BAB II TINJAUAN PUSTAKA,
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang- bidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang membebaninya Sumarjono,
2009. Pendaftaran berasal dari kata Cadaster Bahasa Belanda kadaster yaitu
istilah untuk record rekaman, menunjukkan tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain – lain atas hak terhadap suatu bidang tanah. Selain itu, pendaftaran
berasal dari bahasa latin “Capilastrum” yang berarti suatu register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. Dalam artian yang tegas Cadaster adalah
rekord rekaman daripada lahan – lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya Purba, 2006
UUPA memberi pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat 2 yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi :
1. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah. 2. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
3. Pembuktian surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktiaan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah akan menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di dalam peta
pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas, dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa
pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut akan diperoleh keterangan- keterangan tentang status tanahnya, beban-beban apa yang ada diatasnya, dan
subyek dari haknya. Kegiatan terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian surat bukti atas tanah yang lazim disebut dengan sertifikat.
Sedangkan pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 PP No. 24 Tahun 1997 adalah : “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus – menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun termasuk pemberian surat bukti haknya
bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak – hak tertentu yang membebani Santoso, 2008
Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu yang ada di wilayah – wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam memberikan
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran tanah mengandung unsur – unsur sebagai berikut : 1. Dilakukan secara terus – menerus
Terus – menerus dimaksudkan apabila sekali tanah itu didaftarkan maka setiap terjadi perubahan atas tanah maupun subyeknya harus diikuti dengan pendaftaran
tanah. Boedi Harsono berpendapat bahwa kata “ terus – menerus ” menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data
yang sudah terkumpul dan tersedia selalu harus disesuaikan dengan perubahan – perubahan yang kemudian, hingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir.
2. Pengumpulan Data Tanah Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi 2 macam, yaitu :
a. Data fisik, yaitu data mengenai letak tanahnya, batas – batas tanahnya dan luasnya berapa serta, bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.
b. Data yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa pemegang hak tersebut, serta peralihan dan pembebanannya jika ada.
3. Tujuan tertentu Pendaftaran tanah diadakan untuk menjamin kepastian hukum legal cadastre
dan kepastian hak atas sebagaiman tercantum dalam ketentuan Pasal 19 UUPA. Hal tersebut berbeda dengan pendaftaran tanah sebelum UUPA, yang bertujuan
untuk dasar penarikan pajak fiskal cadastre. 4. Penerbitan alat bukti hak sertifikat
Sertifikat adalah surat tanda bukti hak, diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan
data yuridis yang telah di daftar dalam buku tanah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 sertifikat terdiri atas salinan buku tanah yang memuat data
Universitas Sumatera Utara
yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen. Sertifikat hanya boleh diserahkan
kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya.
Konsep agraria tidak hanya mencakup tanah atau pertanian saja, tetapi memiliki cakupan yang lebih luas dari itu. Konsep agraria juga merujuk pada
berbagai hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria serta hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria
Sitorus,2002. Pengembangan dan penyederhanaan proses-proses pelayanan pertanahan
terus dijalankan, dengan membangun terobosan-terobosan baru menjadi keniscayaan ketika menghadapi kenyataan bahwa masih ada 69 dari ± 85 juta
bidang tanah yang belum teregalisasi. Jika menggunakan skema yang sudah dijalankan selama ini, maka perlu 110 tahun untuk dapat mensertifikatkan semua
tanah diseluruh Indonesia. Badan Pertanahan Nasional BPN adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. BPN berperan aktif didalam mensukseskan program PPAN
Program Pembaharuan Agraria Nasional dan di dalam pembuatan sertifikat tanah untuk petani sehingga dapat meningkatkan hak tanah juga daya saing petani
pedesaan. Paradigma pembangunan yang mengejar pertumbuhan telah membawa
kondisi pertanian dan pedesaan Indonesia menjadi terpuruk. Padahal, pedesaan dan pertanian merupakan dua wilayah vital dalam pembangunan. Dimulai dari
Universitas Sumatera Utara
bergulirnya revolusi hijau yang justru telah menggadaikan kemandirian dan kedaulatan para petani. Saat ini arah pembangunan masih diarahkan semata-mata
pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspor. Ujung-ujungnya, kondisi sosial ekonomi menjadi keropos dan negara tidak mampu memenuhi hak sebagian
besar rakyatnya untuk hidup layak dan bermartabat Sumardjono, 2009. Secara kategoris, subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas
sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga, pemerintah sebagai representasi negara, dan swasta private sector. Ketiga subyek agraria tersebut memiliki
ikatan dengan sumber-sumber agraria melalui institusi penguasaanpemilikan tenure institution. Dalam hubungan-hubungan itu akan menimbulkan
kepentingan-kepentingan social ekonomi masing-masing subjek berkenaan dengan penguasaanpemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria tersebut.
