Latar Belakang Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus: Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap Pemerintah Daerah pada hakikatnya mencita-citakan masyarakatnya mencapai kesejahteraan. Pencapaian kesejahteraan masyarakat dapat diupayakan melalui kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada pembangunan manusia. Dengan masyarakat sejahtera diharapkan tidak lagi terbelenggu dalam kondisi kemiskinan. 1 Konteks politik anggaran akan terkait dengan peran dan kemampuan negara dalam memberikan jaminan kepada rakyatnya. Namun yang terjadi politik anggaran dipahami dan dijalankan dalam konteks jangka pendek dan menguntungkan pihak- pihak terkait saja. Aturan dalam penentuan program hanya terletak pada level kepentingan masing-masing aktor, sedangkan masyarakat sering tidak mengetahui proses dan partisipasi dalam program yang telah dikerjakan, bahkan rakyat sendiri Anggaran yang mempunyai keterpihakan kepada masyarakat, agar masyarakat terlepas dari kemiskinan dan meningkatkan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Penganggaran adalah arena antara pengelolah keuangan yang selalu berorietasi pada stabilitas ekonomi dalam perencanaan program daerah terhadap masyarakat. pengelolaan keuangan cenderung kepada politik anggaran yang selalu mengancam kepada stabilitas ekonomi masyarakat. 1 Sulistiyani, Ambar Teguh.2004.Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.Yogyakarta:Gava Media.hal 32. tidak mengetahui berapa persen anggaran yang dilimpahkan untuk kesejahterannya. Sistem anggaran nasional dan daerah, telah ditentukan melalui Undang-Undang dan peraturan Pemerintah, seperti jaminan rakyat untuk terlibat dalam proses penentuan Anggaran, namun proses tersebut hanya dimaknai sebagai proses formal dan masih jauh dari nilai-nilai keadilan sosial dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik. Kalau dilihat dari politik, pada dasarnya adalah pengelolaan anggaran melalui peraturan-peraturan yang secara adil, di mana peraturan itu diberikan kepada siapa saja tanpa ada diskriminasi. 2 Kekuasaan politik, pemerintah banyak didominasi elit yang berkeinginan bahwa institusilembaga lebih banyak menerima anggaran atau penentuan anggaran lebih banyak diajukan oleh Pemerintah. Seperti upaya untuk menemukan bentuk yang tepat mengenai keadilan anggaran, maka politik anggaran tentu akan berkaitan dengan usaha Negara dan Pemerintah memberikan jaminan sosial yang tepat bagi rakyat dengan kebutuhan dan hak publik. Politik yang juga dimaknai kesetaraan dan partisipasi. Politik anggaran harus dibangun dan diperjuangkan sebagai sistem anggaran yang menggambarkan adanya kesetaraan gender, keadilan, partisipasi dan pertanggung jawaban pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik. 3 2 Artikel Politik Anggaran, diakses pada tanggal 10 February 2015, pukul 15.23 WIB 3 http:edukasi.kompasiana.com. politik-anggaran-strategi-pembangunan-daerah-yang-berkeadilan- atau-menuju-disintegrasi-bangsa-667513.html diaskes pada tanggal 15 February 2015,pukul 19.05 WIB Di Indonesia peningkatan partisipasi politik perempuan diarahkan pada partisipasi perempuan yang dilindungi dan diarahkan oleh undang-undang. Penerapan kuota 30 untuk keterwakilan perempuan dalam legislatif merupakan langkah yang sangat maju dalam mendukung partisipasi politik perempuan. Hal ini akan dapat melindungi kepentingan perempuan dalam memperoleh hak-hak politiknya. Namun kenyataannya sampai dengan saat ini keterwakilan 30 tersebut belum dapat dihasilkan dengan baik. Dalam perkembangan partisipasi politik perempuan di Indonesia dapat di pengaruhi oleh faktor budaya patriaki yang menganggap bahwa politik identik dengan laki-laki, sehingga tidak pantas bagi perempuan untuk masuk ke dalam arena politik. Faktor ekonomi dan pendidikan juga sebagai penghambat bagi representasi perempuan di politik. Kuantitas perempuan secara ekonomi maupun pendidikan masih kurang dibandingkan laki-laki. Hal ini akibat budaya patriarkhi dan juga rendahnya keinginan perempuan untuk bersaing dengan laki-laki. 4 Kesenjangan gender yang terjadi karena kentalnya nilai-nilai laki-laki dan perempuan, nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat telah menetapkan bahwa sudah kodratnya perempuan merupakan ratu atau pengurus rumah tangga. Sehingga pikiran-pikiran untuk memberi kesempatan kepada perempuan untuk beraktifitas di luar rumah tangga di anggap sebagai sesuatu yang menyalahi kodrat. 