Pendidikan Sistem Lama Sistem Pendidikan Jepang Setelah Perang Dunia Ke II

8 maupun yang lemah ,melainkan guru-guru membimbing siswa menyelesaikan kurikulum skolah dalam waktu yang sudah ditentukan.

1.2 Pendidikan Sistem Lama

Menurut Tsuneichi dalam buku William K. Cummings 1984:21 Pada tahun 1868 para pejuang muda jepang menyadari pentingnya pendidikan dan pengetahuan yang tinggi bagi khalayak ramai untuk tujuan mencapai modernisasi. Maka dikeluarkan sumpah piagam yang berisi “mencari pengetahuan kemana-mana di seruruh dunia”. Sesudah mengkokohkan satuan pemerintahan tradisional ,maka pada tahun 1872 mereka mulai menyusun sistem pendidikan modern .Undang-undang pndidikan pokok yang dikeluarkan menyatakan “Di masa mendatang tidak boleh ada komunita dengan kluarga yang buta huruf ,tidak ada keluarga yang salah satu anggota keluarganya buta huruf. Tiap wali harus membesarkan anak-anaknya dengan rasa penuh sayang dan akan menyekolahkannya” Passin dalam buku William K. Cummings,1984:21. Pada tahap pembentukan ini pemerintah memandang pendidikan sebagai alat untuk mempersatukan kesetiaan yang sudah ada pada berbagai golongan feudal dan buat melatih suatu golongan elite teknik.akan tetapi ada berbagai golongan dalam pemerintahan yang tidak setuju dengan prinsip-prinsip dasar dari filsafat pendidikan. Setelah sepuluh tahun lamanya melakukan eksprimen yang sia-sia dengan gagasan liberal dari dunia barat maka,sejak awal dekade berikutnya mereka mengganti konsep elite yang lebih tradisional dan pragmatis. Mori Arinori adalah menteri pendidikan tahun 1885-1889 yang pada saat itu memainkan peranan utama dalam merumuskan kerangka pendidikan di jepang. Beberapa ciri khas terpenting dalam sistem pendidikan menurut Mori Arinori yaitu: 1. Pendidikan spiritual 9 Semua pemuda di seluruh negeri diharuskan sedikitnya empat tahu lamanya belaja disekolah dasar, dan belajar keterampilan dan kongnitif dasar dan azas-azas moral bangsa.salah satu tema dalam kurikulum itu adalah bagaimana orang laki-laki dan orang perempuan memberikan sumbangan bagi tujuan nasional. Golongan laki-laki tegas-tegas disuruh menduduki tempatnya dalam dunia pekerjaan sedangkan kaum perempuan dalam rumah tangga seperti memasak,menjahit,dan merangkai bunga.Mereka setelah tamat dari sekolah wajib tidak didorong masuk perguruan tinggi. Perguruan terbuka bagi kaum wanita tidak sederajat dengan perguruan tingg kaum laki-laki. Perguruan tinggi kaum wanita bertujuan “ membentuk watak kaum wanita dan menanamkan yang sengaja diarahkan untuk menghasilkan seeorang istri yang baik dan seorang ibu yang bijaksana,dapat memberikan sumbangannya untuk mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan bagi keluarganya” Fujita dalam buku William K. Cummings 1984:24. 2. Integrasi bangsa Sampai zaman Restorasi Meiji kekuasaan politik di jepang terbagi-bagi menjadi kekuasaan kecil-kecil, hampir 300 buah macam banyaknya. Kesetiaan prajurit dan rakyat biasa ditunjukkan kepada pembesar setempat bukan kepada pemerintah bangsa. Oleh sebab itu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintahan Meiji pada saat itu adalah merombak kesetiaan lokal. Kurikulum baru pendidikan spiritual berpusat kepada soal kesetiaan pada raja dan kepada tujuan nasional,keduanya menjadi alat paling utama guna mencapai tujuan menyatukan bangsa. Agar amanat tersebut betul-betul sampai ke daerah, maka pemerintah melakukan pengawasan ketat atas sekolah lokal yaitu :buku-buku teks harus disahkan pemerintah pusat,kepala sekolah diangkat oleh pemerintah,biaya sekolah-wajib sebagian ditanggung pemerintah pusat dan penilik sekolah dari pemerintah pusat setiap tahun mengunjungi sekolah lokal. Dengan begitu,pemerintah mengatur sekolah lokal supaya tunduk kepada kebijaksanaan negara. 10 Tetapi sebelum ada kebijaksanaan dominasi oeh Negara itu sudah banyak golongan partikelir yang mendirikan sekolah modern di berbagai lembaga yang punya nama baik, disokong oleh kau Kristen. Untuk menghindari antagonisme dengan Negara barat, maka pemerintah Meiji mengijinkan sekolah-sekolah misi itu melanjutkan usahanya, tetapi pada pergantian abad, pemerintah mengambil berbagai langkah yang sangat mengurangi daya tarik sekolah swasta sebagai tempat menuntut ilmu bagi pemua jepang Burnstein, 1967. Ada peraturan yang mempersulit murid tamatan swasta turut ujian pada sekolah pemerintah yang lebih tinggi pada universitas, karena kelulusan dari sekolah pemerintah dan universitas menjadi syarat untuk menduduki berbagai jabatan sipil, maka langkah-langkah itu menyekat masa depan siswa-siswa tamatan swasta. 3. Memilih golongan elite berdasarkan prestasi Pada sistem pendidikan yang lama ada Imperial University setelah tahun 1897 yang mmpunyai tugas mmilih golongan elite bangsa dan memberikan kepadanya pendidikan luas yang cocok dengan peranan golongan elite. Berlainan dengan sekolah dasar yang bersifat wajib maka anggota Imperial University yang tidak ada pembatasan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan atau riset. Siapa saja bisa masuk golongan elite, apa bila telah lulus dalam ujian dan telah menamatkan dirinya dengan baik pada perguruan dari tingkat tertentu. 4. Tenaga kerja dengan kecakapan teknis Mori Aninori telah menciptakan bermacam-macam perguruan antara sekolah dasar dan Imperial University. Perguruan itu merupakan suatu sistem yang beraneka ragam di atas sekolah- wajib. Siswa yang masuk sekolah perguruan juga mendapat pendidikan spiritual.

2.3 kebijakan Baru dalam Sistem Pendidikan