Peningkatan Transparansi Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.

menjadi rata-rata 20 hari. 23 Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang veriikator di LPSE kota Yogyakarta, di mana pelaksanaan lelang elektronik dapat disingkat menjadi hanya 18 hari saja. 24 Ketika hasil tersebut dicek ke vendor, maka enam dari tujuh vendor yang menjawab pertanyaan wawancara kami via email menyatakan bahwa lelang elektronik lebih menyingkat waktu. Namun, para vendor yang hadir pada waktu FGD mengatakan bahwa mereka tidak merasa bahwa waktu yang mereka keluarkan untuk lelang elektronik menjadi lebih singkat. 25 Sementara itu, hasil yang didapatkan dari wawancara dengan PPKom, tiga dari lima PPKom menyatakan bahwa dengan menggunakan metode lelang elektronik lebih menghemat waktu karena hanya memakan waktu 20-28 hari, sedangkan dua orang PPKom sisanya menyatakan pendapat yang berbeda; bahwa jika dilihat dari waktu yang digunakan maka tidak ada perbedaan, karena sama-sama lama dan itu juga di pengaruhi oleh besar kecilnya volume pengadaan barang dan jasa. 26 Berdasarkan elaborasi tersebut di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa untuk aspek fairness atas keputusan pemenang e-proc dan untuk aspek waktu tidak dapat dipetakan. Namun, penyedia juga menyatakan bahwa selama ini belum ditemukan kejanggalan dalam putusan pemenang lelang yang dilakukan secara elektronik. Selain itu lelang elektronik juga terbukti lebih banyak menghasilkan kompetitor, sehingga pemenang lelang dapat dipilih dari yang terbaik di antara variasi penawaran yang masuk. Sehingga dapat disimpulkan dengan lelang elektronik ini terjadi peningkatan efektiitas.

c. Peningkatan Transparansi

Menurut Keppres 802003, transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barangjasa sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barangjasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya. 27 Selain itu, transparansi ini juga berkaitan erat dengan tersedianya waktu yang cukup bagi calon peserta penyedia barangjasa. Sehingga mereka dapat mempersiapkan respon atas pengumuman tersebut. 28 Pada lelang konvensional, transparansi informasi didapatkan dengan datang lang- sung ke kantorinstansi yang mengadakan lelang. Tahap aanwijzing yang dilaksanakan pada lelang konvensional dirasakan cukup memberikan penjelasan karena penyedia barangjasa bisa langsung datang untuk bertanya. Hal tersebut di atas memberikan keuntungan sekaligus kerugian. Keuntung- annya adalah jawabanpenjelasan yang disampaikan oleh panitia lelang dapat lebih jelas diterima oleh calon calon penyedia. Namun, dengan adanya tatap muka antara penyedia dengan panitia lelang memungkinkan terjadinya persekongkolan 23 Agung Djojosoekarto ed, Loc. Cit., hlm. 47. 24 Hasil Komunikasi dengan Pak Susilo, Veriikator LPSE Kota Yogyakarta, 31 Mei 2010. 25 Hasil FGD di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tanggal 19 Mei 2010. 26 Wawancara dengan PPKom 24-26 Mei 2010. 27 Pasal 3 Keppres 802003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. 28 Manurgas Simamora, Op. Cit. hlm. 14. tender. 29 Lebih dari itu, dengan terbukanya komunikasi antara panitia dengan penyedia, maka terbuka pulalah potensi terjadinya KKN antara panitia dengan penyedia. Sedangkan, pada lelang elektronik tidak terjadi tatap muka antara penyedia barangjasa dengan panitia lelang mengingat informasi dan komunikasi yang dilakukan antara panitia dengan vendor berbasis website. Pertanyaan yang diajukan oleh vendor disampaikan ke website LPSE dan akan dijawab dengan metode yang sama. Proses danatau hasil komunikasi tersebut dapat dibaca oleh semua pihak. Terkait dengan pelaksanaan lelang elektronik, hasil wawancara penelitian ini menunjukkan bahwa: 3 dari 7 penyedia barangjasa yang menjawab wawancara via email menyatakan bahwa lelang elektronik lebih transparan, 3 lainnya menyatakan konvensional-lah yang lebih transparan dan satu penyedia memilih tidak menjawab. Sementara itu, berdasarkan hasil FGD disimpulkan bahwa e-proc di satu sisi memberikan transparansi informasi secara elektronik dan informasi tersebut bersifat sama. Semua calon penyedia mendapatkan informasi yang sama tidak asimetris equalterjadi level playing ield. Namun sayangnya sistem tersebut tidak real time sehingga menyulitkan dan lambat, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki koneksi internet baik. 30 Selain itu kadang mereka tidak dapat terus bertanya sampai tuntas, karena setelah waktu untuk aanwijzing habis, maka seketika itu pula komunikasi antara panitia dengan calon penyedia berakhir, padahal terkadang penjelasan yang diberikan belum jelas. 31 Untungnya, penyedia sering mendapatkan informasi tambahan atas pertanyaan yang mereka ajukan namun belum terjawab pada waktu aanwijzing, informasi tersebut sering diunggah upload berbentuk dokumen di website LPSE. Menurut penyedia, terkadang penjelasan tersebut cukup jelas, bahkan pernah pula ada pertanyaan yang terlewat tidak terjawab sama sekali. 32 Sementara itu, PPKom mempunyai apresiasi yang lebih positif terkait dengan aspek transparansi ini, empat dari lima PPKom menyatakan bahwa lelang secara elektronik lebih transparan, sedangkan satu orang tidak menjawab. Sekalipun demikian seorang PPKom menyatakan: karena dalam proses penjelasan lelang atau aanwijzing dalam lelang elektronik tidak terdapat proses tatap muka secara langsung, dikhawatirkan adanya kesalahpahaman miskomunikasi antara panitia dengan penyedia barang jasa. 33 Lebih lanjut lagi, dirinya juga mengkhawatirkan kurang familiernya para pihak dengan teknologi dalam proses 29 Persekongkolan tender atau kolusi tender terjadi ketika pelaku usaha, yang seharusnya bersaing secara ter- tutup, bersekongkol untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa untuk para pembeli yang ingin memperoleh produk atau jasa melalui suatu proses pengadaan, lihat: NN, “Pedoman untuk Meng- atasi Persekongkolan Tender dalam Pengadaan Publik”, http:www.oecd.orgdataoecd301342662829.pdf, diakses pada 4 Juni 2010. 30 Keterangan dari PT.RTC pada FGD di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tanggal 19 Mei 2010. 31 Hasil FGD di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tanggal 19 Mei 2010. 32 Ibid. 33 Hasil wawancara dengan salah satu PPKom di Kimpraswil, Bapak Toto Suroto. e-proc khususnya yang terkait dengan aanwijzing ini. 34 Dapat disimpulkan bahwa e-proc dianggap lebih transparan daripada lelang konvensional, terciptanya informasi yang simetris pada semua penyedia barang dan jasa di manapun posisinya dan dapat mereduksi tatap muka sekalipun reduksi tatap muka yang terjadi dapat menimbulkan permasalahan kekurangjelasan informasi yang didapat.

d. Peningkatan Akuntabilitas

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25