ZAZAN AHMAD FAUZIi.pdf

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SRIKAYANGAN SENTOLO KULON PROGO SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Zazan Ahmad Fauzi NIM. 06108248373 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2011

MOTTO

Segala sesuatu yang dilakukan dengan keikhlasan dan penuh ketekunan niscaya Allah SWT akan memberikan hasil yang memuaskan dan itu adalah bukti kebesaran-Nya (Penulis).

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk kedua orang tua yang selalu mendukungku, almamater, dan negara.

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SRIKAYANGAN SENTOLO KULON PROGO

Oleh Zazan Ahmad Fauzi 06108248373

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Srikayangan yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo. Pelaksanaan tindakan terdiri atas dua siklus dan setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Pada setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan metode observasi dan tes. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif kualitatif maupun deskriptif kuantitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah >75% dari jumlah siswa memperoleh nilai > 65.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Nilai rata- rata siswa sebelum dikenai tindakan adalah 55,7 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 13 siswa (41,9%). Pada saat dikenai tindakan pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 68,3 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 17 siswa (54,8%) dan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 12,9% . Kemudian setelah dikenai tindakan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 76,5 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 25 siswa (80,6%) dan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 25,8% dari siklus I.

Kata kunci: prestasi belajar, mata pelajaran ips, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik dan lancar.

Dalam proses pengumpulan data ataupun penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Srikayangan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo” ini banyak kalangan yang membantu, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan segala fasilitas dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah merelakan waktunya dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, terima kasih atas waktu dan sarannya yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Kepala Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sudaryanti, M.Pd. selaku dosen pembimbing, terima kasih atas waktu, tenaga, serta pikiran yang diberikan untuk membimbing penulis, terima kasih

6. pula untuk perhatian dan kesabaran yang diberikan penuh selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a yang

tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku penasehat akademik yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan kepada penulis.

9. Kepala SD Negeri Srikayangan, yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan penelitian.

10. Ibu Tumini, S.Pd.SD.dan seluruh siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, terima kasih atas kerja samanya dalam melakukan penelitian.

11. Teman-teman dan semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Harapan penulis semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya nanti.

Yogyakarta, November 2010 Penulis,

Zazan Ahmad Fauzi

Daftar Tabel

Tabel 1. Tabel Hasil Ujian Tengah Semester Tahun Ajaran 2010/2011..... 33 Tabel 2. Tabel Hasil Evaluasi Siklus I......................................................... 38 Tabel 3. Tabel Hasil Evaluasi Siklus II........................................................ 45 Tabel 4. Tabel Perbandingan Prestasi Belajar Siswa................................... 45

Daftar Gambar

Gambar 1. Gambar Struktur Jigsaw............................................................ 17 Gambar 2. Gambar Siklus PTK................................................................... 26 Gambar 3. Diagram Perbandingan Rata-Rata Siswa................................... 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang mendasar bagi pembangunan bangsa. Dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah, yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Perencanaan kegiatan pembelajaran dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada kurikulum yang ada. Kurikulum secara bertahap dan berkelanjutan disempurnakan guna meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada Sistem Pendidikan Nasional (Sugeng Widadi, 2009: 1).

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh kinerja pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan akan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional ( Undang-undang No.20 Tahun 2003), dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

Konsep undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat di masa mendatang. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas: 2004).

Melalui pembelajaran IPS, siswa diperkenalkan tentang masalah- masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan memperoleh bahan dan informasi tentang berbagai peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang terjadi di lingkungan, sehingga siswa dapat mensistematisasikan bahan dan informasi, serta kemampuan yang telah dimiliki agar lebih bermakna. Selanjutnya siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi kehidupan sosial dengan berbagai tantangannya dan diharapkan dapat bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Kemudian pada akhirnya siswa akan dapat mempertinggi rasa Melalui pembelajaran IPS, siswa diperkenalkan tentang masalah- masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan memperoleh bahan dan informasi tentang berbagai peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang terjadi di lingkungan, sehingga siswa dapat mensistematisasikan bahan dan informasi, serta kemampuan yang telah dimiliki agar lebih bermakna. Selanjutnya siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi kehidupan sosial dengan berbagai tantangannya dan diharapkan dapat bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Kemudian pada akhirnya siswa akan dapat mempertinggi rasa

Namun realita yang ada saat ini banyak masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan diantaranya adalah lemahnya proses pembelajaran. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional. Metode konvensional tentu akan menjadikan peserta didik dalam keadaan pasif. Keadaan pasif akan mematikan kreativitas untuk berfikir dan bertindak sehingga materi yang disampaikan sebatas sebuah infus yang mengalir tanpa tahu yang diinfuskan, bahkan dapat menjadikan peserta didik salah konsep karena peserta didik tidak ikut berperan dalam menemukan konsep itu (Sugeng Widadi, 2009: 4).