5 4 Evi Novida Ginting.2011.Representasi Perempuan di Parlemen Indonesia.Jurnal POLITEA,Vol 3.hal 114. 5 Tjandranigsih Indrasari.1996.Mengindetifikasi Persoalan Perempuan.Jurnal Analisis Sosial.Edisi 4 November.AKATIGA. Semakin banyak yang belum menyadari adanya kepentingan dalam kesetaraan berpartisipasi dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan yang disebabkan oleh perpanjangan. Kesenjangan gender karena lingkungan sosial dan budaya yang tidak mendukung untuk membiarkan perempuan berpartisipasi dalam politik dan penentuan keputusan nasional, dengan adanya kelembangaan yang masih terus membatasi perempuan pada kekuasaan. Pada penduduk Indonesia, separuhnya adalah perempuan. Namun kondisi ketertinggalan perempuan dapat menggambarkan adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. 6 Peran gender dalam pembangunan diterapkan diseluruh dunia dalam konsep barat, yang mengubah kehidupan tradisional menjadi modern untuk meningkatkan Dalam kondisi perempuan di Indonesia masih banyak memerlukan perhatian. Seperti dibidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Dalam bidang pendidikan perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki, dikarenakan proses pengelolaan pendidikan masih bias gender yang mengakibatkan dominasi laki-laki sebagai penentu kebijakan. Di dalam ekonomi, kemampuan perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan berusaha masih didalam kondisi rendah. Ditambah lagi dengan tingkat pengangguran pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dalam hal inilah yang dilihat pada kondisi perempuan yang belum adanya kesetaraan gender. 6 S.R. Soemartoyo.2002.Pemberdayaan Perempuan di Indonesia dan Peluang untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan. Disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan pada The ACT Seminar and Summit.Japan-Indonesia:Dinamic Relationship for Regional Development. ekonomi yang lebih baik bagi kaum perempuan. Yang menjadi salah satu faktor yang menjelaskan ketertinggalan perempuan dalam proses pembangunan. Faktor yang mengakibatkan ketidaksetaraan gender dan merupakan kendala bagi perempuan didalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang menyebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman gender. Dalam lembaga pada perempuan dan organisasi baik yang bersifat formal maupun tradisional baru sebatas pada lembaga yang erat hubungan dengan peran perempuan. Misalnya pada organisasi PKK, arisan, pengajian dan sebagainya. Didalam kegiatan-kegiatan pembangunan pada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program pembangunan adanya konsep ditingkat Nasional baik secara eksplisit maupun implisit yang membuat asumsi yang menguat pemisahan peran laki- laki dan perempuan. Sedangkan di dalam perempuan yang ditetapkan terbatas dalam kegiatan-kegiatan seperti rumah tangga, pendidikan, kesehatan, ekonomi. 7 Kebijakan yang menggambarkan bahwa pemerintah belum sepenuhnya paham terhadap gender, karena tidak sesuai dengan peran yang nyata di dalam masyarakat. Hal ini dapat diliat dari Gender Related Development Index GDI yang berada pada peringkat ke 88 pada Tahun 1995, kemudian menurun ke peringkat 90 pada Tahun 1998 dari 174 negara dan menurun lagi menjadi 92 dari 146 negara pada Tahun 7 White dan Hastuti.E.L.1980.Pola Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga dan Masyarakat Luas di dua desa penelitian di Jawa Barat.SDPSAE.Bogor. 1999. 8 Di dalam peringkat dunia indeks tersebut masih lebih rendah dari negara- negara ASEAN dan dengan adanya berbagai krisis di Indonesia indeks tersebut peringkatnya akan semakin menurun. Oleh karena itu pemerintah semakin kuat untuk menjalankan upaya peningkatan status dan kedudukan perempuan dalam aspek pembangunan. Disamping arahan Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN Tahun 1999 di dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, peningkatan status dan kondisi perempuan dicantumkan sebagai bidang pembangunan. Pemerintah telah menerbitkan Inpres Nomor 9 Tahun 2000, tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kodisi perempuan di Indonesia khususnya di Daerah. 