Rumah tangga pertanian Rumah tangga pertanian

46 | ST2013 ‐MK

3.7. Rumah tangga pertanian Rumah tangga pertanian

adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Rumah tangga yang mengelola usaha pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggung jawab dalam kegiatan pemeliharaan, pembudidayaan, pengembangbiakan, pembesaranpenggemukan, dan lain-lain. Status pengelolaan usaha pertanian, terdiri dari: 1. Mengelola usaha pertanian milik sendiri 2. Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil 3. Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah 4. Memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah. Mengelola usaha pertanian milik sendiri adalah apabila salah satu atau lebih anggota rumah tangga memiliki usaha pertanian dan pengelolaan dilakukan sendiri secara langsung, baik menggunakan buruh maupun tidak. Khusus untuk peternakan bila rumah tangga memiliki ternak di luar kabupatenkota tempat tinggal dan pemeliharaan ternak dilakukan oleh buruh yang diupahdibayar, maka rumah tangga tersebut dianggap tidak mengelola ternak milik sendiri dan pencatatan ternak dilakukan di rumah tangga buruh. Contoh : 1. Pak Iskandar tinggal di Jakarta dan mempunyai lahan di Bogor yang ditanami pohon sengon dan jabon. Dalam mengelola usaha tersebut Pak Iskandar dibantu oleh Pak Naja dengan memberi upah. Setiap 2 dua minggu sekali Pak Iskandar datang ke lahan tersebut untuk melihat perkembangan pohon sengon dan jabon yang ditanamnya. ST2013 ‐ MK | 47 Dalam hal ini Pak Iskandar dianggap melakukan usaha tanaman kehutanan dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri dibantu buruh. 2. Pak Takdir tinggal di Mamuju dan mempunyai lahan kebun seluas 5.000 m 2 di dekat rumahnya. Lahan tersebut ditanami kelapa sawit yang dikelola sendiri oleh Pak Takdir. Dalam hal ini Pak Takdir dianggap melakukan usaha tanaman perkebunan dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri tanpa menggunakan buruh. 3. Seorang toukejuragan mempunyai perahu dan memberi modal kepada 4 orang pelaut, hasilnya dibagi 5 setelah dikurangi operasional di lapangan, yang dianggap pengelolanya yaitu si toukejuragan. 4. Pak Amin mempunyai pohon mangga sebanyak 100 pohon dalam satu hamparan. Untuk pengelolaannya diserahkan kepada 3 orang dengan memberi upah tetap setiap bulan. Dalam hal ini, yang diangap sebagai pengelola tanaman mangga adalah Pak Amin. Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil adalah apabila salah satu atau lebih anggota rumah tangga melakukan usaha pertanian yang merupakan usaha bersama atau usaha salah satu pihak dengan sistem bagi hasil dan rumah tangga bersangkutan mengelola langsung usaha pertanian tersebut dengan sistem bagi hasil. Dengan demikian, dalam usaha dengan sistem bagi hasil yang dicakup hanya salah satu rumah tangga saja yaitu yang melakukan pengelolaan. Contoh : Pak Juhana tinggal di Kabupaten Bogor. Disamping menjadi buruh tani, Pak Juhana sehari-hari juga sibuk mengurus peternakan kambing milik Pak Ahmad yang tinggal di Jakarta dengan sistem bagi hasil. Pak Ahmad yang membiayai pembelian dua ekor kambing dan pembuatan kandangnya di kebun Pak Juhana, sedangkan untuk perawatan dan pemberian makannya menjadi tanggung jawab Untuk usaha bagi hasil, yang dicatat sebagai rumah tangga pertanian adalah rumah tangga pengelola. 48 | ST2013 ‐MK Pak Juhana. Pembagian hasilnya adalah secara paro, yaitu jika menghasilkan maka hasilnya akan selalu dibagi dua. Berdasarkan contoh di atas, Pak Juhana dicatat sebagai peternak di dalam wilayah blok sensusnya dan “Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil”. Sedangkan Pak Ahmad jika dicacah di wilayah blok sensusnya tidak dikategorikan sebagai peternak. Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga melakukan pengelolaan usaha pertanian milik orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap usaha tersebut dengan menerima upah. Dengan demikian, buruh tidak tetapserabutan tidak termasuk dalam kategori ini. Memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga memiliki usaha pertanian dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang lain dengan memberikan upah. Contoh : Pak Asbani yang tinggal di Kabupaten Sukabumi mengelola perkebunan teh seluas 1 hektar milik Pak Toni yang tinggal di Jakarta. Dalam pengelolaan perkebunan teh tersebut Pak Asbani mendapat kepercayaan secara penuh dari Pak Toni untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan perkebunan sedangkan Pak Toni hanya menyediakan biaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Berdasarkan contoh di atas, rumah tangga Pak Asbani tercatat sebagai rumah tangga pertanian dengan status pengelolaan “Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah”. Sementara Pak Toni di Jakarta akan tercatat sebagai “Memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah”. Penjelasan: 1. Penentuan yang dipilih sebagai pengusaha dalam usaha bersama sama-sama memiliki andil adalah yang memiliki andil terbesar. 2. Konsep mengelola usaha pertanian dengan menerima upah sama dengan Kuasa Usaha ST2013 ‐ MK | 49 3. Untuk usaha dengan sistem bagi hasil maka yang dicatat ada usaha adalah rumah tangga yang menggarappenguasanya saja, sedangkan pemiliknya dianggap tidak memiliki usaha. 4. Satu ekor kerbau yang dipelihara oleh 2 orang dikategorikan milik sendiri atau bagi hasil :  Jika kerbaunya milik bersama dan dipelihara secara bersama maka dipilih salah satu.  Jika kerbaunya dipelihara secara bergantian maka pada tanggal 1 Mei 2013 kerbau tersebut dicatat di rumah tangga yang saat itu mengurusmemeliharanya, yaitu sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri. 50 | ST2013 ‐MK ST2013 ‐ MK | 51

4.1. DAFTAR ST2013-MKP