Metode konvensional dalam praksisnya adalah sebuah metode yang memposisikan guru sebagai center atau pusat dari kegiatan pembelajaran. Guru mendominasi semua kegiatan yang ada dan menjadikan peserta didik tidak dapat memerankan posisinya sebagai peserta didik yang seutuhnya dan hanya sebagai objek yang selalu diberi injeksi.

Selain itu metode konvensional yang dilakukan secara monoton menjadikan peserta didik kurang berminat dalam mengikuti pelajaran karena peserta didik merasa bosan hanya diam menerima pelajaran. Kebosanan akan berdampak pada kurangnya penyerapan materi yang disampaikan sehingga akan berakibat pada rendahnya hasil belajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, siswa selain diberikan pengetahuan, seharusnya juga dilatih untuk dapat berperilaku sosial. Berperilaku sosial yang dimaksud adalah dapat berinteraksi dengan orang lain Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, siswa selain diberikan pengetahuan, seharusnya juga dilatih untuk dapat berperilaku sosial. Berperilaku sosial yang dimaksud adalah dapat berinteraksi dengan orang lain

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SD Negeri Srikayangan, Pembelajaran yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang ada di SD yang lainnya yaitu masih berpusat pada guru dan belum memanfaatkan alat peraga secara optimal. Peserta didik masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran bahkan ada yang asyik bermain sendiri. Guru juga belum pernah menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran.

Ditinjau dari prestasi belajarnya, prestasi belajar IPS di kelas V SD Negeri Srikayangan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS) karena rata-ratanya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65.

Metode pembelajaran yang paling cocok diterapkan di kelas V SD negeri Srikayangan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Arends, 2001). Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menjadikan siswa aktif dan saling berinteraksi. Karena dalam Metode pembelajaran yang paling cocok diterapkan di kelas V SD negeri Srikayangan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Arends, 2001). Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menjadikan siswa aktif dan saling berinteraksi. Karena dalam

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan di atas dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Srikayangan adalah:

1. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered)

2. Peserta didik dalam proses pembelajaran masih pasif sebagai penerima informasi dan belum mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang mereka pelajari.

3. Peserta didik lebih senang bermain sendiri daripada mengikuti pelajaran.

4. Prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan masih di bawah KKM.

5. Penggunaan alat peraga oleh guru belum optimal.

6. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan masalah

Karena keterbatasan waktu dan biaya dari peneliti maka penelitian ini dibatasi pada masalah peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan yang masih di bawah KKM dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Peserta Didik

a. Bertambahnya minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran IPS.

b. Dapat meningkatkan prestasi belajar IPS Siswa SD Negeri Srikayangan.

2. Bagi Guru

a. Memberikan tambahan pengetahuan kepada guru SD Negeri Srikayangan tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

b. Membangkitkan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan masukan pada pihak sekolah dalam upaya peningkataan profesionalisme pembelajaran.

b. Memberikan masukan pada pihak sekolah dalam mengembangkan kebijakan serta pengembangan hasil belajar secara umum.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti tentang pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

b. Membantu peneliti lebih profesional memecahkan masalah dalam dunia penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Menurut Cronbach (Yatim Riyanto, 2009: 5) belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu dengan menggunakan panca indera. Dengan demikian, belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimidasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti petunjuk belajar.

Menurut Aunurrahman (2009: 35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Oemar Hamalik (2008:154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Sedangkan Winkel (Yatim Riyanto, 2009: 5) mendefinisikan belajar sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman, sehingga, belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. Artinya bahwa dalam proses belajar, seseorang akan menghubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dengan pengetahuan yang baru (Yatim Riyanto, 2009: 6)

Menurut Soejanto (Sardiman, 1992: 23) belajar adalah segenap rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan yang menyangkut banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan, sehingga perubahan tersebut dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian dalam memperoleh perubahan tersebut, seseorang akan menggunakan berbagai usaha dalam berbagai kegiatan hingga terjadi perubahan yang relatif lama atau tetap.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau pengalaman baik fisik maupun mental seseorang yang secara sadar dialami dan terlibat langsung di dalamnya, sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, perilaku, keterampilan, dan kepribadian yang bersifat permanen.