9 Pengarusutamaan Gender atau dikenal dengan sebutan PUG muncul pertama sekali pada konferensi PBB untuk perempuan ke enam di Beijing pada tahun 1995. Sebagai salah satu strategi yang direkomendasikan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam hal perkembangan. Pengarusutamaan gender dalam versi United Nations Economi and Social Council ECOSOC pada Tahun 1997, yaitu Pengarusutamaan perspektif gender adalah pengaruh terhadap perempuan dan laki- laki setelah dilaksanakannya sebuah rencana termasuk legislasi dan program-program di bidang dalam semua tingkatan. Pengarusutamaan gender adalah strategi untuk 8 Endang Lestari Hastuti.ibid.hal 3 9 Panduan Pelaksanaan INPRES nomor 9 Tahun 2000 . Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperlihatkan kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Kebijakan dan program pengarusutamaan gender dalam semua aspek politik,ekonomi dan sosial. 10 Tujuan pengarusutamaan gender adalah memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. 11 Pengarusutamaan gender sangat diperlukan dalam kesetaraan gender,hal ini dapat dilihat apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan, memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan terutama dalam proses pengambilan keputusan. Memiliki kontrol dan memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan. 12 Dalam meningkatkan partisipasi perempuan untuk pengambilan keputusan yang berkeadilan gender. Rancangan untuk dapat membina para peserta perempuan atau Balee Inoeng perkumpulan perempuan Aceh yang diharapkan dapat berperan aktif sebagai perempuan di Daerah dalam menyampaikan aspirasinya. Baik dalam rangka penyusunan rancangan program tahunan KabupatenKota, ataupun rancangan lainnya yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Memberikan wawasan perencanaan pembangunan partisipasi yang efektif dengan memahami pengetahuan tentang 10 Dra.Sri Sundari Sasongko.Konsep dan teori gender.Jakarta:BKkbN.hal 30. 11 Sali Susiana,Sulasi Rangiyati,Nurul Hilaiyah.2008.Pengarusutamaan Geder dalam Parlemen.Jakarta:Sekretariat Jenderal DPR RI.Hal 4. 12 Panduan Pelaksanaan INPRES Nomor 9 Tahun 2000, Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. metode dan teknis penyusunan rencana pembangunan Daerah yang berspektif gender. Untuk melihat perkembangan pembangunan dalam berbagai sektor ekonomi, pendidikan, sosial budaya, agama dan kesehatan. Tujuannya adalah menyiapkan kaum perempuan di KabupatenKota sebagai pelaku pembangunan yang responsif gender dan berkarakteristik sosial, sehingga terciptanya pembangunan yang baik. Hal ini mengusung dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik good goverment. Sehingga perencanaan pembangunan menjadi milik bersama antara pemerintah KabupatenKota dan masyarakatnya. 13 Peran perempuan di Kota Lhokseumawe dengan sedikitnya perempuan yang duduk di Pemerintahan Kota Lhokseumawe, seperti belum terpenuhinya kuota 30 untuk keterwakilan perempuan dalam legislatif. Hal ini disebabkan karena minimnya minat dari kalangan perempuan atau masih kurangnya dukungan dari masyarakat. Misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, pengangguran dan tingkat kemiskinan di kota Lhokseumawe. Sehingga pengarusutamaan gender Kota Lhokseumawe tidak berjalan dengan sebaiknya menurut INPRES Nomor 9 Tahun 2000. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut maka seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan pembangunan yang dikembangkan saat ini serta kedepannya harus mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pamantauan dan evaluasi. 13 http:wdcbandaaceh.or.idindex. Diakses pada tanggal 11 February 2015, pukul 11.00 WIB. Kota Lhokseumawe merupakan kota kecil di Nanggroe Aceh Darussalam, yang masyarakatnya bersifat heterogen. Dengan jumlah penduduk di kota Lhokseumawe mencapai 186.467 jiwa. Namun banyak persoalan yang muncul di Kota Lhokseumawe, terutama masalah perempuan. Tingkat kemiskinan dan rendahnya kualitas kesehatan hingga akses pendidikan yang perlu di perhatikan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Siti Nurillah selaku wakil ketua kamar dagang dan industri kadin menyatakan tingkat diskriminasi, pelecehan seksual hingga kekerasan dalam rumah tangga masih saja terjadi di Kota Lhokseumawe. Sehingga kesetaraan gender di Kota Lhokseumawe belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Kota Lhokseumawe yang dikenal dengan julukan Kota Industri, seperti industri minyak dan gas Arun NGL,Pupuk Iskandar Muda dan sebagainya. 