuntabilitas

Akuntabilitas RSUD Ahmad Yani Kota Metro sudah baik karena pihak rumah sakit secara moral memiliki tingkat pertanggungjawaban yang tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasiennya, sehingga jika terjadi kekurangan alat-alat medis maka pihak rumah sakit akan merujuk ke rumah sakit provinsi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasien.

B.Kendala yang dihadapai oleh pihak RSUD Ahmad Yani Kota Metro dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah:

1. Keterbatasan sumber daya manusia seperti dokter spesialis paru-paru, spesialis tulang, dan spesialis anak yang dimiliki oleh rumah sakit sehingga mengalami keterbatasan dalam hal pelayanan kepada masyarakat, selain itu keterbatasan akan sarana dan


(3)

prasarana alat-alat medis yang lengkap dan modern dapat menyebabkan lambatnya penanganan kesehatan kepada pasien. 2. RSUD Ahmad Yani mengalami keterbatsan sumber keuangan.

Keterbatasan sumber keuangan rumah sakit ini yang disebabkan oleh keterbatasan bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik dalam penganggaran pada APBN maupun APBD. Walaupun RSUD Ahmad Yani BLUD dan diijinkan mengelola keuangannya sendiri namun masih membutuhkan bantuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran berdasarkan penelitian tentang kinerja pelayanan kesehatan di Lingkungan Unit Rawat Inap RSUD Ahmad Yani Kota Metro yaitu:

A. Indikator kualitas layanan

RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus menambah dokter spesialis guna meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat percaya bahwa RSUD Ahmad Yani merupakan penyedia pelayanan kesehatan yang baik dan profesional sehingga masyarakat tidak perlu lagi keluar kota hanya untuk mmemeriksakan kesehatannya di rumah sakit yang berkualitas karena RSUD Ahmad Yani sudah memenuhi tenaga medis yang profesional dan berkualitas. Serta RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus meningkatkan sarana dan prasarana penunjang


(4)

105

kesehatan seperti kipas angin, tempat tidur, ruangan pasien dan alat-alat medis.

B. Indikator responsibilitas

Untuk memenuhi prosedur pendafataran dan syarat administrasi, RSUD Ahmad Yani memberikan informasi secara terbuka kepada masyarakat melalui papan informasi dalam mempermudah proses administrasi. Sehingga semua pelaksanaan kegiatan di RSUD Ahmad Yani berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itu RSUD Ahmad Yani harus mempertahankan prinsip keterbukaan dalam hal prosedur administrasi pendaftaran pasien.

C. Indikator akuntabilitas

RSUD Ahmad Yani harus meningkatkan jumlah sumber daya manusia (dokter spesialis). Walaupun RSUD Ahmad Yani sudah merekrut dokter dengan sistem kontrak namun masih belum cukup memadai, karena seharusnya RSUD Ahmad Yani memiliki tiga dokter setiap bidang penyakit. Namun realitanya setiap bidang penyakit rata-rata hanya memiliki dua dokter yaitu dokter umum dan dokter spesialis. Selain itu, RSUD Ahmad Yani Kota Metro juga harus meningkatkan sarana prasarana penunjang medis dalam hal alat-alat medis sehingga pasien tidak perlu dirujuk ke rumah sakit pusat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasien.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku:

Batinggi, Achmad. 2004. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta. Universitas Terbuka.

Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinnya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Lukman, Samparan. 2001. Pelayanan Prima. Lembaga Admnistrasi.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE. Mangkungara, A.P. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama. Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi dan Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pasalong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung. Alfabeta.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi, dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT Refika Aditama.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Bandung. PT Mandar Maju.

Sinambela, L.P, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta. Bumi Aksara.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Supranto. 1997. Pengkuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta. Rineka Cipta. Tangkilisan, H.N. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.

Tika, Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta Bumi Aksara.

Utoyo, Bambang. 2004. Buku Ajar Manajemen Pelayanan Publik. Bandar Lampung. FISIP Universitas Lampung.

Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

B. Sumber Data Hukum:

Data Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum Penyelenggara Pelayanan Publik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

C. Sumber Data Website:

http://lampung.tribunnews.com/2011/09/13/wali-kota-diminta-mengevaluasi-manajemen-rsud-a-yani, diakses pada tanggal 14 September 2011.

http://www.rakyatlampung.co.id/new/kotamadya/metro/665-rsuday-harus-melakukan-pembenahan.html, diakses pada 14 September 2011.