b. Pembelajaran

Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2006: 61) merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, sehingga pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2006: 61) merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, sehingga pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang

Pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2006: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran subset khusus dari pendidikan. Dari pengelolaan lingkungan tersebut kemudian akan tercipta suatu kegiatan yang terprogram, sehingga Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut Aunurrahman (2009: 34) pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat inernal. Dalam pelaksanaannya, menurut Aunurrahman (2009:

34) pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan, dan siswa yang belum memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pribadi 34) pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan, dan siswa yang belum memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pribadi

2. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

a. Pengertian IPS

IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial, sosiologi, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif, terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi segala masalah yang terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003: 2) bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kulturaL, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003: 2) bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kulturaL, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 125), menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, yang berkaitan dengan isu sosial.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa mata pelajaran IPS adalah salah satu jenis mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 125), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS masuk dalam rumpun pengetahuan, meliputi:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Memahami tujuan yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara prinsip tujuan dalam pembelajaran IPS adalah mengenal konsep-konsep yang ada dalam masyarakat, mengembangkan kemampuan berpikir, pemecdahan masalah, keterampilan, dan mengembangkan komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, serta memoliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat.

3. Pembelajaran kooperatif

Metode belajar yang sudah banyak digunakan sebagai suatu metode pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif mempunyai dua aspek yang menarik, yaitu:

a. Memungkinkan lingkungan yang kompetitif yang mendidik yang memacu peserta didik untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar bekerja sama,

b. Mengindikasikan tentang saran bahwa belajar kooperatif bila diimplementasikan secara umum mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi secara positif pada kemampuan akademik, keterampilan sosial, dan self esteem (kepercayaan diri).

Ada beberapa bentuk belajar kooperatif yang dikembangkan, antara lain: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Group Turnament ), Jigsaw, TAI (Team-Assisted Individuallization), GI (Group Investigation ), LT (Learning Together), Coop-coop (Slavin, 1985: 7-8).

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang memiliki ciri adanya kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Tiap-tiap peserta didik ikut andil dalam menyumbang pencapaian tujuan tersebut.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, karena mereka secara bersama-sama memecahkannya dalam kelompok. Selain hal itu, model pembelajaran kooperatif sangat berguna membantu peserta didik dalam menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.

Lingkungan belajar yang diciptakan oleh model ini menunjukkan adanya proses demokrasi dan peran aktif peserta didik dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, tetapi peserta didik tetap diberi kebebasan dalam mengendalikan proses penemuan konsep/materi yang dimaksud dalam kelompoknya.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama teman dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001).

Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan metode Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan metode

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2004).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian para peserta didik itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari Pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli menurut Arends (Akhmad Sudrajat, 2008) digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar 1. Gambar struktur jigsaw (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-

learning-teknik-jigsaw)

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/angkatan.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman (skemata) peserta didik dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman (skemata) peserta didik dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut

Lie (2004: 69-70) membagi tahapan-tahapan metode jigsaw sebagai berikut :

a. Guru membagi bahan pelajaran menjadi empat bagian.

b. Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang akan dibahas.

c. Peserta didik dibagi dalam kelompok berempat.

d. Bahan pelajaran bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua, dst.

e. Peserta didik diminta membaca/mengerjakan bagiannya masing-masing.

f. Peserta didik saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, peserta didik dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

g. Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang belum terbaca kepada masing-masing peserta didik.

h. Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan satu dengan seluruh/kelas.

i. Variasi: jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, peserta didik dapat membentuk kelompok ahli. Peserta didik berkumpul dengan peserta didik lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

Tahapan pembelajaran jigsaw menurut Slavin (1985: 124) adalah sebagai berikut:

a. Membaca Peserta didik mendapat topik ahli, yaitu topik yang menjadi fokus masing-masing peserta didik dimana tiap-tiap peserta didik dalam satu kelompok mendapatkan topik yang berbeda.

b. Diskusi kelompok ahli Peserta didik dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.

c. Laporan Kelompok Para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan teman kelompok mereka mengenai topik ahli.

d. Tes Peserta didik mengerjakan kuis/soal secara individu dimana soal tersebut mencakup seluruh topik yang telah dipelajari dan didiskusikan.

e. Penghargaan kelompok

Masing-masing kelompok mendapatkan skor. Kelompok dengan skor tertinggi berhak mendapatkan penghargaan.

Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pembelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum ( Isjoni, 1999: 77-83 ).