Bentuk dari hubungan ini adalah hubungan sosial atau hubungan sosial agraria yang berpangkal pada akses penguasaan, pemilikan, penggunaan terhadap
sumber agraria.
Komunitas
Sumber Agraria
Pemerintah Swasta
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : : hubungan teknis agraria
: hubungan sosio agraria
Gbr 1. Lingkup Hubungan - Hubungan Agraria Sitorus, 2002
Makna Reforma Agraria adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu
menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima komponen mendasar di dalamnya,
yaitu: 1
Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur sosial ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan equity,
2 Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan welfare,
3 Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya
secara optimal efficiency, 4
Keberlanjutan sustainability, dan 5
Penyelesaian sengketa tanah harmony.
Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, dirumuskan tujuan Reforma Agraria sebagai berikut:
1 Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah
ke arah yang lebih adil, 2
Mengurangi kemiskinan, 3
Menciptakan lapangan kerja,
Universitas Sumatera Utara
4 Memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah, 5
Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan, 6
Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan 7
Meningkatkan ketahanan pangan. Badan Petanahan Nasional RI 2007
Inti dari reforma agraria adalah upaya politik sistematis untuk melakukan perubahan struktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian
penguasaan tanah bagi rakyat yang memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang menyertainya, dan yang diikuti pula oleh perbaikan sistem produksi melalui
penyediaan fasilitas teknis dan kredit pertanian, perbaikan metode bertani, hingga infrastruktur sosial lainnya.
Adapun tujuan dari Program Pembaharuan Agraria Nasional PPAN adalah:
1 Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara para pemilik tanah. Ini
dilakukan melalui usaha yang intensif yaitu dengan redistribusi tanah, untuk mengurangi perbedaan pendapatan antara petani besar dan kecil
yang dapat merupakan usaha untuk memperbaiki persamaan diantara petani secara menyeluruh.
2 Untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan lahan.
Dengan ketersediaan lahan yang dimilikinya sendiri maka petani akan berupaya meningkatkan produktivitasnya terhadap lahan yang
diperuntukkan untuk pertanian tersebut, kemudian secara langasung akan
Universitas Sumatera Utara
mengurangi jumlah petani penggarap yang hanya mengandalkan sistem bagi hasil yang cenderung merugikan para petani.
Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai ekonomis. Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahun terus mengalami penurunan.
Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal
tersebut mengakibatkan permintaan akan lahanpun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi lahan pertanian ke non-pertanian seperti perumahan, industri,
dan lain sebagainya untuk memenjuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah dan pihak
swasta yang cenderung membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Pembaruan agraria merupakan prasyarat utama bagi rakyat pedesaan yang
selalu dalam posisi termarginalkan untuk melepaskan diri dari eksploitasi kekuatan ekonomi besar dan penindasan kekuasaan politik rezim yang dominan.
Pembaruan agraria bertugas untuk menciptakan proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat, khususnya masyarakat
pedesaan, sehingga tercipta dasar pertanian yang sehat, terjaminnya kepastian pemilikan tanah bagi rakyat sebagai sumber daya kehidupan, terciptanya sistem
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial bagi rakyat pedesaan, serta penggunaan sumberdaya alam sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian
pembaruan agraria yang dicita-citakan harus menganut falsafah kedaulatan rakyat Santoso,2008.
Universitas Sumatera Utara
Konsorsium Pembaharuan Agraria KPA mengingatkan pemerintah agar tidak sekadar merealisasikan PPAN tapi juga memberi dukungan modal dan
pemberdayaan petani sehingga dapat produktif. Ketika PPAN digulirkan, maka pemerintah segera mem-back up dengan kebijakan penyediaan sarana pendukung
pertanian seperti penyediaan pasar, akses permodalan, dan penguatan kelembagaan petani lewat koperasi.
