16
sebagai penyimpan lemak, kontrol temperatur dan penyangga organ di sekitarnya Arisanty, 2013.
2.5 Luka
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit atau membran mukosa yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh Zederfeldt, dkk., 1986. Berdasarkan
kedalaman dan luasnya luka dapat dibagi menjadi 4 jenis: a. Stadium I, luka superfisial Non-Blanching Erithema: yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. c. Stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya. d. Stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksikerusakan yang luas Baroroh, 2011. Salah satu jenis luka adalah luka sayat yang dapat dibagi menjadi dua
yaitu luka insisi luka eksisi Arisanty, 2013. Luka insisi adalah luka yang terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit disebabkan karena teriris benda tajam
dimana terdapat robekan linier pada kulit dan jaringan dibawahnya serta memerlukan penyembuhan luka secara primer sedangkan luka eksisi adalah
hilangnya kulit secara keseluruhan dan meluas sehingga menyebabkan banyaknya
Universitas Sumatera Utara
17
jaringan yang hilang dan memerlukan penyembuhan luka secara sekunder Arisanty, 2013; Baxter, 2013.
Keterangan: Gambar A: tepi luka ditahan oleh gumpalan darah dan juga bisa dengan
jahitan Gambar B: pada stadium ini berlangsung regenerasi epidermis
Gambar C: regenerasi epidermis sempurna dan jaringan parut yang padat Robbins dan kumar, 1992
Penyembuhan luka secara primer yaitu penyembuhan dengan menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan serta akan
menghasilkan jaringan granulasi yang sangat sedikit. Proses yang berlangsung adalah epitelisasi dan deposisi jaringan ikat yang terjadi selama 10-14 hari. Pada
hari pertama setelah luka, garis insisi segera terisi bekuan darah dan terjadi reaksi radang. Pada hari kedua, terjadi reepitelisasi permukaan dan pembentukan
jembatan yang terdiri dari jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah subepitel. Selanjutnya terjadi sintesis kolagen yang dirangsang oleh makrofag.
Gambar 2.2 Penyembuhan primer
Universitas Sumatera Utara
18
Kolagen yang terbentuk akan merapatkan kedua tepi luka Robbins dan kumar, 1992; Morison, 2003; Arisanty, 2013.
Penyembuhan luka secara sekunder adalah penyembuhan yang memerluka proses terbentuknya jaringan granulasi yang banyak dimana jaringan
grnulasi tumbuh di bawah keropeng dan terjadi regenerasi epitel di bawah keropeng kemudian keropeng akan lepas setelah terjadi epitelisasi sempurna.
Proses yang berlangsung dalam penyembuhan ini adalah proses granulasi pertumbuhan sel, kontraksi proses dimana daerah permukaan luka mengecil,
epitelisasi penutupan epidermis Morison, 2003; Arisanty, 2013.
Keterangan: Gambar A: menunjukkan keadaan segera setelah terjadi luka
Gambar B: penyembuhan di bawah keropeng Gambar C: luka terbuka dengan jaringan granulasi
Gambar D: sebuah jaringan parut yang besar atau daerah epidermis baru
yang tipis Robbins dan kumar, 1992
Gambar 2.3
Penyembuhan sekunder
Universitas Sumatera Utara
19
2.6 Penyembuhan Luka