5. Pengertian Prestasi Belajar

Ada beberapa pendapat tentang prestasi belajar. Saifudin Azwar (1998: 45) mendefinisikan “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya secara optimal”. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui penilaian dan pengukuaran.

Berkaitan prestasi belajar sebagai prestasi pada siswa menurut Slameto (2003: 111) bahwa tes sebagai prosedur yang sistematis untuk mengobservasi dan mendiskripsikan perilaku seseorang dengan bantuan suatu skala numerik atau suatu sistem kategori. Jadi tes sebagai alat ukur untuk menentukan prestasi belajar siswa.

Selain pendapat yang ditegaskan di atas Sudarto (1994: 23) mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah merupakan hasil belajar yang dicapai oleh

siswa pada saat dilaksanakan evaluasi, dan evaluasi ini diwujudkan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa atas berbagai hal yang pernah diajarkan, dilatihkan, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.

Saifudin Azwar (1998: 8) Mendefinisikan tes prestasi belajar adalah berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal sobjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Pendapat tersebut menegaskan bahwa prestasi belajar pada hakikatnya merupakan tes yang disusun secara terencana yang digunakan untuk mengukur kemampuan subjek di lingkungan pendidikan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan kemampuan aktual yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes. Hasil dari tes dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

6. Karakteristik Siswa SD

Jean Piaget (Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2007: 115), perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

a. Sensorimotor (0-2 tahun) Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (indranya) dan tindakan-

tindakannnya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek-objek secara permanen. Artinya anak belum dapat tindakannnya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek-objek secara permanen. Artinya anak belum dapat

b. Praoperasional (2-7 tahun) Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memahami objek- objek sacara sempurnan. Artinya, anak sudah mempunyai kesadaran akan ekstensi suatu benda yang ada atau biasa ada walaupun benda tersebut sudah tidak dilihat atau didengarnya.

c. Operasional konkret (7-11 tahun) Dalam tahap ini anak sudah mulai melakukan operasi, mulai dapat berpikir rasional. Namun demikian, kemampuan berpikir intuitifnya seperti pada masa praoperasional tidak hilang sampai anak memasuki masa remaja. Pada periode ini seorang anak mulai memperoleh tambahan kemampuan yang disebut satuan langkah berfikir yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri sehingga ia mampu mengambil keputusan secara logis. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada pengalaman perorangan yang bersifat konkret dan bukan operasi formal.

d. Formal operasi (11-15 tahun) Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi kongkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan secara simultan ataupun secara berurutan penggunaan kapasitas atau kemampuan kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan prinsip-prinsip abstrak.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif di atas, siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional konkret sehingga agar pembelajaran dapat berlangsung maksimal diperlukan media kongkrit. Penggunaan media sangat penting kehadirannya dalam pelajaran.

B. Kerangka Pikir

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas V SD Negeri Srikayangan yaitu penggunaan metode konvensional yang berdampak siswa menjadi pasif, sehingga prestasi belajar IPS menjadi rendah. Padahal pembelajaran IPS yang benar adalah pembelajaran yang menjadikan kondisi siswa aktif dan dapat menumbuhkan perilaku sosial, Oleh karena itu metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok diterapkan di kelas V SD

Negeri Srikayangan. Karena dalam pelaksanaannya metode ini mendorong siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam menguasai materi. Unsur aktif dan perilaku sosial terkandung di dalamnya. Setelah kedua unsur tersebut terpenuhi, maka prestasi belajar IPS kelas V SD Negeri Srikayangan akan meningkat.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri Srikayangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut S. Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian.

Adapun desain penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas. Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain sebagai berikut:

1. Inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.

3. Peningkatan profesionalisme pendidikan. Kasihani Kasbolah (1998:112), Menyatakan empat model penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:

1. Model Ebbut (1985).

2. Model Kemmis dan Mc Taggart (1988).

3. Model Elliot (1991).

4. Model Mc Kernan. Selanjutnya menurut buku “ Penelitian Tindakan” (action research) (1999:19), bahwa model penelitian tindakan ada lima macam, yaitu:

1. Model Kurt Lewin.

2. Model Kemmis dan Mc Taggart.

3. Model Dave Ebbut.

4. Model John Elliot.

5. Model Hopkins. Dari beberapa model tersebut, peneliti menggunakan model Kemmis dan MC Taggart, karena mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dengan optimal. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16-19), bahwa model Kemmis dan Mc

Taggart terdiri dari empat tahap rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama dalam setiap siklus antara lain: perancanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

IGAK Wardhani (2007: 14), mengemukakan PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan, Zainal Aqib (2008: 13) PTK merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penekanannya pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.