14 Jumlah Pencari Kerja menurut pendidikan di Kota Lhokseumawe berdasarkan jenis kelamin : Namun tidak terbina secara baik, sehingga terkesan hidup secara sendiri-sendiri. Dengan semakin meningkatnya diskriminasi, pelecehan seksual dan rendahnya akses pendidikan bagi kaum perempuan, maka perempuan banyak yang menjadi korban pertama dari tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe. 14 www.Rakyataceh.com. Diakses pada tanggal 10 February 2015,pukul 15.36 WIB. Tabel 1.1 Data pendidikan di Kota Lhokseumawe berdasarkan jenis kelamin Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah SD - - - SMP - - - SMA 345 137 482 Sarjana 223 386 609 Jumlah 568 523 1091 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe Jumlah kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Lhokseumawe menurut BPS Kota Lhokseumawe pada tahun 2011 dengan jumlah kemiskinan sebesar 13,73 persen, pada tahun 2012 turun menjadi 13,06 persen dan pada tahun 2013 turun menjadi 12,47 persen. 15 15 Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, Lhokseumawe dalam angka 2014 Dengan jumlah kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menurun, namun Pengarusutamaan Gender di Kota Lhokseumawe belum di jalankan secara baik. Didalam Pengarusutamaan gender juga terdapat penyusunan anggaran untuk dapat mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Dalam hal ini dari anggaran yang telah ditetapkkan DPR Kota Lhokseumawe dan anggaran yang telah masuk kedalam pemerintahan Kota Lhokseumawe untuk menjadi acuan kerja APBD pada Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Berdasarkan kajian tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti masalah politik anggaran berbasis Pengarusutamaan Gender di Kota Lhokseumawe yang bertujuan untuk melihat sejauh mana Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam mengalokasi anggaran yang berbasis Pengarusutamaan Gender dengan Upaya apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan di Kota Lhokseumawe. Dalam program-program pembangunan termasuk Rencana Kerja Pemerintah untuk pembangunan gender dengan meningkatkan kualitas sumber daya tanpa membedakan jenis kelamin dan kelompok umur. Dalam alokasi belanja di Pemerintahan merupakan adanya APBD yang lebih banyak untuk menggerakkan mesin birokrasi untuk kepentingan rakyat. Hal ini menunjukkan politik anggaran belum berada dalam arah yang benar. Sedangkan porsi Belanja Rakyat seringkali rawan dengan adanya korupsi yang tidak efektif dalam memecahkan masalah-masalah untuk kepentingan masyarakat Daerah. Politik anggaran harus dikendalikan oleh tujuan yang akan dicapai policy driven. Dengan keterkaitan antara arah kebijakan yang tertuang di dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD dan Rancangan Kegiatan Pembangunan Daerah RKPD. RPJPM atau Rancangan Pembangunan Jangka Menengah yang disusun oleh Pemerintahan Pusat atau Daerah. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah adalah dokumen perencanaan untuk program-program kerja selama lima tahun, dengan tujuan penetapan program atau kegiatan. RPJM ini mencakup indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber biaya, baik APBN,APBD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan APBD Kota Lhokseumawe maupun sumber pembiayaan lain yang tidak mengikat. 16 Dalam RPJM daerah Kota Lhokseumawe untuk Gender dengan tujuan meningkatnya kegiatan ekonomi pada masyarakat Kota Lhokseumawe, berkembangnya ekonomi rakyat, meningkatnya partisipasi aktif masyarakat,untuk meningkatkan peranan perempuan dalam proses perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan meningkatkan kemampuan SDM perempuan. Hal ini merupakan program yang di bentuk oleh pemerintah Kota Lhokseumawe untuk mensejahterakan masyarakat Kota Lhokseumawe dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

1.2 Perumusan Masalah