Badan Pertanahan Nasional BPN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah pemerintah dan bertanggung jawab kepada
presiden dan dipimpin oleh kepala Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral Anonimus,2009. Menurut Badan Petanahan Nasional RI 2007 makna Reformasi agraria
melalui Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria,
terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima
komponen mendasar di dalamnya, yaitu: 1
Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur sosial- ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan equity,
2 Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan welfare,
3 Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya
secara optimal efficiency, 4
Keberlanjutan sustainability, dan 5
Penyelesaian sengketa tanah harmony.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, maka tujuan Reforma Agraria diantaranya adalah untuk menata kembali ketimpangan struktur
penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki akses rakyat kepada
sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, mengurangi sengketa dan konflik pertanahan, memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan
meningkatkan ketahanan pangan. Untuk menunjang keberhasilan PPAN, maka tanah atau obyek PPAN harus
tersedia dalam jumlah yang memadai dan dengan kualitas yang baik. Demikian pula jangka waktu penyediaan tanahnya tidak boleh terlalu lama, dengan cara
yang sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan tahapan perencanaan yang telah ditentukan.
Tanah-tanah obyek reforma agraria pada dasarnya adalah tanah negara yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai obyek
reforma agraria. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, tanah-tanah yang dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria adalah :
1 Tanah yang haknya tidak diperpanjang atau tidak mungkin diperpanjang;
2 Tanah yang berasal dari pelepasan hak
3 Tanah hak yang pemegangnya melanggar ketentuan dan atau yang tidak
sejalan dengan keputusan pemberian haknya; 4
Tanah obyek landreform; 5
Tanah bekas obyek landreform; 6
Tanah timbul; 7
Tanah bekas kawasan pertambangan
Universitas Sumatera Utara
8 Tanah yang dihibahkan oleh Pemerintah untuk reforma agraria;
9 Tanah tukar menukar dari pemerintah;
10 Tanah yang diadakan oleh pemerintah untuk reforma agraria;
11 Tanah pelepasan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi;
12 Tanah yang sudah dilepaskan dari kawasan kehutanan menjadi tanah
negara yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan peruntukannya. Tanah-tanah obyek Reforma Agraria ini, tersebar baik di wilayah padat
maupun kurang padat penduduk. Keberadaan tanah obyek Reforma Agraria dalam wilayah yang berpenduduk padat dipandang strategis dan diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan pertanahan seperti sengketa dan konflik pertanahan. Sengketa dan konflik pertanahan diperkirakan lebih
terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang berpenduduk padat. Sedangkan untuk wilayah berpenduduk kurang padat, tanah diperkirakan
lebih tersedia dan lebih luas sehingga lebih dimungkinkan untuk melaksanakan restrukturisasi penguasaan dan penggunaannya. Untuk wilayah berpenduduk
kurang padat, alternatif penyediaan tanah yang dapat dilaksanakan adalah tanah yang berasal dari kawasan hutan, tepatnya pada kawasan Hutan Produksi yang
dapat di-Konversi HPKv. Pertimbangan penyediaan tanah dari kawasan Hutan Produksi yang dapat
di-Konversi ini antara lain adalah: 1 Menata penguasaan dan penggunaan tanahnya, sehingga fungsi ekosistem
kawasan ini tetap terjaga, 2 Peruntukan penggunaan sebagai kawasan hutan produksi dapat lebih
diefektifkan,
Universitas Sumatera Utara
3 Peraturan perundang-undangan yang ada memungkinkan dilepaskannya tanah-tanah tersebut dari kawasan hutan, dan
4 Meminimalkan persinggungan dengan tanah-tanah yang telah dikuasai oleh masyarakat.
Landasan Teori
Reforma Agraria, yang dalam implementasinya disebut juga Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN, merupakan upaya bersama seluruh
komponen bangsa dalam rangka menata kembali ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menuju struktur yang lebih
menjamin keadilan, keberlanjutan dan meningkatkan kesejahteraan, sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. PPAN merupakan suatu
proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Dilaksanakan dalam rangka
tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia Sumarjono, 2009.
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu,
artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda- benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma, dan lain- lain. Jika individu bersikap
positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji atau mendukung objek tersebut , jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung
untuk mengganggu, atau menghukum atau merusak objek tersebut. Soetarno,1989
Universitas Sumatera Utara
Definisi sikap antara lain sebagai berikut : 1 Berorientasi kepada respon
Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak mendukung Unfavourable
pada suatu objek. 2 Berorientasi kepada kesiapan respon
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respon. Suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.