Menurut Suharsimi (2009: 117) menyatakan bahwa, jika siklus belum menunjukkkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti merasa puas.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah :

0 : Perenungan

1 : Perencanaan

2 : Tindakan dan Observasi I

3 : Refleksi I

4 : Rencana Terevisi I

5 : Tindakan dan Observasi II

6 : Refleksi II

7 : Rencana Terevisi II

8 : Tindakan dan Observasi III

9 : Refleksi III dan seterusnya

Gambar 2. Gambar Siklus PTK

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

a. Observasi Peneliti melakukan observasi terhadap kondisi awal objek penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi serta permasalahan yang timbul dalam objek penelitian.

b. Identifikasi permasalahan Setelah melakukan observasi maka peneliti mencatat berbagai permasalahan yang dapat diamati selama proses observasi.

c. Perencanaan Penelitian Hasil dari identifikasi permasalahan kemudian di fokuskan ke dalam satu permasalahan yang akan dipecahkan. Perencanaan penelitian disesuaikan dengan masalah yang akan dipecahkan sehingga tindakan yang dilakukan akan efektif . Adapun perencanaan tindakan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti mempersiapkan skenario pembelajaran (RPP), dan soal tes.

2) Mempersiapkan media pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Memperkenalkan observer untuk menghilangkan rasa takut.

b. Memperkenalkan kegiatan selama penelitian dilakukan untuk mengurangi persepsi siswa bahwa kegiatan ini berjalan lain dari biasanya.

c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

d. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, observer mengamati dan mencatat secara cermat dan teliti dari aspek guru maupun siswa sesuai dengan instrumen pengamatan dan penilaian yang telah ditetapkan.

3. Pengamatan Pada tahap ini dikumpulkan data dan informasi selama kegiatan belajar mengajar dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas tindakan yang dilaksanakan.

4. Refleksi Pada tahap ini guru sebagai aktor dan mahasiswa peneliti sebagai observer, melaksanakan diskusi refleksi untuk menganalisa data hasil observasi untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilaksanakan, apakah telah mengatasi masalah atau belum. Hasil refleksi dari tindakan pada siklus I digunakan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus berikutnya.

B. Definisi Operasional Variabel

Metode Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2010/2011 di kelas V SD Negeri Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah siswa 31 anak.

2. Waktu Penelitian Guna memperoleh data yang dibutuhkan, maka penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Desember.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, kecamatan Sentolo, kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo.

E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

M. Toha Anggoro (2007: 5.2), mengemukakan Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi yang diinginkan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Instrumen untuk melihat prestasi belajar IPS berupa tes yaitu soal tes.

b. Instrumen pengamatan berupa daftar cocok (chek list) yang diisi selama mengamati proses pembelajaran.

c. Instrumen pembelajaran yaitu RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. RPP yang akan digunakan tidak sebanyak siklus yang akan diterapkan dalam pembelajaran. RPP disusun untuk setiap KD (Kompetensi Dasar). Satu siklus dalam Jigsaw dapat dipotong menjadi dua kali pertemuan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu Kegiatan Belajar Mengajar.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156-157), observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Jenis observasi ini adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Observasi terhadap siswa digunakan untuk mengamati siswa pada saat dilaksanakannya pembelajaran. Instrumen untuk observasi adalah dengan daftar cocok ( check list). Sedangkan instrumen untuk tes adalah soal tes.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mengolah data kuantitatif maupun kualitatif sedemikian rupa sampai data itu menjadi lebih bermakna. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:131) data kuantitatif adalah data yang berupa nilai hasil belajar siswa. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motifasi belajar dan sejenisnya.

Dalam penelitian ini data kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan data kualitatif dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Yang termasuk data kuantitatif adalah hasil tes dan yang termasuk data kualitatif adalah hasil observasi. Untuk teknik analisis deskriptif kuantitatif persentase diterapkan dalam proses penafsiran dan penyampaian simpulan secara deskriptif dengan cara membandingkan nilai siswa sebelum dikenai tindakan dengan nilai setelah dikenai tindakan, kemudian untuk teknik analisis kualitatif diterapkan dalam proses penafsiran dan penyampaian simpulan secara deskriptif. Kesimpulan diambil dari hasil refleksi yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas.

G. Indikator Keberhasilan

Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) di SD Negeri Srikayangan adalah 65,00 untuk tiap mata pelajaran. Oleh karena itu peneliti menetapkan bahwa tindakan dianggap berhasil jika nilai rata-rata hasil tes IPS setelah dilakukan tindakan adalah ≥ 65 dan persentase siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM adalah ≥ 75 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Negeri Srikayangan merupakan sebuah Sekolah Dasar yang terletak di desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Adapun sarana dan prasarana yang ada antara lain:

1. Kondisi Fisik Pada saat ini SD Negeri Srikayangan mempunyai 6 kelas untuk kelas 1 sampai kelas 6. Fasilitas lain yang dimiliki oleh SD Negeri Srikayangan adalah: kantor guru, mushola, kantin, perpustakaan, UKS, dan dapur.

2. Kondisi Nonfisik Kondisi nonfisik yang dimaksud adalah SDM (Sumber Daya Manusia), baik itu pendidik maupun peserta didik. Dalam proses belajar mengajar, pendidik/ guru merupakan faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan siswa/ peserta didik.

a. Kondisi Guru Guru di SD Negeri Srikayangan 80% belum menempuh pendidikan strata 1 ini dapat dilihat dari fakta yang ada yaitu guru yang sudah menempuh pendidikan strata 1 berjumlah 2 orang dari 10 orang guru. Guru dalam proses pembelajaran sudah mengacu pada kurikulum KTSP. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian di kelas V yang dibimbing oleh Ibu Tumini, S.Pd. SD. sebagai Wali Kelas.

Penelitian tahap awal dilakukan pada tanggal 28 dan 29 April 2010. Tahap penelitian ini dimulai dari Observasi terhadap situasi awal proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Srikayangan pada mata pelajaran IPS. Hal- hal yang diamati meliputi: metode pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan minat belajar siswa.

Observasi berlanjut pada tanggal 20 dan 21 Oktober 2010 untuk melihat nilai UTS Semesrter ganjil yang kemudian dijadikan sebagai acuan nilai awal peserta didik dalam penelitian ini.

Tabel.1 Hasil Ujian Tengah Semester Tahun Ajaran 2010/2011 Kategori Jumlah Persentase Melampaui nilai 65

13 41,9 % Kurang dari 65

Nilai rata-rata UTS tersebut adalah = 55,7

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 13 siswa (41,9%) memperoleh nilai yang telah melampaui 65,00 dan 18 siswa (58,1%) belum melampaui nilai 65,00. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPS belum berhasil dikarenakan hanya 41,9 % siswa yang mampu memperoleh nilai melampaui 65,00.

B. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan mulai tanggal 28 Oktober 2010. Kegiatan pada siklus pertama meliputi:

a. Perencanaan Dalam kegiatan perencanaan peneliti mengambil materi sebagai bahan dalam proses pembelajaran yaitu “Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan”. Standar kompetensi dari materi yang dipelajari adalah menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan sukui bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi dasar yang diambil adalah mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

Selain mempersiapkan materi peneliti juga membuat perencanaan lain meliputi:

1) Membuat RPP yang sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2) Membuat soal evaluasi

3) Mempersiapkan Instrumen pengamatan. Pada siklus I proses pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran. Perencanaan dari setiap pertemuan meliputi:

1) Pertemuan pertama Dalam pertemuan pertama ini peneliti merencanakan untuk membahas materi tentang keragaman kenampakan alam dan buatan. Peneliti membagi materi itu menjadi empat bagian sesuai dengan indikator yang ada yaitu: mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan buatan di Indonesia, menjelaskan manfaat kenampakan alam dan kenampakan buatan di Indonesia, menggambar peta di Indonesia dengan menggunakan simbol, dan membagi wilayah waktu indonesia dengan menggunakan peta/alas/globe.

Langkah-langkah yang direncanakan meliputi:

a) Peserta didik dibagi menjadi kelompok berempat.

b) Bahan pelajaran yang sudah dibagi menjadi empat, bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya.

c) Peserta didik yang mendapatkan materi yang sama berkumpul membentuk kelompok baru untuk saling menggali informasi.

d) Setelah dirasa memperoleh informasi yang cukup tiap–tiap anggota kelompok baru (kelompok ahli) kembali kepada kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya.

e) Guru menyampaikan materi yang terlewatkan.

f) Diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu.

2) Pertemuan Kedua Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua yaitu pemberian soal evaluasi.

b. Pelaksanaan Siklus I dibagi menjadi dua pertemuan. Pada pertemuan pertama guru kelas melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Peneliti hanya bertindak sebagai observer dan tidak ikut campur dalam proses pembelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2010 dan pertemuan kedua pada tanggal 29 Oktober 2010.