3 Berorientasi kepada skema triadik Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif
yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.
Komponen atau Struktur Sikap, antara lain terdiri dari : 1 Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief kepercayaan atau
keyakinan, ide, konsep, persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
2 Komponen Afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah
emosi. 3 Komponen Kognisi yang merupakan kecenderungan belum berperilaku.
Mar’at ,1984.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: -
Pengalaman pribadi -
Kebudayaan -
Orang lain yang dianggap penting Significant Otjhers -
Media massa -
Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama -
Faktor Emosional
Pengamatan terhadap indikator sikap sewaktu individu berkesempatan untuk mengungkap sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya
harus dijawab dengan”setuju” atau “tidak setuju”. Prosedur penskalaan dengan metode likert didasari oleh dua asumsi, yaitu:
1 Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pertanyaan yang favorable atau pertanyaan yang tak favorable 2
Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan
oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Azwar,1995.
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide,
konsep persepsi, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang menyangkut perasaan
individu terhadap objek, sikap dan menyangkut masalah emosi serta bertingkah laku Rahayuningsih, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Para petani dalam kemampuannya menerima pemberitahuan atau hal – hal yang baru sifatnya tidak sama atau akan sangat tergantung kepada keadaan status
sosial, ekonomi, psikologis serta tingkat pengetahuan dan pendidikannya. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap
tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap
adanya tekhnologi baru Kartasapoetra,1991. Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha
ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian Kartasapoetra, 1991.
Hubungan antara nilai – nilai individu dan sikapnya tidaklah sederhana. Dalam satu hal, sejauh mana berbagai sistem nilai individu membentuk
perkembangan dan pengaturan sikap tampaknya merupakan fungsi dari keterpusatan nilai. Jika bagi seorang ini merupakan nilai sentral pusat maka
sikap kelompok minoritas dapat bersifat sama nilainya dengan kelompok mayoritas Krech dkk, 1996.
Sikap – sikap yang selaras dengan sikap – sikap lain dalam suatu kumpulan seyogyanya relatif lebih mudah bergerak kearah yang selaras
dibandingkan dengan sikap – sikap yang tidak selaras dengan sikap – sikap lain. Teori keseimbangan memperkirakan bahwa suatu sikap yang dalam keadaan yang
tidak seimbang dengan sikap lain dalam suatu kumpulan akan bergerak cenderung menurut arah yang akan menyeimbangkan sistem tersebut Krech dkk, 1996
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran
Tanah mempunyai ciri khusus yang bersegi dua, yakni sebagai benda dan sumberdaya alam. Seperti halnya air dan udara, yang merupakan sumber daya
alam karena tidak dapat diciptakan oleh manusia. Tanah menjadi benda bila telah diusahakan oleh manusia, misalnya menjadi tanah pertanian atau dapat pula
dikembangkan menjadi tanah perkotaan. Pengembangannya dilakukan oleh pemerintah melalui penyediaan prasarana yang akan meningkatkan nilai tanah dan
disadari bahwa tanah adalah benda yang dimiliki oleh masyarakat kerena di ciptakan melaui investasi dan keputusan masyarakat melalui pemerintah.
Dalam implementasi program PPAN tersebut memunculkan sikap yang bervariasi sesuai apa yang dialami masing-masing petani di daerah penelitian terhadap
program PPAN tersebut yang dipangaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, dan faktor ekonomi
seperti luas lahan pertanian yang dimiliki, dan total pendapatan keluarga.
Dimana sikap petani terhadap program PPAN merupakan bentuk dari reaksi ataupun respon terhadap stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif
atau negatif.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
----------
Keterangan : : Menyatakan Hasil : Menyatakan Proses
---------- : Menyatakan Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Program PPAN
Sikap Petani
Negatif Postif
Petani Faktor sosial:
• Umur
• Tingkat
pendidikan
Faktor Ekonomi:
• Luas Lahan
• Total
Pendapatan Petani
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran, dapat diidentifikasikan beberapa
hipotesis yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut : 1
Sikap petani sampel terhadap program PPAN adalah positif 2
Ada hubungan karakteristik sosial umur, tingkat pendidikan formal, ekonomi luas lahan, dan total pendapatan keluarga petani di daerah
penelitian dengan program PPAN.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN